Dipaksanya tim bulutangkis Indonesia mundur dari turnamen bergengsi All England dengan dalil terkonfirmasi positif virus Covid-19 menjadi alarm bagi penampilan Kontingen Merah Putih pada pesta olahraga dunia Olimpiade Tokyo, Jepang, 23 Juli – 8 Agustus.
semarak.co-Bila tidak ingin kontingen Indonesia mengalami nasib yang sama dengan tim bulutangkis All England di Tokyo, maka mulai dari induk organisasi cabang olahraga hingga Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahkan pemerintah perlu benar-benar mengetahui secara pasti aturan penerapan penanganan pandemi Covid-19 di Negari Sakura itu.
Praktisi Olahraga Hifni Hasan mengatakan, kasus ditariknya tim bulutangkis Indonesia dari All England menjadi pelajaran penting bahkan peringatan bahaya atau alarm bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo nanti.
“Induk organisasi cabang olahraga yang akan berjuang dan telah lolos ke olimpiade, KOI bahkan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pemuda dan Olahraga perlu secara dini dan serius serta teliti mengetahui aturan penerapan penanganan Covid-19 yang berlaku di Jepang,” kata Hasan pada wartawan di Jakarta, Jumat (19/3/2021).
Demi mengantisipasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan menimpa Kontingen Olimpiade Indonesia nanti, kata Hasan, perlu dilakukan pendekatan intensif terhadap para pihak terkait di Jepang tentang aturan protokol kesehatan di negara ini.
“Cabor yang telah lolos ke Olimpiade melakukan pendekatan dengan mitranya federasi olahraga di Jepang, KOI dengan NOC Jepang dan Kemenpora dengan Menteri Olahraga Jepang serta pemerintah dengan para Duta Besar Indonesia di sana,” imbuhnya.
Antisipasi ini, nilai dia, seharusnya dilakukan sejak sekarang sehingga kita sudah siap jauh-jauh hari. Jangan tiba masa tiba akal yang berakibat pahit nantinya. Itu untuk cabor yang sudah lolos ke olimpiade.
“Sedangkan bagi cabor yang masih mengikuti pertandingan kualifikasi olimpiade perlu mengetahui aturan prokes Covid-19 yang diterapkan di negara tempat pelaksanaan pertandingan kualifikasi olimpiade,” ujar Hifni yang mantan Sekjen KOI.
Menyinggung tentang kasus yang menimpa tim bulutangkis Indonesia di All England, Hifni menegaskan, hal itu terjadi karena keteledoran Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) dalam memahami aturan penanganan Covid-19 di Inggris yang sangat ketat dan tegas.
Selain itu, PP PBSI tidak mengantisipasi sejak awal tentang kemungkinan adanya pihak di luar tim Indonesia yang terkena Covid-19. Jika ini diantisipasi tentunya PP PBSI bukan memakai penerbangan umum namun mencarter pesawat sendiri untuk tim bulutangkis yang akan berlaga di All England.
“Kita tidak bisa menyalahkan aturan yang diberlakukan tuan rumah. Penerapan hukum di Inggris dan Eropa Barat sangat ketat dan tanpa kompromi. PP PBSI, harus menyadari hal ini. Tidak ada urusan diskrimnasi karena pemain Turki yang juga satu pesawat dengan tim Indonesia juga akhirnya dilarang bermain,” tuturnya.
Kejadian di All England itu, kata dia, bukan masalah olahraga namun aturan kesehatan. Ini menyangkut reputasi kesehatan Indonesia. Jadi masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
“Alangkah baiknya jika Kemenpora dan KOI aktif melakukan pembekalan kepada induk organisasi cabor tentang penerapan aturan penanganan Covid-19 baik di Indonesia maupun di negara-negara di luar negeri. Ini untuk menghidari terulangnya pengalaman pahit di All England,” ucapnya.
Seperti diketahui kabar mengejutkan berebus dari Birmingham, Inggris. Seluruh pemain Indonesia dipaksa mundur dari turnamen terakbar sepanjang masa All England, lantaran saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham, Sabtu (13/3/2021) terdapat salah seorang penumpang yang terkena Covid-19.
Namun, dari pihak tim Indonesia tidak diberi tahu siapa, berapa orang, dan dari mana asal orang yang positif tersebut. Karenanya, sesuai dengan regulasi pemerintah Inggris, jika berada pada satu pesawat yang sama dengan orang yang positif Covid-19, maka diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari.
Dengan demikian, tim Indonesia terpaksa mundur dan melakukan isolasi sampai tanggal 23 Maret 2021 di Crowne Plaza Birmingham City Centre, terhitung 10 hari sejak kedatangan tim ke Birmingham pada Sabtu lalu.
Baik dari BWF maupun Panitia All England sendiri pun tidak bisa berbuat apa-apa karena hal ini sudah menjadi regulasi pemerintah Inggris. Padahal sejumlah pemain Indonesia sudah turun bertanding dan melaju ke babak kedua turnamen tertua di dunia tersebut.
Namun dapat dipastikan, keadaan seluruh tim Indonesia yang berada di Birmingham saat ini dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Hal ini merupakan kejadian luar biasa menyakitkan dan mengecewakan bagi semua anggota tim, tentunya juga bagi masyarakat Indonesia. (guntar)