Phapros Gandeng Lanumad Ahmad Yani Tentang Konservasi Mangrove

Dirut Phapros Emmy di tengah perwakilan pelajar yang mengikuti kegiatan Phapros Mengajar

Perluasan tambak dan pembangunan dalam rangka peningkatan ekonomi hanyalah dua dari sekian banyak penyebab abrasi, utamanya di sepanjang pantai utara Semarang, Jawa Tengah. Kota Semarang yang memiliki panjang garis pantai 36,60 kilometer sudah mengalami peningkatan dari sebelumnya yang hanya sekitar 22,71 kilometer. Garis pantai yang terus mengalami perubahan itu mengancam rusaknya kawasan mangrove yang sebagian besar terdapat di sepanjang garis pantai.

Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki ekosistem pantai yang telah rusak akibat abrasi. Salah satunya dilakukan oleh PT Phapros bekerjasama dengan Lanumad Ahmad Yani dan Yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT (IKAMaT), Semarang dengan mengembangkan kawasan Maroon Mangrove Edu Park, di Pantai Maron yang hanya berjarak 3 km dari Bandara Internasional Ahmad Yani di Kecamatan Tugu, Semarang, Jawa Tengah.

“Berdasarkan penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, 1.200 ha daratan di Kecamatan Tugu tenggelam akibat abrasi. Jika dibandingkan dengan tahun 1991, garis pantai di Kecamatan Tugu bergeser sejauh 1,7 km ke arah daratan. Oleh karena itu, perbaikan ekosistem Pantai Maron harus segera diperbaiki mengingat letaknya yang sangat dekat dengan objek vital negara, Bandara Ahmad Yani,” ujar Komandan Pangkalan Udara Utama Ahmad Yani, Kolonel CPN A.A. Ngr Romy Satryadi dalam rilisnya, Kamis 20/7)

Konservasi mangrove yang dilakukan perusahaan pelat merah di bidang obat-obatan ini, Lanumad Ahmad Yani dan Yayasan IKAMaT membutuhkan dukungan semua pihak, salah satunya adalah pelajar. Sebagai generasi penerus bangsa, pelajar khususnya di Kota Semarang diharapkan mampu meneruskan perjuangan konservasi mangrove yang sudah diinisiasi sebelumnya.

Dalam program Phapros Mengajar Kamis (20/7), sebanyak 50 pelajar dari berbagai SMA di Kota Semarangdibekali ilmu tentang konservasi mangrove, pemanfaatan mangrove, dan pengelolaan kawasan mangrove. “Kami berharap Agar para peserta memiliki tambahan wawasan tentang mangrove dan mampu membagi wawasan yang sudah mereka dapatkan ke generasi di bawahnya sehingga bisa menggugah semangat konservasi mangrove di dalam diri mereka,” ujar Barokah Sri Utami (Emmy), Direktur Utama PT Phapros, yang juga menjadi salah satu pengajar dalam acara tersebut.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kegiatan Phapros mengajar merupakan kegiatan rutin yang diadakan sebulan sekali bersama Yayasan IKAMaT dengan nama “Mangrove Time”. “Mangrove Time merupakan kegiatan diskusi lingkungan berbasis komunitas di mana Phapros melalui PKBL–CSR bekerjasama dengan Yayasan IKAMaT mengundang berbagai komunitas yang berasal dari Kota Semarang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan mangrove sejak dini kepada generasi milenial, kampanye penyelamatan mangrove, diskusi komunitas dan mengenalkan Maroon Mangrove Edu Park sebagai salah satu wisara mangrove di Semarang yang berbasis eko dan eduwisata mangrove,” jelasnya.

Sejak diresmikan pada 12 Maret 2016 lalu oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, ada sebanyak 600.000 pohon mangrove yang ditanam di lahan seluas 1,5 hektar ini, di mana 100.000 diantaranya ditanam sendiri oleh pengunjung yang terlebih dahulu diedukasi oleh kelompok tani Mekar Tani Lindung (METAL) binaan Phapros. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *