Oleh Nashrun Minallahi Wafathun Qarieb */ Kampung Lawas Sby *
semarak.co-Ketika seorang hamba mempunyai dosa kepada Allah, maka orang tersebut harus bertaubat, beristighfar memohon ampun kepada Allah. Dan ampunan Allah sangat luas bagi setiap manusia.
Akan tetapi ketika seorang hamba mempunyai kesalahan terhadap orang lain terlebih kepada sesama muslim, maka urusannya bukan sekedar bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, tetapi hamba tersebut harus bersegera meminta maaf dengan sepenuh hati kepada orang yang yang telah dizalimi.
Sebab konsekuensi yang akan ditanggung seorang hamba yang tidak mau meminta maaf kepada orang yang pernah dizaliminya sangat besar. Itu bisa merontokan pahala yang pernah dikerjakannya dan justru menambah dosa bagi dirinya.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib terdapat sebuah hadits nabi Muhammad ﷺ tentang bersegera meminta maaf atas perbuatan zalim yang pernah dilakukan pada orang lain.
Rasulullah bersabda: Barangsiapa ada padanya perbuatan zalim kepada saudaranya menyangkut kehormatan atau apapun, maka hendaklah ia segera meminta kehalalan atas perbuatan zalim yang dia lakukan hari itu juga sebelum tidak ada dinar dan tidak ada dirham (yaitu pada hari kiamat dimana harta benda tidak ada gunanya).
Jika ada baginya amal saleh maka diambil lah pahalanya sesuai dengan kadar kezalimannya. Jika sudah tidak ada amal-amal kebaikan, maka diambil lah dari dosa-dosanya orang-orang yang dizalimi. Lalu dosa itu dibebankan kepadanya. (HR Bukhari dan Tirmidzi). *
Tanya: Wajibkah kita taat kepada pemimpin yang maksiat dan bagaimana pemimpin yang wajib kita patuhi menurut ajaran Islam? (Zulkifli Ya’cub, Blankejeren, Aceh Tenggara).
Jawab: Menurut Hadis Riwayat Muslim dari Auf bin Malik, bahwasanya ia mengatakan:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قَالُوا قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ (رواه مسلم).
Artinya: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik pemimpin-pemimpinmu ialah yang kamu sekalian cintai dan mereka pun mencintaimu sekalian, kamu mendoakan mereka dan mereka mendoakanmu, dan sejelek-jelek pemimpin-pemimpinmu_ialab yang kamu benci mereka itu dan mereka pun benci padamu sekalian, kamu doakan mereka jelek dan mereka pun mendoakan jelek padamu.”
Orang banyak berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak kita maʼzulkan saja mereka ketika demikian. Nabi bersabda: “Tidak, selama mereka menegakkan shalat di tengah-tengah kamu sekalian. “(HR. Muslim dan ‘Auf bin Malik Al Asyja’iy).
Jelasnya secara umum ketaatan kita terhadap pemimpin yang sah jangan sampai pudar sekalipun pemimpin itu melakukan sesuatu yang tidak kita senangi karena perbuatan maksiat.
Dengan catatan, kita tetap beramar makruf dan nahi munkar, dengan cara yang makruf dan tidak munkar, dan sesuai dangan Hadis riwayat Muslim dari Ibnu Umar, yang artinya “Wajib atas seseorang Muslim untuk taat kepada pemimpin baik senang maupun tidak, kecuali kalau diperintahkan untuk berbuat maksiat, maka tidak perlu dituruti.”
sumber: Buku tanya jawab agama jilid 2, hal 23 di WAGroup WAGroup Ngaji Berkah (postKamis6/10/2022/umimarwah)/PA Al-Wasliyah P.Brayan (postKamis6/10/2022/)