Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman senang atas respons Presiden Joko Widodo terhadap gerakan #2019GantiPresiden. Menurut Sohibul, presiden memilih menanggapi santai gerakan #2019GantiPresiden dengan menyebut kaus tidak akan bisa menggantikan presiden.
“Respons santai itu menunjukkan jika gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan biasa, bukan kejahatan sehingga tidak perlu ditanggapi berlebihan. Dengan begitu kontestasi Pilpres 2019 semakin asyik,” kata Sohibul di Jakarta, Minggu (8/4).
Tentang gerakan itu, mantan anggota Komisi X DPR tersebut berpendapat masifnya dukungan masyarakat tergadap #2019GantiPresiden menunjukan keinginan kuat masyarakat akan perubahan. “Ini bisa dimaknai masyarakat mulai kehilangan trust kepada petahana. Meskipun calon definitif belum ada, tetap disambut luar biasa. Berarti kotak kosongpun lebih disukai masyarakat. Bisa jadi petahana kalah oleh kotak kosong,” paparnya.
Sambutan antusias publik terhadap gerakan #2019GantiPresiden terbilang unik. Soalnya belum ada calon presiden resmi yang menjadi ujung tombak gerakan ini. Sohibul menyebut saat ini belum ada partai politik, atau koalisi partai politik yang secara resmi mendeklarasikan calon presiden alternatif selain petahana.“Sekarang ini yang resmi mencalonkan presiden baru petahana, dengan dukungan koalisi yang cukup untuk mendapatkan tiket pada Pilpres 2019,” ujarnya.
Gerakan #2019GantiPresiden, kata Sohibul, murni sebuah gagasan yang disambut masyarakat luas tanpa harus melihat adanya calon alternatif yang resmi diusung di luar calon petahana. “Paslon alternatifnya belum ada tetapi aura kemenangan di depan mata. Ini memang aneh. Memang bayangan kadang menakutkan bagi orang-orang tertentu,” kata Presiden PKS seolah menyindir reaksi Jokowi dan pendukungnya.
Warga Menanggapi Presiden
Di bagian lain, Tengku Zulkarnain Usman menulis sebagai opini. “Bisakah kaos mengganti Presiden? Itulah pertanyaan Presiden tercerdas di dunia,” ungkap Tengku sambil mengutip untuk mengawali tulisannya seperti redaksi semarak.co kutip dari beberapa WAG, seperti FSU Bersama, Senin (8/4).
Begini jawabannya Pak Presiden!
Saat rakyat Thailand muak dengan pemerintahan korup PM Thaksin Sinawatra, rakyat bergerak dengan kaos merah dan membanjiri juga melumpuhkan ibukota bangkok, Thaksin akhirnya terguling.
Saat kampanye pilpres Taiwan 13 tahun yang lalun, capres Shiu Bian membuat gerakan simpatik dengan kaos dan mengantarkannnya menjadi presiden taiwan, kaos adalah simbol sakti politik.
Saat Benitto Mussolini ingin menggulingkan pemerintahan italia dan ingin menggantikannya dengan gerakan fasis, Mussolini dan ribuan pendukungnya keluar dengan kostum hitam kaos dan kemeja seragam, yang akhirnya tanpa perang, penguasa italia waktu itu menyerahkan kekuasaannya kepada Mussolini, kaos politik itu simbol yang kuat.
Kaos ganti presiden indonesia juga demikian.
Kaos ganti presiden adalah pesan politik rakyat kepada pemerintah, bahwa penguasa saat ini tidak layak dan dibawah standar. Kaos ganti presiden adalah gerakan moral politik rakyat yang merupakan klimaks dari kesemrawutan bangsa di bawah Jokowi.
Kaos ganti presiden adalah orasi non verbal rakyat kepada rezim bahwa rezim ini harus dijatuhkan. Kaos ganti presiden adalah simbol muak nya rakyat kepada penguasa yang telah menjerumuskan negara kedalam keterpurukan multidimensi.
Kaos ganti presiden adalah sinyal penarikan mandat rakyat kepada jokowi yang secara langsung melemahkan posisi nya sebagai eksekutif. Kaos ganti presiden adalah ultimatum rakyat kepada penguasa akan buruknya kualitas rezim yang sedang menahkodai indonesia saat ini.
Kaos ganti presiden adalah pesan memalukan rakyat kepada penguasa, mengingat kaos ini marak di Indonesia padahal masa jabatan jokowi periode pertama saja belum selesai, rakyat kasih sinyal 1 periode aja ogah apalagi 2 periode.
Kaos ganti presiden adalah maklumat terbuka dan perang urat saraf antara rakyat yang memiliki mandat dan jokowi yang diberi mandat, rakyat secara gak langsung menyampaikan pesan perlawanan, dan mandat tersebut benar benar akan dicabut 2019 nanti dari tangan jokowi.
Kaos ganti presiden adalah kode keras rakyat kepada rezim bahwa sudah saatnya kekuasaan politik ditangan para perusak harus segera diakhiri dan jokowi dipecat. Kaos ganti presiden adalah ekspresi perasaan rakyat dan perasaan alam bawah sadar rakyat yang spontan juga masif yang ingin mengakhiri kejahiliahan rezim saat ini, dan ini legal secara hukum, konstitusi, juga legal secara logika dan nalar demokrasi.
Kaos ganti presiden menyisyaratkan pembangkangan nasional yang akan ditransfer lewat kotak kotak suara 2019 nanti, untuk benar benar melengserkan rezim saat ini yang super jahil dan tidak cakap sama sekali.
Jadi, kalau ada yang bertanya lagi, apakah kaos bisa mengganti presiden? Jawabannya 100% bisa, dan 2019 adalah momentumnya, lewat kaos sederhana ini rakyat akan mencetak sejarah baru indonesia.
Lewat kaos sederhana ini, rakyat akan mengambil keputusan politik besar agar negara ini kembali ke koridornya, lewat kaos ini rakyat akan menyingkirkan para perusak dan para pembajak NKRI.
Kaos ganti presiden akan menjadi saksi delegitimasi politik besar besaran terhadap jokowi dan pelemahan posisi eksekutif, juga saksi pengadilan rakyat yang akan menghukum rezim ini seberat beratnya tahun depan.
TZU (tengku zulkarnain usman) WAG FSU Bersama, kiriman … 2809, Senin (8/4-2018)