Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla (JK) menyebut munculnya fenomena Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dengan dukungan begitu besar karena adanya kekosongan kepemimpinan. Hal itu lantaran pemerintah kurang menyerap atau menerima aspirasi masyarakat.
semarak.co-Hal ini dipaparkan JK dalam webinar kebangsaan yang digelar PKS bertajuk Partisipasi Masyarakat Sipil dalam Membangun Demokrasi yang Sehat, Jumat malam (20/11/2020) seperti dilansir dari Sripo di Tribunnews.com, Sabtu (21/11/2020)
“Adanya kekosongan itu, maka begitu ada pemimpin yang karismatik, katakanlah karismatik begitu, atau ada yang berani memberikan alternatif, tentu orang mendukungnya. Masalah Habib Rizieq itu adalah sesuatu indikator bahwa ada proses yang perlu diperbaiki dalam sistem demokrasi kita,” ucap JK
Menurutnya munculnya masyarakat yang memilih Rizieq untuk menyuarakan aspirasi mengindikasikan ada sesuatu yang penting yang wajib dievaluasi. Terutama oleh partai-partai Islam. “Bahwa ada kekosongan sistem atau cara kita berdemokrasi khususnya dalam ideologi keislaman yang kemudian diisi oleh Habib Rizieq,” katanya lagi.
Ia berharap hal ini diperbaiki. Sehingga, ujar JK, demokrasi tak lagi kembali ke jalan. “Sehingga kita takut bahwa ini nanti demokrasi akan kembali ke demokrasi katakanlah sistem yang demo-demo macam-macam yang juga tentu merusak system,” papar JK yang wapresnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode pertama (2014-2019).
Rizieq Syihab kembali ke Indonesia pada 10 November 2020. Ia pulang setelah tiga tahun di Arab Saudi. Kerumunan massa terjadi di beberapa titik. Beberapa telah di tes dan positif corona (Covid-19).
Saudagar asal Sulawesi Selatan (Sulsel) ini mengaku heran persoalan Habib Rizieq harus ditangani atau membuat pihak Polisi dan TNI sampai turun tangan. Padahal persoalan ini bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang elegen.
“Ada semacam krisis kepercayaan dari ratusan ribu orang itu kepada para pemimpinan atau wakil rakyat, serta lembaga atau parpol politik yang selama ini sebagai saluran aspirasi,” ulangnya.
Bahkan Jusuf Kalla pun heran begitu hebatnya permasalahan Habib Rizieq Shibab sehingga polisi dan tentara harus turun tangan, sehingga seperti menghadapi suatu goncangan.
“Kenapa masalah Habib Rizieq begitu hebat permasalahannya sehingga polisi, tentara turun tangan, seperti kita menghadapi sesuatu yang goncangan,” ujar Jusuf Kalla yang akrab disapa JK.
Maka berikut ini 3 fakta disampaikan oleh Jusuf Kalla dan kekhawatirkan mantan Wakil Presiden ini akan gejolak lain yang akan atau muncul masalah baru. Pertama, Perbaiki Sistem Demokrasi di Indonesia.
Maka itulah Menurut JK terkait dengan persoalan Habib Rizieq ini, merupakan suatu indikator, bahwa proses sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia harus diperbaiki.
“Kenapa ratusan ribu orang itu, kenapa dia tidak percaya DPR untuk berbicara? Kenapa tidak dipercayai partai-partai, khususnya partai Islam untuk mewakili masyarakat itu, kenapa masyarakat memilih Habib Rizieq untuk menyuarakan, yang punya aspirasi,” papar JK.
Kedua, Ada Kekosongan Kepemimpinan yang Kini Diisi Habib Rizieq. Menurut Jusuf Kalla hal inilah yang harus disikapi dengan bijak mengapa hal ini bisa terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, menurut Jusuf Kallah, harus menjadi bahan evaluasi semua pemangku kepentingan, khususnya partai-partai Islam lainnya mengapa mereka kini lebih percaya kepada Habib Rizieq?
“Ada kekosongan suatu sistem, atau cara demokrasi, khususnya dalam ideologi keislaman, yang kemudian diisi Habib Rizieq,” ujar JK yang Ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI) dan Ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI)
Ketiga, Jangan Sampai Muncul Demokrsi Jalanan. Menurut Jusuf Kalla, semua pihak harus berpikir bijak dan jernih serta duduk bersama menyelesaikan persoalan ini.
Jika persoalan tersebut tidak dapat diatasi, kata JK, akan muncul masalah baru dikemudian hari dan rakyat bisa mengambil haknya kembali yang telah diberikannya kepada wakil rakyat. “Jangan sampai kita kembali lagi ke demokrasi jalanan, ini bisa kembali apabila wakil-wakil yang dipilihnya tidak memperhatikan aspirasi seperti itu,” papar JK.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komaruddin menilai kekosongan kepemimpinan yang disinggung Wapres RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla disebabkan rakyat kehilangan figur teladan.
Ujang menyebut, pernyataan JK itu sebagai bahasa atau sindiran halus atas wajah kepemimpinan Indonesia yang saat ini belum bisa sepenuhnya memiliki hati rakyat, dan malah terkesan cuek dengan tidak mendengarkan aspirasi rakyat.
Ujang menyebut fenomena demonstrasi di sejumlah wilayah akibat penolakan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang terjadi belakangan ini juga menunjukkan bahwa pemerintah seolah malah membelakangi rakyat.
“Sesungguhnya kita bukan kekosongan kepemimpinan, tetapi kepemimpinan yang tidak responsif, artinya pemerintah dan DPR tidak aspiratif dan responsif atas kehendak rakyat,” kata Ujang dilansir CNNIndonesia, Minggu (22/11/2020).
Jadi rakyat tidak punya figur teladan dan contoh dari elit politik baik eksekutif maupun legislatif, nilai dia, akhirnya mereka mencari sosok lain. Sikap pemimpin saat ini, lanjut Ujang, menyebabkan sebagian rakyat mencari alternatif sosok pemimpin baru, salah satunya seperti semakin meluasnya dukungan untuk Habib Rizieq Shihab.
Menurutnya, pencarian sosok pemimpin sesuai identitas yang dilakukan rakyat adalah hal wajar. Seperti contoh Indonesia yang memiliki mayoritas rakyat beragama islam akan mencari figur pemimpin yang sesuai identitas.
Namun, fenomena dukungan besar rakyat kepada figur pemimpin seperti Rizieq Shihab yang berasal dari organisasi masyarakat dan bukan kader partai pemerintah patut menjadi sebuah bahan introspeksi bagi pemimpin saat ini.
Sebab, itu artinya, sosok pemerintah yang tergabung dalam partai islam pun seolah terbukti belum mampu memiliki hati rakyat. Ujang menduga hal itu terjadi karena dalam proses kerjanya para pemerintah tidak memenuhi aspirasi rakyat banyak dan malah cenderung abai atau menghendaki aspirasi sejumlah golongan saja.
“Rakyat banyak dikecewakan DPR dan Pemerintah, maka mereka mencari sosok lain. Kalau terus menerus seperti ini rakyat akan semakin tidak percaya atas legislatif eksekutif. Dan ini bahaya gitu lho, ketika rakyat tidak percaya pemimpin, dan pemimpin membelakangi rakyatnya, kan lucu,” kata Ujang.
Harusnya pemimpin hadir dari partai nasional itu, saran dia, termasuk dari partai islam, bukan dari ormas seperti Habib Rizieq dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, Ujang pun mengimbau agar kaderisasi partai politik digodok sedemikian rupa untuk menciptakan figur pemimpin yang utuh dan bersama rakyatnya.
Bila hal itu dilakukan dan terpenuhi, lanjut Ujang, maka tidak akan ada kondisi kekosongan kepemimpinan sehingga sebagian rakyat beralih mencari figur pemimpin yang lain.
“Seharusnya pemerintah saat ini mengantisipasi dengan cara mengikuti aspirasi publik dan rakyat, lalu sejahterakan rakyat. Sejatinya partai melahirkan pemimpin yang cinta rakyat, dan kalau rakyat sejahtera tidak akan mencari sosok pemimpin lain,” pungkasnya.
Sebelumnya, sebagai penyebab di balik semakin meluasnya dukungan untuk Rizieq Shihab. JK juga menyoroti kegaduhan yang terjadi pasca-kepulangan Rizieq yang melibatkan TNI-Polri sehingga seolah-olah negara berada dalam kondisi guncang.
Oleh sebab itu, JK mewanti-wanti agar kondisi tersebut tak membawa Indonesia kembali pada era demokrasi jalanan, saat masyarakat tak lagi memiliki kepercayaan terhadap negara sehingga menentukan jalan mereka sendiri dengan berdemonstrasi.
“Sebab menurunnya, kondisi itu menimbulkan kerugian bagi negara, seperti menghambat pembangunan ekonomi maupun pembangunan,” kata JK di akun YouTube PKS TV, Jumat malam (20/11/2020). (net/smr)
sumber: tribunnews.com di babe.news.com/cnnindonesia.com di law-justice.co (minggu 22/11/2020) di WA Group Anies For Presiden 2024/indopos.co.id