Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengumumkan pembatasan baru menyangkut visa dalam beberapa hari mendatang untuk memblokir masuknya pekerja asing tertentu dan melindungi warga AS yang berjuang mencari lowongan pekerjaan, yang hancur akibat pandemi wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
semarak.co– Ketika ditanya apakah akan ada pengecualian dalam pembatasan baru itu, Trump mengatakan sangat sedikit. “Kami akan mengumumkan sesuatu besok atau lusa terkait pembatasan visa,” katanya kepada Fox News Channel seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/6/2020).
Trump, yang diperkirakan akan mengumumkan pembatasan baru, menolak memberikan rincian lebih lanjut. “Kita membutuhkan pekerja asing untuk perusahaan-perusahaan besar, yang telah sekian lama mempekerjakan orang-orang tertentu, tetapi sangat sedikit pengecualian. Dan kita bahkan mungkin akan sangat ketat untuk jangka waktu tertentu,” imbuhnya.
Para kritikus mengatakan Trump tampaknya akan menggunakan pandemi Covid-19 untuk mencapai tujuannya yang sudah lama, yaitu membatasi imigrasi ke AS. Sikapnya yang keras tentang imigrasi merupakan aspek penting bagi para pemilih saat ia berupaya terpilih kembali sebagai presiden.
Perusahaan-perusahaan besar Amerika, khususnya di sektor teknologi telah mendesak Trump untuk tidak menghalangi aliran pekerja asing ke Amerika Serikat. Menurut mereka, halangan itu akan merugikan perekonomian. Tindakan baru itu akan menjadi langkah terkini Trump untuk membatasi imigrasi dalam menanggapi pandemi dan keterpurukan ekonomi.
Pada April, ia memerintahkan penangguhan sementara pada beberapa kalangan orang asing untuk tinggal secara permanen di Amerika Serikat. Trump pada Maret juga mengumumkan peraturan baru yang berfokus pada kesehatan dan memungkinkan imigran yang tertangkap di perbatasan bisa dideportasi dengan cepat. Peraturan itu juga secara virtual memutus akses ke sistem suaka AS.
Pada saat yang sama, ia mengumumkan perbatasan darat dengan Kanada dan Meksiko akan ditutup untuk penyeberangan yang tidak penting. Pemberlakuan penutupan itu telah diperpanjang beberapa kali.
Sementara itu Penasihat Joe Biden, mantan wakil presiden dan calon presiden (capres) Amerika Serikat dari Partai Demokrat membentuk tim transisi peralihan kepemimpinan jika Biden menang pada pemilihan presiden November 2020, menurut pernyataan pihak terkait, Sabtu (20/6/2020) seperti dilansir Reuters.
Ted Kaufman, orang dekat Biden, telah merekrut enam orang, termasuk sejumlah eks pejabat pemerintahan Presiden Barack Obama. Seorang sumber mengatakan anggota tim nanti akan bertambah.
Beberapa kandidat utama calon presiden (capres) dari partai mulai membuat tim transisi sebelum pemilihan umum berlangsung guna membangun koordinasi dengan petahana.
Lewat pernyataan tertulis, Kaufman mengatakan tim transisi akan “memastikan keberlanjutan pemerintahan” apabila Biden harus mengambil alih penanggulangan pandemi COVID-19, yang menyebabkan krisis ekonomi di AS. “Belum ada yang pernah mengambil alih jabatan presiden dan langsung menghadapi tantangan berat sejak masa Franklin Delano Roosevelt,” kata Kaufman.
Ia menambahkan Biden siap langsung bekerja sejak hari ia disumpah menjabat sebagai presiden. Kaufman sempat menjabat sebagai anggota Senat dari Delaware saat Biden jadi wakil presiden pada 2009.
Ia juga merupakan salah satu pengusul suatu undang-undang, yang mewajibkan persiapan transisi kekuasaan dimulai enam bulan sebelum pemilihan presiden. Beleid itu ditetapkan pada 2015.
Yohannes Abraham, yang sempat menjabat di Gedung Putih pada pemerintahan Obama, akan mengurusi kegiatan sehari-hari tim transisi. Tim transisi akan terpisah dan bersifat independen dari tim kampanye Biden. Anggota tim transisi lainnya termasuk eks wakil direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Avril Haines, yang juga menjabat saat pemerintahan Obama. (net/lin)