Pesantren Nuu Waar Wajibkan Santri Asal Papua Berdakwah di Tanah Kelahiran

Ustad Fadlan, dua dari kanan saat mengenalkan ulama alquran asal mesir ke para santrinya.

Penduduk asli Papua ingin serius medalami Islam di sebuah Pesantren Nuu Waar di bawah asuhan dai yang gigih berjuang menebar Islam di Timur Indonesia, dia adalah Ustad Fadlan Garamatan. Warga Papua yang belajar agama Islam di pesantren ini sebanyak 750 santri dengan berbagai jenjang pendidikan.

Pesantren Nuu Waar di bawah yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) berkomitmen menggodok generasi muda Papua menjadi dai dan Iman Masjid di seantero Papua. “Target pesantren kita menciptakan kualitas lulusan yang mumpuni, supaya dapat membangun Islam dari Indonesia Timur atau serambi Madinah. Makanya mereka wajib pulang ke kampung halaman setelah kita didik di sini,” kata dia saat khataman 1000 kali alquran di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (23/6).

Para santri yang bermukim di pesantren ini, lanjut dia, dibekali dengaan pelajaran entrepreneur atau keahlian usaha. Sebut saja, para santri mampu mengolah berbagai bahan makanan siap saji atau olahan lainnya seperti buah merah dan ikan asin.

Pada puasa ke 28 hari, kegiatan menghatamkan alquran sudah pada puncaknya yaitu 1000 kali khataman. Memang ada sebagian kecil santri yang hanya seminggu beberapa hari datang, karena kuliah yang letaknya sangat jauh, seperti di Universitas Indonesia dan lainnya. “Mereka yang kuliah jauh, kita kasih kesempatan pada waktu luang waktu ke sini dan setor hafalan. Semua santri di sini belajar tanpa dipungut biaya, bahkan yang kuliah di luar kita biayai semuanya,” jelas dia.

Dai yang banyak mengislamkan penduduk Papua ini, mempunyai lahan pesantren 20 hektar dan baru terpakai untuk bangunan baru 3 hektar. Ia menyebutkan nantinya akan dibangun kampus di sisa lahan.

Pada kesempatan itu pula, Ustad Fadlan kedatangan tamu kehormatan dari Mesir, seorang ulama ahli qiraat 10, yaitu Dr kamil El Leboudy bin Sayyid Muhammad Ridho El Leboudy datang bersama ketiga anak dan istrinya. Kedua anak- anak ulama tersebut hafal alquran.

Anaknya, Tabarok dan Yazid mendemonstrasikan kemahiran membaca beberapa qiroat alquran. Bahkan dalam menjawab pertanyaan dari beberpa santri, dijawab dengan jawaban yang memuaskan. Saat berbuka puasa, Ustad Fadlan menjamu santri dan tamu dengan masakan khas Timur Tengah yaitu nasi kebuli dengan lauk ayam dan kambing goreng.

Diakhir perpisahan dengan syekh asal mesir, kita semua didoakan kebaikan. Doa yang cukup panjang, kira kira berdurasi 15 menit, semoga terkabul amiin. (wiy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *