Pemerintah memutuskan menghapus dua proyek pengembangan pesawat, yakni R80 dan N245 dari daftar proyek strategis nasional (PSN), pada Jumat 29 Mei 2020. Kedua Jenis pesawat tersebut dikembangkan PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan swasta yang didirikan almarhum B.J. Habibie.
semarak.co– Direktur Komunikasi RAI Justin Djogo mengatakan, keluarnya pesawat terbang regional turboprop R80 dari PSN menimbulkan banyak pertanyaan.Justin mengatakan, perlu diketahui juga bahwasanya pesawat terbang N245 pun yang direncanakan PT Dirgantara Indonesia sebetulnya berdasarkan konsep pesawat terbang CN235, rancangan lainnya oleh B.J. Habibie.
“Kami ingin klarifikasi agar tidak terjadi salah persepsi mengenai rencana RAI membangun pesawat kebanggaan nasional R80. Apalagi pesawat terbang itu merupakan proyek terakhir yang direncanakan oleh almarhum Bapak B.J. Habibie,”ujar Justin, dalam keterangan pers, yang diterima media di Jakarta, Rabu (3/6/2020).
Jadi R80, lanjut Justin, proyek strategis dalam kesinambungan perkembangan industri dirgantara nasional. Menurut Justin, Bung Karno dan para pendiri negara kita telah menekankan perlunya penguasan teknologi dan industri dirgantara sebagai hal strategis bagi negara dan bangsa.
Sebagai negara kepulauan dengan bentang dari barat ke timur sekitar 5,500 km serta populasi keempat besar di dunia, sektor dirgantara merupakan prasarana dan sarana dasar yang sangat vital untuk transportasi orang dan barang ; hal ini berbeda dengan negara-negara lainnya.
Tak dapat dipungkiri, lanjut Justin, pengembangan industri dirgantara bernilai strategis ekonomi yang sangat besar. Contohnya, Indonesia adalah pengguna pesawat ATR terbesar, yang sekelas dengan R80 di dunia.
“Jika kita sendiri memproduksi pesawat R80 maka akan memberikan dampak positif dan manfaat strategis bagi perekonomian nasional, daripada kita harus membelinya dari luar negeri,” paparnya.
Selain itu, nilai strategis yang diberikan industri dirgantara nasional, kata Justin, adalah memberdayakan dan mengembangkan SDM kita. Selaras dengan perluasan kapasitas industri maka kebutuhan dan penyerapan SDM pun akan terjadi.
“Kita akan memberdayakan SDM, putra/i terbaik bangsa kita sendiri yang juga tersebar di seantero dunia sesuai kompetensinya untuk bahu membahu mengembangkan industri dirgantara nasional kita,” tulisnya.
Karena dalam sejarah negara kita, lanjut Justin, istilah strategis memang sejak awal Republik Indonesia digunakan untuk bidang, industri dan teknologi dirgantara.
Dalam pidato Bung Karno saat Hari ulang tahun Penerbangan Nasional, 9 April 1962, Sang Proklamator menekankan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan lebih diperkuat oleh komunikas darat, laut dan udara yang terjalin dengan baik.
Begitu pentingnya industri dirgantara nasional, Bung Karno meminta agar dibuatkan Patung Pancoran sebagai monumen Patung Dirgantara. Patung yang menggambarkan manusia angkasa yang penuh semangat. Artinya, keberanian bangsa Indonesia menjelajah angkasa.
Gayung bersambut, di masa Orde Baru, pemerintah pun memasukan industri dirgantara nasional sebagai Industri Strategis, dan ketika masuk di Era Reformasi setelah persoalan politik terkait pengalihan kekuasaan mereda, maka di jaman pemerintahan SBY, industri dirgantara nasional meningkat menjadi Strategi Industri Pertahanan .
Menurut Justin, saat periode pertama pemerintahan Jokowi (2014-2019), industri dirgantara nasional masuk dalam PSN, yakni termasuk R80. R80 dimaksudkan untuk dapat mengisi pasar domestik dan regional menggantikan pesawat asing.
Lalu melakukan regenerasi kemampuan teknologi bangsa, yang terhenti karena surutnya PTDI di tahun 2000an dan menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi. R80 mengisi amanah yang diberikan dalam UU No.1 Penerbangan 2009 dan RIPIN 2015.
Tahun 2017, R80 resmi masuk dalam PSN karena memenuhi kriteria strategis di atas. Sebuah rentang waktu yang sangat singkat dalam berkolaborasi mempersiapkan pembuatan pesawat R80. Sedari awal, sesuai visi dan misi pembuatan R80, pemerintah mendukungnya sehingga bisa masuk dalam PSN.
RAI dalam upaya mendapatkan PSN di 2017 mengusulkan perlunya industri Penerbangan yang mempunyai visi strategis dimana R80 adalah salah satu ujung tombaknya.
RAI bersinergi dengan stake-holder industri penerbangan nasional mengusulkan kepada Pemerintah untuk menyusun Roadmap Industri Penerbangan Nasional, yang awalnya dikoordinasikan oleh Kemenko Maritim RI dan saat ini dilanjutkan oleh Kemenristek BRIN.
Roadmap di dorong oleh stake holder industri, agar Indonesia mempunyai visi dan rencana strategis kedepan Industri Penerbangan sebagai ekosistem dan merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional.
Proyek R80 tetap menjadi salah satu penggerak utama roadmap ini. Dalam pandangan RAI , industri pesawat terbang angkut/ (large transport airplane) masih menjadi penggerak utama industri.
“Pengembangan wahana baru atau drone, merupakan pelengkap dan arah pengembangan teknologi masa depan menggunakan prinsip otomasi dan sistem propulsi listrik,” imbuhnya.
Indonesia mempunyai visi di 2045 menjadi lima pelaku ekonomi terbesar di dunia, hal ini mensyaratkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun dan ini hanya bisa, jika Indonesia membangun industri berbasis teknologi dan inovasi, tidak hanya mengandalkan komoditas sumber daya alam.
“Ini yang menjadi pesan utama kehadiran program pengembangan pesawat R80 di Indonesia tercinta ini,” ujar Justrin seperti dilansir media online ibukota.
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa Industri Penerbangan/Dirgantara mempunyai nilai strategis yang amat besar dan merupakan pekerjaan rumah/ tantangan Pemerintah dan bangsa ini.
“Pemerintah perlu mendayagunakan potensi yang ada, untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing bangsa, mengejar ketinggalan. Industri Penerbangan harus menjadi salah satu Industri Prioritas di masa datang. (net/try/smr)