Setelah sukses menggelar Badai Kasih dan Prahara Cinta Badai Kasih di tahun 2013, Perempuan Untuk Negeri kembali mempersembahkan drama musikal bertajuk Bunga Terakhir Badai & Kasih yang akan dipertunjukkan, 20 – 21 Oktober 2018 di Ciputra Artpreneur Theater, kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
Pertunjukan seni yang dihelat masih dalam rangkaian Hari Ulang Tahun ke-9 Yayasan Perempuan Untuk Negeri ini akan dimainkan oleh Edward Akbar dan Yanti Airlangga yang akan beradu akting dengan trio aktris senior Niniek L. Karim, Marini, dan Widyawati Sophiaan.
Ketua Yayasan Perempuan Untuk Negeri Nia Kurnia mengatakan, dalam konpersnya pada Jumat (19/10) sore di Ciputra Artpreneur bahwa drama musikal yang akan digelar ini adalah kolaborasi dari Yayasan Perempuan untuk negeri dengan para seniman dan pelaku hiburan di Indonesia.
“menariknya juga dari Drama Musikal Badai & Kasih kali ini, melibatkan pemain dari berbagai kalangan. Selain Bebi Romeo yang akan hadir dengan penampilan spesialnya, juga bintang cilik yang sedang naik daun yakni Maisha Kanna yang akan menyanyikan satu lagu special,” ujar Nia Kurnia.
Selain itu, Perempuan Untuk Negeri mengajak anak-anak dari Yayasan Sayap Ibu. Perempuan Untuk Negeri ingin menyebarkan pesan untuk dapat berbagi dan peduli terhadap sesama terutama yang tertimpa musibah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu memberikan wadah untuk berekspresi melalui drama treatikal.
Drama Musikal Bunga Terakhir Badai & Kasih ini mengisahkan Badai jatuh cinta kepada Kasih di pandangan pertama mereka berkenalan di bukit tempat Kasih mendirikan sebuah taman baca. Kasih pun menerima ajakan Badai untuk melakukan perjalanan melihat tempat-tempat baru.
Badai, si manusia pejalan dan Kasih, perempuan yang sudah lebih dulu mengenal dunia melalui buku-buku yang ia baca. Perjalanan ke kota dan pantai membawa mereka bertemu manusia – manusia baru dengan segala permasalahan mereka. Mira dan Tirta yang sedang mencari restu untuk bersatu. Pingkan dan Matindas yang sedang resah karena akan berpisah.
Badai semakin jatuh cinta dan mengajak Kasih seterusnya menjadi bagian dari perjalanannya. Namun Kasih harus kembali. Ia memaknai rumah berbeda dengan bagaimana Badai memaknai rumah. Bunga terakhir pun dipersembahkan dengan harapan bahwa perpisahan tak akan abadi. Biarlah hanya cinta yang abadi.