Peneliti BRIN Kirim Surat Minta Maaf dengan Alasan Emosi, Muhammadiayah Minta Jangan Terpancing, Fraksi PKS dan PAN: Harus Ditindak

Kolase gambar Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin dengan tangkapan postingan Andi Pangerang Hasanuddin yang viral, salah satunya jadi twitt @HisyamMochtar. Foto: medsos twitter

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto, mengecam perbuatan peneliti BRIN, AP Hasanudin yang menebar ancaman ingin membunuh warga Persyarikatan Muhammadiyah melalui akun media sosial.

semarak.co-Menurut Mulyanto, perbuatan itu sangat tidak pantas dilakukan seorang peneliti lembaga riset Pemerintah yang dibiayai uang rakyat. Mulyanto minta Kepala BRIN Laksana Tri Handoko segera mengambil sikap tegas atas perbuatan anak buahnya tersebut.

Bacaan Lainnya

Perbuatan AP Hasanudin ini, nilai Mulyanto, sangat jauh dari etika peneliti, karena menebar ancaman pembunuhan kepada pihak tertentu. Belakangan pelakunya juga sudah membuat surat pernyataan yang mengakui perbuatannya dan tidak menyatakan penyesalannya apalagi merasa bersalah.

“Karena itu perbuatannya harus ditindak tegas. Pernyataan peneliti BRIN tersebut mencerminkan sikap intoleran, radikal, kebencian dan kekerasan,” ujar Mulyanto yang juga Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI dalam rilis yang dilansir melalui WAGroup Jurnalis Kemenag, Senin (24/4/2024).

Padahal etika yang diharapkan dari seorang peneliti di lembaga riset dan teknologi adalah sikap yang toleran, rasional, obyektif dan berbasis ilmiah. “Harus diperingatkan dan ditegur keras karena perbuatannya merusak reputasi BRIN yang sudah makin merosot,” kecamnya.

Kepala BRIN, pinta Mulyanto, harus segera bertindak tegas. “Ini tidak bisa dibiarkan dan tidak cukup dengan meminta maaf. Saya sendiri sudah mengirim pesan singkat kepada Kepala BRIN,” kata Mulyanto dipenutup rilisnya.

Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay ikut mengecam juga. “Saya mengecam keras atas pernyataan ancaman yang disampaikan oleh Andi Pangerang Hasanuddin yang mengancam akan menghalalkan darah semua warga Muhammadiyah,” kecam Saleh dirilis yang dilansir melalui WAGroup Jurnalis Kemenag juga, Senin (24/4/2023).

Pernyataan tersebut sangat tidak pantas disampaikan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN). Apalagi, nilai Saleh, ASN tersebut bekerja di lembaga penelitian seperti BRIN. “Betul-betul aneh neh. Mereka kan bekerjanya sebagai ASN. Mestinya, bekerja secara profesional. Tidak memihak pada satu paham keagamaan atau kelompok organisasi,” umpatnya.

Ancaman yang disampaikan itu sangat menodai kerukunan umat beragama, sambung dia, banyak warga negara yang merasa was-was, khawatir, dan bahkan takut. “Menghalalkan darah itu sama dengan ancaman membunuh. Itu tentu pernyataan yang sangat serius dan berbahaya,” paparnya.

Mestinya, kata Saleh, ini bukan delik aduan. Kalau ada ancaman membunuh seperti ini, aparat penegak hukum harus segera melakukan langkah antisipatif. “Paling tidak, pelakunya diamankan terlebih dahulu. Diperiksa dasar dari pernyataannya,” ujarnya.

Di Indonesia, lanjut dia, berbeda agama itu biasa. Semua saling menghormati. Semua hari besar umat beragama dirayakan dengan baik. Dijadikan hari libur bersama. “Kalau yang beda agama saja bisa saling menghormati, kenapa yang hanya berbeda metode penentuan 1 Syawal malah hampir seperti mau perang?” ujarnya sambil melanjutkan.

“Perbedaan itu malah bukan hanya sekali ini terjadi. Sudah puluhan kali. Dan itu tidak hanya terjadi di Indonesia, di negera lain pun ratusan negara merayakan lebaran tanggal 21 April 2023,” demikian Saleh menambahkan.

Dalam konteks ini, kata dia, walaupun AP Hasanuddin telah meminta maaf, APH harus tetap memeriksa yang bersangkutan. Kejadian seperti ini tidak boleh terulang kembali. Karena itu, penegakan hukum harus diterapkan. Negara harus hadir melindungi seluruh warga negara. Apalagi, warga Muhammadiyah yang telah berkontribusi bagi bangsa ini bahkan sebelum Indonesia merdeka.

“Permintaan maaf satu hal. Penegakan hukum hal yang lain. Kalau tidak diproses hukum, besok lusa akan ada orang yang mengulangi lagi. Lalu kalau ribut, dengan enteng meminta maaf. Penegakan hukum kan tidak seperti itu. Harus tegak lurus dan adil bagi semua,” tutupnya.

Menyikapi komentar di media sosial terkait dugaan oknum peneliti astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berisi kemarahan terhadap warga Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad mengimbau agar warga Muhammadiyah agar tetap bijak, dan dewasa.

“Kami mengimbau agar warga tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan idul fitri 1444 H,” tutur Dadang, Senin (24/4/2023) dilansir melalui WAGroup Jurnalis Kemenag, Senin petang (24/4/2023).

Dadang menambahkan, Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman diperlakukan negatif atau buruk seperti itu sepanjang perjalanan sejarahnya hingga kini. “Dulu ketika Kyai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman,” ujarnya.

“Kini perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu, mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” jelas Dadang lagi.

Dadang mengajak kepada para pihak yang tak sejalan dengan pandangan keislaman Muhammadiyah agar kedepankan akal sehat, sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama dan berilmu.

“Bila di negeri ini para petinggi negeri selama ini begitu gencar menyuarakan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa serta ajakan jangan radikal dan intoleran. Maka Muhammadiyah hanya ingin bukti apakah hal tersebut dipraktikkan secara autentik dan nyata, bukan hanya ditujukan kepada pihak lain,” pesan dia.

Tapi di lingkungan sendiri-sendiri agar tidak sekadar retorika dan sepihak seperti pepatah Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak atau pepatah lain Tiba di mulut dimuntahkan, Sampai di perut dikempiskan.

Muhammadiyah secara organisasi tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan idul fitri karena sudah biasa dan terbiasa. Ia mengimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa.

Tunjukkan bahwa warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata. Sekali lagi warga Muhammadiyah agar tetap mengedepankan pemikiran dan sikap luhur, serta tidak mengambil langkah sendiri-sendiri.

“Bila dari pernyataan-pernyataan buruk orang-orang itu terhadap Muhammadiyah ada yang sudah melewati batas dan dapat masuk ke ranah hukum, tentu jalan hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa,” tuturnya.

Terakhir, Dadang bergarap kepada para elite negeri dan cerdik cendekia untuk bersama-sama menciptakan suasana beragama dan berbangsa yang lebih kondusif dan bermartabat luhur, seraya menjauhkan diri dari hal-hal tidak atau kurang terpuji yang dapat meretakkan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia milik bersama.

Terbaru Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin menjelaskan penyebab dirinya mengunggah pernyataan yang berbau ancaman kepada warga Muhammadiyah. Dia mengaku emosi dengan serangan yang dilakukan terhadap Thomas Djamaluddin, rekan sesama peneliti di BRIN.

“Komentar tersebut dikarenakan rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak,” kata Andi lewat surat permintaan maafnya yang dikutip tempo, Senin, 24 April 2023 dilansir laman berita msn.com, Senin (24/4/2023).

Komentar bernada ancaman tersebut memang bermula dari unggahan Thomas Djamaluddin di akun Facebooknya. Saat itu, profesor astronomi dan astrofisika BRIN tersebut mengunggah mengenai perdebatan adanya perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah.

Penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah yang dimaksud adalah penentuan tanggal Idul Fitri tahun 2023. Dalam unggahan awalnya, Thomas menilai Muhammadiyah tidak patuh dengan keputusan pemerintah mengenai penentuan Lebaran tahun ini.

Di dalam unggahan status inilah, Andi diduga melontarkan komentar yang bernada mengancam terhadap warga Muhammadiyah. Komentar inilah yang kemudian viral di media sosial dan mendapatkan banyak kecaman dari warganet dan sejumlah tokoh Muhammadiyah.

Dalam suratnya, Andi tidak menjelaskan serangan terhadap akun Thomas yang dia maksud. Akan tetapi, dia meminta maaf kepada pimpinan dan seluruh warga Muhammadiyah. Dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

“Saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan dan seluruh warga Muhammadiyah yang merasa tersinggung dengan komentar saya tersebut. Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini lagi di waktu-waktu mendatang,” ujar dia.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan tengah menyelidiki unggahan ancaman kepada warga Muhammadiyah yang diduga dilakukan salah satu penelitinya itu. Dia mengatakan BRIN masih mengecek status ASN si pengunggah, yakni Andi Pangerang Hasanuddin. “Saat ini BRIN sedang melakukan pengecekan kebenaran atas informasi tersebut,” kata Laksana lewat keterangan tertulis, Senin, 24 April 2023.

Laksana mengatakan pengecekan status ASN itu dilakukan untuk mengkonfirmasi benar tidaknya bahwa Andi merupakan pegawai di BRIN. Dia mengatakan apabila penulis komentar itu benar merupakan ASN di BRIN, maka sesuai regulasi BRIN akan memprosesnya lewat Majelis Etik ASN.

“Apabila penulis komentar tersebut dipastikan ASN BRIN, sesuai regulasi yang berlaku BRIN akan memproses melalui Majelis Etik ASN, dan setelahnya dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS sesuai PP 94/2021,” kata Laksana Tri Handoko. (net/tpc/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *