Badan Bahasa menggelar kegiatan Pemasyarakatan Bahasa Indonesia bagi Pelaku Wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Mereka mengenalkan buku saku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai terobosan penguatan bahasa Indonesia di sektor pariwisata.
Semarak.co – Sebanyak 70 pelaku wisata, mulai dari pemandu hingga penyedia jasa wisata, mengikuti kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dengan wisatawan asing.
“Selain buku saku, para peserta juga diperkenalkan buku pedoman, digitalisasi buku ajar, serta buku panduan bimbingan teknis. Seluruh produk ini sebagai bekalpelaku wisata agar dapat mengenalkan bahasa Indonesia di tempat wisata,” ujar Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Mitra BKHumas Fortadik, Minggu malam (7/9/2025).
Rangkaian materi yang disampaikan mencakup potensi pariwisata Kabupaten Probolinggo bagi perkembangan BIPA, peran bahasa Indonesia mendukung industri pariwisata, peluang BIPA di sektor wisata, pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal, penguatan budaya lokal, hingga praktik baik pemasyarakatan bahasa Indonesia langsung kepada wisatawan.
Program ini terkait langsung dengan posisi bahasa Indonesia di dunia. Saat ini, bahasa Indonesia dipelajari di 57 negara dengan dukungan 772 lembaga pengajaran BIPA di dunia. Sejak 2023 pula, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO, sejajar dengan sembilan bahasa dunia lainnya.
Hafidz Muksin menegaskan, capaian tersebut harus disyukuri sekaligus diperkuat dengan kerja nyata di lapangan. Ia menyampaikan bahwa tahun ini untuk pertama kalinya pidato resmi pemerintah Indonesia dalam Sidang Umum UNESCO akan menggunakan bahasa Indonesia, sebuah simbol penting kedaulatan bahasa negara di kancah internasional.
Hafidz juga menekankan keterkaitan erat antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai pemerkaya bahasa Indonesia. “Dalam bahasa daerah terdapat nilai sejarah, budaya, dan adat istiadat yang menjadi nilai luhur kebangsaan kita. Melestarikan bahasa daerah sama pentingnya dengan upaya membawa bahasa Indonesia ke panggung dunia,” katanya.
Kepala Balai Bahasa Jawa Timur Puji Retno Hardiningtyas menyebut kehadiran buku saku BIPA ini sebagai inovasi pertama balai bahasa di Indonesia. Menurutnya, buku tersebut terbukti efektif karena wisatawan asing menunjukkan antusiasme ketika diperkenalkan bahasa Indonesia dasar.
“Buku ini sederhana tetapi bermakna. Wisatawan merasa senang sekaligus tertarik untuk belajar, dan pelaku wisata jadi punya alat bantu praktis saat berinteraksi,” ujar Retno.
Dari sisi masyarakat, kegiatan ini disambut positif. Kepala Desa Ngadirsari, Sunaryono, menyebut bahwa warga setempat semakin percaya diri setelah dibekali materi dan buku saku. “Biasanya kita belajar ingin bahasa asing, kini kita justru diajak mengenalkan bahasa Indonesia kepada turis. Itu membuat kita lebih mencintai bahasa persatuan ini,” ucapnya.
Sekretaris Badan Bahasa Ganjar Harimansyah menambahkan, pelaku wisata memegang peranan ganda sebagai penggerak ekonomi dan sekaligus agen diplomasi bahasa. Ia menyebut mereka sebagai “pahlawan devisa” karena interaksi sehari-hari dengan wisatawan asing menjadi kesempatan emas mengenalkan bahasa Indonesia. (hms/smr)