JAKARTA-Ketua FSU DKI Arienfanda mengatakan, paslon nomor 3, memang harus didukung karena dijamin bersih. Sehingga anggota dan keluarga besar anggota FSU mensosialisasikan tentang paslon yang harus didukung. Supaya tidak ragu-ragu, lanjut Arief, maka berita-berita baik harus digencarkan terus. Misalnya, dana Kampanye Anies-Sandi yang diperkirakan mencapai Rp 47 miliar.
“Dari jumlah tersebut, partisipasi dari Bang Sandiaga Uno sendiri Rp 44,6 miliar. Partisipasi Anies Baswedan sebesar Rp 400 juta. Partisipasi dari Partai Gerindra sekitar Rp 750 juta. Partisipasi dari Partai PKS sekitar Rp 350 juta. Sisanya sumbangan dari simpatisanlah. Nah, ini jangan sampai dijadikan kampanye hitam lawan. Ini harus diterima warga Jakarta yang akan memilih Anies Sandi tidak ragu dan terpengaruh,” ujar Arief di Posko FSU DKI, kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (17/1).
Sejak awal, lanjut Arief, sumber dana ini sudah dibuka. Ini menunjukan bahwa pasangan calon Anies-Sandi memang sejak awal bersikap transparan dan akuntabel. Selain itu pula, kata dia, untuk menunjukan bahwa dana kampanye hampir seluruhnya bersumber dari dana sendiri. “Jadi tidak ada tuh, sponsor dari pihak tertentu,” ungkapnya.
Pengurus FSU DKI Syamsul Bahri menambahkan, dengan kenyataan itu, kedua pasangan ini tidak punya beban moral terhadap sponsor dan tidak punya hutang budi kepada sponsor yang rawan terjadi praktik balas budi nanti setelah Anis Sandi jadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. “Seharusnya memang siapa pun yang ingin mencalonkan diri, dalam pemilihan di tingkat apa pun, terurtama Pemilihan Presiden, Pemilihan Anggota Legislatif, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Bupati-Walikota, seharusnya biaya kampanye sebagian besar dari dana sendiri. Sumbangan dari pihak lain hanya dana pelengkap saja,” timpal Syamsul.
Dengan demikian, lanjut dia, pada saat menjabat paslon dapat bekerja dengan tenang. Tidak ada yang mengusik. Rusaknya negara ini, nilai Syamsul, karena dalam pemilihan seorang calon terlalu mengandalkan dana sponsor. Sehingga saat dia terpilih dan menjabat harus balas budi kepada sponsor. “Pola balas budi ini yang sering mengacaukan system. Hutang budi kepada sponsor sering mendorong pejabat terpilih untuk korupsi. Baik korupsi anggaran, atau korupsi kebijakan yang merugikan bangsa dan Negara,” sindirnya berfilosofi.
Apa yang dilakukan Anies-Sandi dengan partai pendukung Gerindra dan PKS, nilai dia, patut mendapat acungan jempol dan bisa jadi teladan bagi kalangan politisi negeri ini. “Dapat dipastikan, bila pasangan calon ini terpilih keduanya akan bekerja secara benar untuk Jakarta yang aman dan sejahtera. Tidak salah bila anda memang pendukung pasangan calon ini. Kejujuran, transparansi dan akuntabilitasnya dapat dipertanggung jawabkan sejak dimulainya masa kampanye,” pungkasnya.
Sementara Heryanto mengatakan, sebenarnya usai debat kandidat hampir dipastikan Anies Sandi menang satu putaran. Karena survei-survei independen seperti di tweeter itu, semua Anies Sandi yang menang. “Jadi tidak usah lagi membahas siapa yang menang. Semoga warga pun tidak buta dan melek kesadarannya atas kesalahan memilih di pemilihan sebelumnya. Di mana harga-harga melambung tinggi dan perekonomian sulit, lapangan pekerjaan sempit,” sindir Heryanto, yang Ketua Forum Wartawan Koperasi dan Ketua Indraja (Ikatan Drama Jakarta). (lin)