Perkirakan Banyak Mahasiswa Putus Kuliah, APTISI Minta Pemerintah Agar Bantu Mahasiswa dari PTS Kecil

Ketua Umum APTISI Prof Budi Djatmiko (kiri). Foto: istimewa

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTSI) Budi Djatmiko meminta pemerintah agar turun tangan membantu mahasiswa yang terdampak wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19 terutama yang berasal dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kecil.

semarak.co –“Kami minta pemerintah turut membantu mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi kecil yang mahasiswanya banyak berasal dari keluarga kurang mampu,” ujar Budi saat dihubungi dari Jakarta, Senin (27/4/2020).

Bacaan Lainnya

PTS kategori kecil yang dimaksud adalah perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa kurang dari 2.500 orang. Jumlahnya sekitar 75% dari jumlah perguruan tinggi di Tanah Air.

Mahasiswa yang kuliah di PTS kecil tersebut, kutip Budi, sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu. Sementara, mahasiswa dari keluarga mampu lebih banyak kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terus disubsidi oleh pemerintah.

Mahasiswa dari keluarga mampu bisa masuk PTN yang jumlah mahasiswanya di atas 10 ribu orang, karena orang tuanya mampu membiayai anak tersebut untuk ikut bimbingan belajar. Sementara yang berasal dari keluarga tidak mampu dan juga tidak memiliki kemampuan akademik baik, terpaksa melanjutkan ke PTS kecil.

“Seharusnya pemerintah membantu PTS yang kecil -kecil, karena selama ini mereka membantu pemerintah dalam menyediakan layanan pendidikan bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu,” terang dia.

Akibat pandemi Corona, lanjut dia, sebagian besar PTS kategori kecil itu kesulitan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pasalnya banyak orang tua mahasiswanya yang terganggu ekonominya dan kesulitan membayar SPP. Padahal sebagian besar operasional PTS kecil berasal dari SPP.

Berbeda halnya dengan PTN yang mana pandemi COVID-19 tidak berdampak signifikan terhadap operasionalnya. “Pemerintah juga hendaknya mengurangi pajak kepada PTS kecil ini. Baik pajak badan, dosen, maupun IMB,” imbuh Budi.

Budi memperkirakan semakin banyak mahasiswa yang putus kuliah karena terdampak pandemi COVID-19. “Saya kira, akan semakin banyak yang putus kuliah. Hampir setiap hari, saya menerima laporan terkait hal itu,” ujar dia.

Mahasiswa yang paling banyak terdampak adalah mahasiswa yang kuliah di PTS kategori kecil. Hal itu dikarenakan berasal dari keluarga tidak mampu, yang terganggu perekonomiannya karena pandemi COVID-19.

Laporan yang diterima, PTS yang terdampak paling banyak di Pulau Jawa, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Karena di wilayah itu paling banyak kasus positif COVID-19, sehingga pemerintah daerahnya sangat protektif, masyarakatnya tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Secara umum, Pulau Jawa memiliki masalah besar,” katanya.

Kesulitan yang dialami mahasiswa tersebut, kata dia, berdampak langsung pada operasional PTS yang mengandalkan SPP dari mahasiswa. “Kondisi itu dialami PTS kecil, yang persentasenya sekitar 75 persen hingga 80 persen dari jumlah perguruan tinggi di Tanah Air,” ujarnya.

APTISI sudah meminta rektor PTS untuk memberikan kemudahan pada mahasiswa yang berasal dari golongan tidak mampu. Apalagi saat ini, mahasiswa sedang menghadapi ujian akhir semester.

“Saya sudah meminta rektor-rektor untuk memperbolehkan mahasiswanya yang kesulitan keuangan, untuk tetap mengikuti ujian secara daring. Namun, sekarang ada kendala, yakni mahasiswa kesulitan membeli kuota internet dan untuk PTS kecil infrastruktur pembelajaran daringnya belum lengkap,” katanya. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *