Wakil Menteri (Wamen) BUMN Budi Gunadi Sadikin perkenalkan jajaran direksi BUMN energi kepada anggota DPR di Ruang Komisi VI, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).
semarak.co -“Untuk sektor industri dan khususnya energi itu berada di bawah saya, yaitu Wamen I. Nah untuk BUMN jasa itu di bawah wamen II,” kata Budi Gunadi Sadikin sembari memperkenalkan BUMN energi PLN, Pertamina, dan PGN.
Dalam pemaparannya Budi Gunadi juga menjelaskan bahwa sektor energi khususnya BUMN memiliki dua rencana besar korporasi yaitu pertama perencanaan perusahaan, kedua transisi energi.
Lebih lanjut ia menjelaskan perencanaan korporat terbagi dalam tiga hal besar yaitu ketersediaan energi, keterjangkauan dan kesinambungan (sustainable). “Indonesia ini luas dan berupa kepulauan, jadi jangkauannya harus lebih luas dari negara daratan lainnya, namun dituntut untuk efisiensi dari BUMN energi kita,” kata Budi Gunadi.
Kemudian untuk keberlanjutan, Budi Gunadi mengungkapkan bahwa sektor energi tidak boleh meninggalkan “PR” bagi generasi selanjutnya, dengan begitu kesinambungan sangat diperlukan untuk jangka panjang.
Untuk hal kedua yaitu tema besar mengenai transisi energi, Budi Gunadi mengingatkan bahwa revolusi industri bergerak dimulai ketika energi bisa diubah untuk mobilisasi, hingga lahirnya pesawat.
Maka, lanjut dia, Indonesia harus bersiap dalam perubahan transisi tersebut agar tidak bergantung pada impor energi dari negara lain. Secara spesifik perencanaan dua tema besar tersebut sudah disampaikan kepada sektor BUMN energi dan nantinya akan ditekankan langsung oleh Menteri BUMN kepada para anggota legislatif.
PT Pertamina memproyeksikan perolehan laba bersih perusahaan plat merah tersebut turun menjadi USD2,1 miliar pada 2019 atau sekitar Rp28,56 triliun dengan kurs Rp13.600. “Angka tersebut merupakan proyeksi dan belum diaudit,” kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR.
Dibanding tahun sebelumnya 2018, Pertamina telah mencetak laba sebesar 2,5 miliar dolar AS atau Rp34 triliun. Lebih lanjut, Heru Setiawan mengatakan hal tersebut masih banyak asumsi ataupun diskresi. Sedangkan untuk pendapatan atau revenue 2019 tercatat sebesar 52,4 miliar dolar, turun jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 57,9 miliar dolar.
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) 2019 tercatat 8,2 miliar dolar, turun dibanding 2018 sebesar 9,2 miliar dolar.Kemudian, berdasarkan catatan Heru, aset Pertamina pada 2019 terdata sebesar 63,8 miliar dolar atau turun dibanding 2018, yaitu 64,7 miliar dolar.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mengklaim perolehan laba perseroan pada triwulan III 2019 mencapai 753 juta dolar AS, di luar komponen kompensasi harga jual. “Catatan itu masih prognosa, jadi belum teraudit,” tegas Heru. (net/lin)