Pemilih Loyal Anies Baswedan Ada 55,2% dan Lebih Besar dari Kelompok Perempuan

Capres Anies Baswedan diminta selfi oleh pendukungnya saat melakukan safari politik di Kalimantan Barat. foto: ist

Proporsi pemilih loyal bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan yang diusung gabungan Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat, tercatat lebih besar dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

semarak.co-Hasil survei Litbang Kompas, 29 April-10 Mei 2024 menunjukkan, 55,2% responden yang memilih Anies merupakan pemilih loyal terhadap mantan gubernur DKI Jakarta itu. Sebaliknya, terdapat 44,8% responden pemilih Anies yang terbilang kurang loyal.

Bacaan Lainnya

“Tidak kurang dari 55,2 persen dari responden yang mengaku menjatuhkan pilihan politiknya pada Anies terbilang loyal. Mereka mengaku tidak akan mengalihkan dukungannya pada sosok capres lainnya,” tulis Litbang Kompas, Rabu (24/5/2023), dikutip dari Kompas.id dilansir kompas.com – 24/05/2023, 12:50 WIB.

Bila dirinci lebih jauh, lanjut Litbang Kompas, pendukung loyal Anies berasal dari latar belakang jenis perempuan (55,2%), barisan usia terbanyak pada kisaran 35-49 tahun (32,4%), proporsi pendidikan tinggi terbilang besar (22,2%).

Berpijak pada kelompok ekonomi menengah (46,1%) dan menengah ke atas (24,5%). Bila dilihat dari sisi pilihan politiknya, pemilih loyal Anies itu kebanyakan mengaku menjadi pemilih Partai NasDem (22,1%), PKS (10,1%), dan Partai Demokrat (8,8%).

“Berdasarkan latar belakang pemilih loyal Anies, tampak jika pendukung loyalnya tersegmentasi pada kelompok identitas tertentu yang terkonsentrasi pada kelompok sosial elite menengah dan atas dengan latar belakang politik yang mulai tersegmen pada partai-partai pendukungnya,” tulis Litbang Kompas.

Sementara itu, survei menunjukkan bahwa barisan pendukung Ganjar dan Prabowo yang terbilang loyal sebesar 53,5%. Sementara pendukung yang masih dapat berubah pilihan sebanyak 46,5%. Namun, berbeda dengan Anies, Ganjar dan Prabowo memiliki karakteristik dukungan yang berkebalikan.

“Kedua tokoh ini didukung lebih banyak kaum laki-laki. Pada Ganjar, misalnya, 54,3% pemilihnya laki-laki. Prabowo relatif lebih besar, 61,4%. Dari sisi jenjang pendidikan dan kelas sosial ekonomi, pemilih loyal Ganjar dan Prabowo lebih banyak datang dari kelompok sosial menengah hingga bawah,” terang laporan itu.

Menurut survei, 59,9% pendukung Prabowo dan 53,9% pendukung Ganjar berasal dari kalangan berpendidikan dasar. “Kondisi agak mirip juga terjadi pada kelompok ekonomi, yang mendudukkan para pendukung loyal kedua capres pada kelompok menengah ke bawah,” tulis Litbang Kompas.

Terkait pilihan politik, pendukung utama Ganjar umumnya merupakan pemilih PDI-P (53,1%), meski didukung pula pemilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yaitu (7%), dan Partai Gerindra (5,6%). Sementara itu, pendukung loyal Prabowo adalah pemilih Partai Gerindra (43,4%), Golkar (10,9%), PDI-P (11,6%), dan Partai Demokrat (9,3%).

Survei Litbang Kompas ini dilakukan secara tatap muka pada 29 April-10 Mei 2023. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi Indonesia. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error lebih kurang 2,83 persen.

Dilansir kompas.tv/Rabu, 24 Mei 2023 | 10:38 WIB, masih dinamisnya peta persaingan di antara para capres dan perubahan dukungan yang potensial terjadi tidak lepas dari kadar loyalitas dukungan yang terekam pada masing-masing capres tersebut.

Loyalitas dukungan yang dimaksud, terkait dengan seberapa yakin masing-masing pemilih terhadap pilihannya. Apakah pilihan yang diungkapkan sudah menjadi pilihan final yang tidak akan berubah-ubah lagi apapun yang dialami capres pilihannya itu, ataukah kecenderungan terjadi perubahan seiring dengan perkembangan politik yang berlangsung.

Dalam hal ini, potensi kekuatan masing-masing capres dapat dilihat dari seberapa besar kadar loyalitas pendukungnya. Para pendukung yang tergolong loyal (strong voter) tidak akan mengalihkan dukungan pada sosok lain dan sebaliknya yang kurang loyal (swing voter) cenderung berubah.

Semakin besar proporsi swing voter pada setiap capres di satu sisi mengindikasikan kerawanan penguasaan dukungan. Berdasarkan hasil survei, sejauh ini belum ada satupun capres papan atas yang memiliki barisan pemilih loyal yang terbilang kuat.

Masing-masing capres didukung pula oleh para pemilih kurang loyal yang signifikan jumlahnya. Di antara ketiga capres, Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan memiliki barisan pendukung loyal yang relatif lebih besar. Mantap.

Tidak kurang dari 55,2% dari responden yang mengaku menjatuhkan pilihan politiknya pada Anies, terbilang loyal. Mereka mengaku tidak akan mengalihkan dukungannya pada sosok capres lainnya. Sebaliknya, sebanyak 44,8 terbilang kurang loyal.

Jokowi Panik Jadi Cawe-cawe Pilpres 2024

Pernyataan jujur yang blak-blakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan cawe-cawe di pemilihan presiden (Pilpres) pada pemilihan umum (pemilu) 2024 dinilai tidak pantas dan menyalahi kaidah demokrasi. Walaupun Presiden Jokowi sendiri beralasan cawe-cawe yang diambilnya demi kepentingan nasional.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto dalam merespons apa yang diutarakan Jokowi, Selasa (30/5/2023). Jokowi, nilai Mulyanto, harusnya netral dalam penyelenggaraan pemilu. Artinya, tidak boleh ikut campur dalam urusan dukung mendukung atau jegal-menjegal salah satu kandidat.

Kata Anggota Komisi VII ini, Jokowi harus paham bahwa setiap pemerintahan ada batas masa jabatannya. Presiden harus menghormati mekanisme pergantian kekuasaan, bukan malah cawe-cawe mendukung satu kandidat.

“Kalau Presiden cawe-cawe terlalu jauh sama saja mengkhianati demokrasi. Ini kan utamanya soal partisipasi publik dan otoritas partai,” jelas Mulyanto dilansir oposisicerdas.com/Rabu, Mei 31, 2023 dari rmol.

Mulyanto berpandangan, publik harus diberi ruang untuk menentukan siapa yang berhak melanjutkan kursi kepemimpinan nasional. Menurutnya, Jokowi seperti panik dengan popularitas dan elektabilitas Anies Baswedan yang terus meningkat.

Di sisi lain, Jokowi seperti yakin Anies Baswedan figur capres yang tidak bisa diandalkan untuk melanjutkan program-program yang sedang dijalankan. “Karena itu, untuk mengamankan program yang sudah dijalankan Presiden merasa perlu cawe-cawe mendukung capres selain Anies Baswedan,” jelas Mulyanto.

Mengutip jpnn.com, Selasa (30/5/2023), 07.30 WIB, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan elektabilitas Anies Baswedan berada di peringkat 2 bursa calon presiden (capres) di Pilpres 2024.

Hasil survei LSI Denny JA juga menunjukkan mayoritas responden menilai capres Prabowo Subianto merupakan sosok pemimpin kuat yang mampu menumbuhkan ekonomi Indonesia sehingga elektabilitasnya sebagai capres mengungguli tokoh-tokoh lainnya.

“Di antara tiga capres, Prabowo Subianto merupakan calon presiden yang dinilai atau lebih mengesankan pemimpin kuat yang dapat menumbuhkan ekonomi,” kata Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi jpnn.com di Jakarta, Senin (29/5/2023) dilansir jpnn.com.

Lantaran ada penilaian tersebut, kata Ardian, elektabilitas Prabowo sebagai capres di Pilpres 2024 berada di urutan pertama dengan perolehan dukungan sebesar 56,2%. Posisi kedua, ada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas sebesar 18,7%, dan Ganjar Pranowo di urutan 3 dengan elektabilitas sebesar 14,8%.

Ardian menyampaikan elektabilitas Prabowo sebagai capres menduduki posisi pertama di kategori populasi umum. Elektabilitas Prabowo di kategori populasi umum sebesar 33,9% berhasil mengungguli perolehan elektabilitas Ganjar 31,9% dan Anies 20,8%.

Meskipun begitu, dalam survei terkait dengan elektabilitas beberapa tokoh yang berpotensi menjadi capres berdasarkan kedekatan mereka dengan media, Ganjar menduduki peringkat nomor satu. “Elektabilitas Ganjar sebesar 36,4 persen, diikuti Prabowo dengan 28,3 persen, dan Anies dengan 25,1 persen,” ujar dia.

Dia menyampaikan beberapa alasan yang membuat Prabowo lebih banyak dinilai oleh responden sebagai pemimpin kuat dalam menumbuhkan ekonomi di Tanah Air dibandingkan Ganjar.

Berdasarkan riset kualitatif dari LSI Denny JA diketahui posisi Ganjar sebagai petugas partai melemahkan figur Ganjar di hadapan Prabowo yang merupakan pendiri dan ketua umum partai. “Petugas partai tidak mengesankan pemimpin yang kuat, pemimpin yang mandiri, pengendali partai, apalagi pengendali pemerintah,” kata dia.

Berikutnya, terkait rekam jejak kepemimpinan, Prabowo memiliki kesan di mata masyarakat sebagai pemimpin yang lebih diterima di spektrum politik yang lebih luas sehingga memiliki kekuatan untuk memulai kebangkitan ekonomi Indonesia.

“Selain itu, rekam jejak cita-cita Prabowo soal ekonomi Indonesia menjadi Macan Asia sudah dikenal luas sejak Pilpres 2014 atau sembilan tahun lalu. Prabowo dianggap sudah lebih lama dan intens tenggelam dalam cita-cita membangkitkan ekonomi Indonesia untuk lebih menonjol di tingkat dunia,” ujar Ardian.

Survei LSI Denny JA itu dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia pada 3–14 Mei 2023. Survei itu memiliki margin of error sebesar 2,9%.

Anies Paling Agamis

Tiga bakal capres Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan rupanya memiliki kesan tersendiri di mata masyarakat. Hal ini terungkap dari hasil survei terbaru Populi Center yang telah memetakan akseptabilitas tiga bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024 tersebut.

Dari hasil tersebut, disimpulkan ada beberapa hal menonjol yang memberikan kesan berbeda dari masing-masing kandidat. Ada enam indikator yang digunakan untuk mengukur akseptabilitas ketiga bakal capres, yaitu ketegasan, wibawa, keramahan, keterkinian, sikap toleran, dan sifat agamis.

Hasilnya, bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai paling tegas dan berwibawa. Sementara, bakal capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo dianggap paling ramah, paling kekinian, dan paling toleran.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Adapun bakal capres Koalisi Perubahan atau koalisi Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anies Baswedan dinilai paling agamis.

Dilansir tribunwow.com dari Kompas.com, berikut persentase akseptabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies di mata publik menurut survei Populi Center:

Tegas

Prabowo Subianto: 58,4 persen

Ganjar Pranowo: 22,1 persen

Anies Baswedan: 13,8 persen

Tidak tahu/tidak jawab (TT/TJ): 5,7 persen

Berwibawa

Prabowo Subianto: 51,0 persen

Anies Baswedan: 22,3 persen

Ganjar Pranowo: 20,0 persen

TT/TJ: 6,7 persen

Ramah

Ganjar Pranowo: 48,3 persen

Anies Baswedan: 29,6 persen

Prabowo Subianto: 14,1 persen

TT/TJ: 8,0 persen

Keren/kekinian

Ganjar Pranowo: 39,8 persen

Anies Baswedan: 31,2 persen

Prabowo Subianto: 19,0 persen

TT/TJ: 10,0 persen

Toleran/menghargai perbedaan

Ganjar Pranowo: 38,4 persen

Prabowo Subianto: 25,8 persen

Anies Baswedan: 22,1 persen

TT/TJ: 13,7 persen

Agamis

Anies Baswedan: 34,8 persen

Ganjar Pranowo: 27,5 persen

Prabowo Subianto: 19,2 persen

TT/TJ: 18,5 persen

Survei tersebut juga memetakan elektabilitas ketiga bakal capres secara umum. Pada survei dengan pertanyaan terbuka, Prabowo unggul dengan elektabilitas 22,8%. Ketua Umum Partai Gerindra itu unggul tipis dari Ganjar yang elektabilitasnya berada di angka 21,2%. Sementara, Anies mengekor di urutan ketiga dengan elektabilitas 13,5%.

Pada survei dengan pertanyaan tertutup, Prabowo masih unggul dibandingkan dua pesaingnya, baik Ganjar maupun Anies. Elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut mencapai 35,8%, menyalip Ganjar yang angka elektoralnya 34,4% dan Anies dengan elektabilitas 21,5%.

Selama setahun belakangan, elektabilitas Prabowo terbilang fluktuatif. Namun, dibandingkan dengan bulan lalu, angka elektoral mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu melonjak signifikan.

Bahkan, ini merupakan kali pertama Prabowo kembali mengungguli Ganjar setelah setahun terakhir elektabilitasnya tergeser oleh kandidat calon presiden PDI Perjuangan itu. Adapun survei ini digelar selama 4-12 Mei 2023. Sampel survei tersebar secara proporsional di 38 provinsi di Indonesia.

Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden dengan metode acak bertingkat dengan. Dengan metode tersebut, margin of error survei kurang lebih 2,83. (net/kpc/kptjpn/tbw/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *