Pemenang Dapat Akses Modal, Kemenparekraf Umumkan Tiga Pelaku Usaha Terbaik di Ajang FSI

Para pengusaha kuliner menerima penghargaan sebagai pemenang usaha terbaik di ajang FSI yang diselenggarakan Kemenparekraf. foto: internet

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumumkan tiga pelaku usaha terbaik di ajang Food Startup Indonesia (FSI) MMXX yang berhak mendapatkan fasilitasi akses pembiayaan guna pengembangan bisnis.

semarak.co– Ketiga pelaku usaha tersebut sebelumnya melakukan presentasi dalam kegiatan pitching di depan panelis serta calon investor dalam kegiatan puncak Demoday FSI MMXX di Sofitel, Nusa Dua, Bali.

Bacaan Lainnya

Ketiganya, Kato Dehydrated Foods dari Malang, Prospedo Realcho dari Tangerang, dan Eggy Telur Asin Pedas dari Sumedang. Acara FSI MMXX diikuti seratus finalis. Seluruh finalis memperoleh pendampingan mulai pelatihan, konsultasi bisnis, dan pemasaran.

Tiga pelaku usaha yang bergerak di sektor kuliner memperoleh akses modal untuk mengembangkan bisnis dalam acara Food Startup Indonesia (FSI) MMXX yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sepanjang pekan ini di Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio berharap finalis dan investor sama-sama dapat menjalin kerja sama agar pelaku usaha kita dapat terus tumbuh di tengah pandemi Covid-19.

“Fasilitasi ini menjadi kesempatan besar bagi pelaku usaha ekonomi kreatif subsektor kuliner untuk mengembangkan bisnis hingga mendapat akses pembiayaan. Sebagai upaya meningkatkan kapasitas pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner dalam mendapatkan akses pembiayaan guna pengembangan bisnis,” ujar Wishnutama.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Fadjar Hutomo mengatakan pendampingan dilakukan kalangan profesional, seperti Sano Superfood dari Eka Seafood Indonesia, Donny Wangke dari Sano Superfood, dan Nilamsari dari Sari Kreasi Boga.

Dari seratus finalis ini, Fajar mengatakan pihaknya memilih 25 finalis yang maju ke tahap pitching, yakni presentasi di depan panelis yang memiliki kompetensi di industri kuliner. Dari sesi pitching itulah ditentukan tiga pelaku usaha yang memperoleh modal.

Adapun menurut Fajar, penilaian diukur berdasarkan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership, dan strategi investasi. Di samping finalis, FSI MMXX juga dihadiri oleh sejumlah investor.

“Kehadiran investor menunjukkan dukungan terhadap pelaku usaha sektor kuliner sangat besar. Dengan terbukanya peluang permodalan ini, pemerintah berharap ekosistem sektor kuliner tetap optimis dalam situasi pandemi,” tuturnya.

Selain suntikan modal dari investor, masing-masing peserta memperoleh green card untuk mengikuti program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) 2021. Beberapa investor yang hadir dalam Demoday FSI MMXX berasal dari kategori Fintech, Fintech ECF, dan Venture Capital.

BIP merupakan program yang telah dijalankan Badan Ekonomi dan Kreatif (Bekraf) sejak 2017 dan kembali dilanjutkan tahun ini seiring dengan meleburnya Bekraf dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Penilaian yang dilakukan berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership, dan strategi investasi. “Kehadiran investor dalam Demoday menunjukkan dukungan terhadap pelaku usaha sektor kuliner sangat besar,” kata Fadjar.

Dengan terbukanya peluang permodalan ini, lanjut dia, pemerintah berharap ekosistem sektor kuliner tetap optimis dalam situasi pandemi. Selain suntikan dana dari investor, masing-masing peserta terbaik mendapat green card mengikuti program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) 2021.

Tidak hanya bagi 25 peserta terpilih, FSI MMXX membuka kesempatan yang besar bagi seluruh finalis untuk memperoleh kesempatan akses permodalan dan pemasaran melalui jejaring yang terjalin selama acara Demoday. Proses seleksi yang panjang dan kompetitif ini dimaksudkan agar akses permodalan dan pemasaran tepat sasaran.

Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Hanifah Makarim mengungkapkan pada aspek jenis pendanaan yang dibutuhkan, panitia FSI MMXX mengidentifikasi ke dalam lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing, dan lembaga pinjaman lainnya.

“Sumber pendanaan dari bank dan equity paling diminati oleh masing-masing perusahaan baik food manufacture dan food service. Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku usaha sektor kuliner yang mengikuti FSI,” kata Hanifah Makarim.

Saat meninjau pelaksanaan Demo Day Menparekraf Wishnutama melihat langsung produk-produk kuliner yang dihasilkan para finalis peserta Food Startup Indonesia MMXX.

Ragam kreasi produk kuliner yang dihadirkan menjadi bukti betapa besarnya potensi ekonomi kreatif tanah air. “Kami berharap finalis dan investor sama-sama dapat menjalin kerja sama agar pelaku usaha kita dapat terus tumbuh di tengah pandemi Covid-19,” ujar Wishnutama.

Kegiatan Demo Day FSI tahun ini dilakukan secara hybrid, gabungan antara offline dan online. Seluruh kegiatan yang dilakukan secara fisik mengacu pada standar protokol kesehatan pemerintah kepada setiap peserta yang berlangsung di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *