Oleh Asp Andy Syam *
semarak.co-Narasi bagi Calon Pemimpin Indonesia
Apakah kamu ingin jadi Pemimpin Indonesia…?
Bukan karena kamu berpenampilan keren
Bukan karena kamu berilmu dan berwawasan luas
Bukan karena kamu intelektual punya konsep atau gagasan
Bukan karena narasimu indah dan mempesona
Bukan karena kamu pandai pidato
Bukan karena kamu sholeh
Bukan karena kamu keturunan Kiyai
Bukan karena kamu orang baik
Bukan karena kamu keturunan pemimpin dan orang berjasa
Bukan karena kamu orang kaya
Sudah berapa banyak orang kaya gagal jadi Pemimpin Indonesia
Bukan karena kamu Jenderal
Sudah berapa banyak Jenderal tidak bisa jadi Pemimpin Indonesia
Bukan karena kamu pemberani
Bukan karena nasionalisme mu hebat
Zaman kini, karena hoki seorang bisa jadi Pemimpin Indonesia.
Hoki artinya tergantung kendaraan (partai) yang membawanya
Hoki artinya siapa kelompok yang mendukungnya dari belakang
Hoki adalah uang yang penting dan menentukan. Segalanya adalah uang. Kalah atau menang…!
Karena kalau kamu terpilih jadi Pemimpin Indonesia, maka kamu hanya jadi petugas partai (kendaraan)
Kamu adalah pelayan bagi pengemudi kendaraan (Ketua partai) dan kelompok pendukungmu (oligarki)
Kemana Indonesia kamu bawa tergantung maunya pengemudi kendaraan dan kelompok pendukungmu (oligarki)
Kamu akan menjadi alat dan badut melayani kemauan pengemudi kendaraan dan kelompok pendukungmu (oligarki).
Mereka cari untung semata mata diatas keķuasaanmu
Mereka ingin balik modal karena mendukungmu (money politic). Dan lebih dari itu, mereka ingin menumpuk kekayaan dari kekuasaan mu untuk meraih kekuasaan berikutnya.
Janjimu kepada mereka (oligarki) lebih penting dari pada janjimu kepada rakyat. Ketika rakyat menagih janjimu kamu acuh saja.
Biar rakyat kecewa, tapi mereka (oligarki) puas dan puas
Rakyat hanya diingat ketika Pemilu
Rakyat dapat bagian ketika transaksi Pemilu (money politic)
Keringat rakyat hari itu dihargai
Bangga terpilih jadi Pemimpin, walaupun dengan money politic.
Tetapi sesudah Pemilu, rakyat dilupakan dan dicampakkan.
Jabatan untuk pengabdian pada kekuasaan bukan pada rakyat.
Wakil rakyat di Senayan, berubah jadi pelayan penguasa (istana). Mereka tidak mampu bilang tidak. Mereka jadi yes man pada penguasa
Tak ada beda penguasa (eksekutif) dan wakil rakyat (legislatif). Mereka tidak hormat pada Konstitusi (UUD 1945)
Konstitusi (UUD 1945) jadi kitab kuno yang mati
Tak ada lagi pedoman bernegara yang jelas
Karena arah negara, kekiri atau kekanan, ditentukan oleh pengemudi kendaraan (Ketua atau elit partai) dan kelompok pendukung penguasa (oligarki).
Cara negara dapat uang belanja (ngutang atau tidak) ditentukan oleh mereka (oligarki).
Tapi kalau negara diterpa badai dan tenggelam, rakyat pun ikut serta tenggelam. Itulah nasib rakyat
Kesedihan rakyat adalah kesenangan penguasa
Kesengsaraan rakyat adalah pesta bagi penguasa
Siapakah yang mampu merubah keadaan diatas, kembali pada Konstitusi (UUD 1945) untuk Indonesia berubah…? Untuk memilih Pemimpin yang benar.
Kembali kepada jati diri bangsa Indonesia sesuai warisan para pendiri bangsa (founding fathers)
Save Indonesia
*Hikmahjalan Kearifan Kepemimpinan dan Peduli Kepemimpinan Bangsa.
20/07/21
sumber: WAGroup Keluarga Alumni HMI MPO (post Selasa 20/7/2021/syam andy)