Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) menjadi program unggulan dan prioritas pemerintah yang diampu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
semarak.co-Pelaksana tugas (Plt.) Kepala BKKBN RI Sundoyo mengatakan, program ini menjadikan keluarga sebagai sandaran pembangunan serta berfokus mewujudkan keluarga berkualitas. Mewujudkan Generasi Emas 2045 harus dimulai dengan mewujudkan keluarga berkualitas.
Kegiatan reviu ini digelar BKKBN Jawa Tengah dalam memasuki triwulan IV 2024, dan bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program Bangga Kencana selama satu semester 2024, dan melakukan penyusunan kebijakan strategis selanjutnya.
Plt. Kepala BKKBN Sundoyo menilai bahwa keluarga berkualitas dibutuhkan untuk menyiapkan generasi yang tangguh dan berdaya saing tinggi serta bebas stunting. BKKBN mempunyai sumber daya manusia hingga ke lini masyarakat, yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
Karenanya, sambung Sundoyo, BKKBN mempunyai peran strategis dalam mewujudkan keluarga berkualitas. BKKBN diuntungkan punya Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), punya Tim Pendamping Keluarga (TPK), punya kader KB.
“Kesemuanya berjumlah jutaan dan langsung menyasar ke masyarakat, dan harus bisa diberdayakan,” kata Sundoyo dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis BKKBN, Rabu (9/10/2024).
Program Bangga Kencana dan stunting merupakan satuan yang erat saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Diketahui, stunting atau gagal tumbuh yang terjadi pada anak, tidak hanya menyebabkan anak mempunyai tubuh pendek, akan tetapi dampak yang paling mengkhawatirkan adalah otak anak yang terkena stunting, tidak berkembang.
Lantas, bagaimana pengentasannya? “Fokus menangani stunting harus kita mulai dari hilir, saat fase 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Ibu hamil harus tercukupi nutrisinya, agar bayi yang dilahirkan sesuai dan tidak terindikasi stunting,” ujarnya.
Untuk itu, peran TPK, kader KB, dan PLKB penting dalam mendampingi keluarga dan ibu hamil, memberikan informasi dan KIE agar masyarakat tidak abai terhadap gizi yang diperlukan. “Karena stunting itu lebih mudah untuk dicegah daripada diobati,” ungkap Sandoyo.
Masalah stunting bukan saja menjadi tanggung jawab BKKBN untuk menyelesaikannya, melainkan menjadi tanggung jawab semua. Butuh kerjasama dan sinergitas dengan lintas sektor untuk mengentaskan stunting. Keluarga berkualitas dapat terwujud dengan baik apabila ada pola asuh yang baik pula.
BKKBN mempunyai triad Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang kesemuanya mempunyai misi dan visi untuk dapat membentuk keluarga berkualitas. BKB yang biasanya bersinergi dengan posyandu, mengawasi pertumbuhan dan perkembangan balita, agar pada masa ‘golden age’ balita dapat berkembang dengan baik.
BKR menitikberatkan kepada bagaimana mendampingi remaja agar menjadi generasi yang tangguh dan berdaya saing dan memiliki gizi yang baik pula. Dengan bonus demografi yang saat ini tengah dinikmati oleh beberapa provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Tengah, menempatkan jumlah penduduk berusia remaja sebagai jumlah yang terbesar.
“Bonus Demografi yang kita peroleh saat ini harus dapat kita pergunakan dengan sebaik mungkin. Hal ini juga bertujuan agar saat besok sudah tua, bisa menjadi lansia yang tangguh. Inilah kemudian peran kelompok BKL membuat lansia mandiri dan Sejahtera,” tuturnya.
Keluarga harus diberikan pemahaman mengenai pentingnya dalam mendampingi dan merawat lansia. Keluarga menjadi salah satu pilar untuk pemberdayaan lansia di Indonesia. Substansi ketahanan keluarga yakni bagaimana keluarga harus dipersiapkan untuk hidup bersama lansia, merawat, dan turut memberdayakannya.
“Sehingga tidak perlu harus selalu ke rumah sakit untuk merawat lansia. Suksesnya program Bangga Kencana tak lepas dari kerjasama apik BKKBN dengan Pemerintah Daerah. Provinsi Jawa Tengah salah satunya. Jawa Tengah merupakan pilar utama penyokong suksesnya pembangunan nasional.
Saat ini, Provinsi Jawa Tengah telah berhasil menunjukkan kinerja yang baik dalam pencapaian Indikator Strategis BKKBN. Berdasarkan laporan capaian indikator strategis (IKU) sampai triwulan III 2024 yang diperoleh dari Sistem Informasi Keluarga (SIGA) menunjukkan adanya peningkatan capaian Metode Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) dari 65% meningkat menjadi 66,53%.
Sementara unmetneed KB pada angka 8,79%. Selain itu, masih dalam upaya mendukung kegiatan dan ketercapaian program Bangga Kencana, pemerintah telah mengalokasikan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB).
Berdasarkan laporan proyeksi DAK Fisik dari tahun 2020 s.d 2023, realisasi anggaran terus mengalami peningkatan. Sampai triwulan III Tahun 2024, rata – rata realisasi DAK Provinsi Jawa Tengah telah mencapai 36,54%. Sedangkan realisasi BOKB sebesar 49,10%.
Masing – masing capaian realisasi tersebut telah berada di atas rata – rata realisasi nasional. Berkat sumbangsih dan kinerja terbaik sepanjang tahun 2024 tersebut, berbagai apresiasi/penghargaan telah diberikan kepada Provinsi Jawa Tengah. Untuk itu memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Peran Media Dalam
Pada kesempatan ini, juga dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara BKKBN dengan LPP RRI. RRI merupakan radio pemerintah yang memiliki jangkauan siar hingga ke pelosok daerah. Menyikapi hal ini, Sundoyo mengatakan, pilihan yang tepat BKKBN memilih RRI untuk membantu menyiarkan program Bangga Kencana ke khalayak masyarakat.
“Tentu saja ini merupakan pilihan yang tepat bagi BKKBN melakukan kerjasama dengan RRI. Mengingat jangkauan siaran RRI sangat luas, bisa menyiarkan program Bangga Kencana hingga ke pelosok pedalaman,” ujarnya.
Sundoyo pun berbagi cerita, di mana pada saat melakukan siaran dengan RRI di Jakarta, ternyata bisa didengar hingga ke provinsi paling jauh. “Saya cukup kaget, pada saat ada penanya dari Maluku dan Nusa Tenggara. Ternyata jangkauan RRI ini sungguh tidak main-main,” kenangnya.
Kepala LPP RRI Jawa Tengah Ngatno yang ditemui sesaat setelah kegiatan menyambut baik kerjasama ini. “Kami punya beberapa program di Pro 4, yang khusus untuk mengulik mengenai isu stunting dan juga Pro 1,” imbuh Ngatno.
Jalur siaran membahas stunting dengan menggunakan kearifan lokal, menggunakan bahasa Jawa. Kegiatan Reviu Program Bangga Kencana ini dihadiri enam unsur dari 35 OPD KB se-Jawa Tengah dan juga mitra kerja yang total berjumlah 210 peserta.
Hadir sebagai narasumber, Asisten Pemerintah 1 Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan Kepala DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah. Pada kegiatan Reviu kali ini juga dilaksanakan Launching Laporan Kependudukan Jawa Tengah 2024 serta pemberian apresiasi bagi kab/kota yang telah berhasil mencapai akseptor terbanyak dalam Peringatan WCD 2024 lalu.
Pada akhirnya keberlangsungan program Bangga Kencana dan Pengentasan Stunting merupakan tugas besar bersama. Pemerintah daerah bersama semua elemen masyarakat harus sejalan untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang bebas dari stunting. (smr)