Pasien Positif Corona di Jabar Sudah Tujuh, Gubernur Putuskan Siswa Belajar di Rumah

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menggelar konferensi pers terkait penanganan dan pencegahan penyebaran COVID-19 di Jabar, di Gedung Pakuan Kota Bandung, Minggu (15/3/2020). Foto: internet

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mengeluarkan keputusan tentang kegiatan belajar mengajar siswa di rumah masing-masing selama dua pekan, mulai besok Senin (16/3/2020), sebagai bagian upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19.

semarak.co -Gubernur Jawa Barat (Jabar) M. Ridwan Kamil mengingatkan bahwa para siswa sekolah di daerah itu tidak libur dari kegiatan belajar mengajar. Perbedaannya dengan daerah lain, tidak mengumumkan kemarin, karena konsepnya bukan libur, tapi bersekolah di rumah.

Bacaan Lainnya

“Kami kemarin seharian berkoordinasi dengan para sekda, para kepala daerah, terkait sekolah di rumah,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, saat menggelar konferensi pers perkembangan COVID-19 di Jabar di Gedung Pakuan Kota Bandung, Minggu (15/3/2020).

Jadi, lanjut Emil, Pemprov Jabar selama dua minggu, yaitu dari Senin besok (16/3/2020) sampai dua minggu berikutnya akan menyekolahkan anak belajar di rumah dengan kurikulum yang seharian kemarin kami siapkan,” katanya.

Kurikulum yang akan diterapkan untuk kegiatan belajar di rumah, selain pelajaran yang biasa dilakukan di sekolah, adalah kurikulum tambahan tentang pendidikan COVID-19 melalui interaktif dan teknologi.

“Jadi, anak-anak di rumah itu belajar di rumah mengerjakan PR, tanya jawab via HP dengan gurunya, sehingga akhirnya anak-anak ini menjadi agen edukasi,” katanya.

Ia juga mengingatkan para siswa untuk displin dalam belajar. “Jadi, saya ulangi lagi, belajar di rumah bukan libur. Belajar di rumah selama dua minggu untuk disiplin di jam sekolah untuk belajar dengan tugas-tugas dan panduan dari guru yang sudah diatur oleh tim kurikulum yang disediakan oleh Dinas Pendidikan Jabar,” tambahnya.

Kang Emil, mengapresiasi langkah para kepala daerah di Jabar yang telah mengumumkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dipindahkan ke rumah selama dua pekan sebagai pencegahan dan penanggulangan COVID-19.

“Hari ini dipertegas dengan diumumkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, sekolah dari mulai PAUD, TK, SD, SMP, SLB, SMA/SMK atau yang dalam kewenangan kami. Kami imbau perguruan tinggi juga untuk melakukan hal yang sama. Tapi khusus anak-anak yang level sekolah akan jadi agen edukasi,” katanya.

Hasil pembelajaran mereka di rumah juga menjadi bagian dari edukasi untuk orang tua, tetangga, dan teman-temannya. “Sehingga nanti hasil tugas-tugasnya selama belajar di rumah bisa dijadikan edukasi buat orang tuanya, juga tetangganya, dan tentu buat teman-temannya yang dalam jaringan media sosial,” katanya.

Pada kegiatan tersebut, Kang Emil menjelaskan bahwa Provinsi Jabar membagi dua tahap anggaran untuk penanganan dan pencegahan COVID-19 di Jabar yang berasal dari APBD Pemda Provinsi Jabar.

Tahap pertama, katanya, Pemda Provinsi Jabar menggelontorkan anggaran sekitar Rp24 miliar. “Tahap kedua, sedang disiapkan Rp50 miliar jika angka yang Rp24 miliar ini tidak mencukupi,” rincinya.

Mayoritas yang Rp24 miliar itu, kutip dia, akan digunakan untuk membeli alat kesehatan, tidak hanya alat pelindung diri tapi juga alat ventilator untuk orang yang sesak nafas, itu permintaan banyak.

Tentang pengetesan terhadap warga untuk pencegahan COVID-19. “Yang berikutnya adalah (anggaran) untuk tesnya, untuk yang nanti mungkin beribu-ribu orang yang tidak bergejala yang akan kita testing juga sepertiga dananya akan kita belikan untuk itu, sehingga nanti kalau ada eskalasi kami punya kemampuan untuk mengetes lebih banyak, itu sedang kita belanjakan,” katanya.

Provinsi Jabar juga telah mengirimkan alat pelindung diri ke semua rumah sakit yang kekurangan. “Sambil tolong diingat juga di tiap kota/kabupaten ada dana darurat juga, jadi kombinasi nanti, jadi tidak sepenuhnya (anggaran) dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Ada di lokus masing-masing,” kata dia.

Sebagai upaya pencegahan penularan di lingkungan pendidikan di Jawa Barat juga perlindungan kepada pelajar, Ujian Nasional untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang sedianya dimulai pada Senin (16/3/2020) maupun ujian sekolah ditunda untuk sementara waktu. “Batas waktu penundaan ini dilaksanakan sampai waktu yang ditentukan,” kata dia.

Terkait dengan instruksi itu, Dinas Pendidikan Jabar mengeluarkan Surat Edaran No 443/3276 – Set.Disdik, tanggal 13 Maret 2020 yang ditujukan kepada seluruh kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I-XIII Dinas Pendidikan Jabar, kepala Dinas Pendidikan kabupaten/ kota, juga kepala sekolah se-Jabar.

Untuk kegiatan KBM dari rumah, para guru dan tenaga kependidikan akan memberi tugas belajar kepada peserta didik. Pihak Cabang Dinas Pendidikan dan Dinas Pendidikan kabupaten/ kota akan memberikan pengawasan agar hal itu bisa berjalan baik.

Pihak Cabang Dinas Pendidikan dan Dinas Pendidikan kabupaten/kota juga supaya menginformasikan kepada orang tua siswa agar mereka dapat memastikan anak-anaknya melaksanakan tugas belajar di rumah.

“Batasi pula aktivitas di luar rumah, seperti bepergian atau berwisata. Hal ini penting untuk sedapat mungkin menghindari keramaian, sebab penularan COVID-19 dengan kontak orang yang terinfeksi,” ujar Kang Emil.

Di bagian lain Emil menyebut, hingga saat ini jumlah pasien positif COVID-19 di Jabar berjumlah tujuh orang, status PDP terkait COVID-19 ada 28 orang, dan 54 PDP dinyatakan negatif.

“Hingga Minggu (15/3/2020) pukul 09.30 WIB, Orang Dalam Pemantauan terkait COVID-19 di Jabar berjumlah 706 orang, 448 orang di antaranya masih dalam tahap pemantauan dan 258 orang telah selesai melakukan isolasi pribadi,” terangnya.

Dia mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan aplikasi khusus berbasis android dan ios penanganan dan pencegahan penyebaran COVID-19. Nantinya, masyarakat bisa melapor apabila mengalami atau menemukan orang terdekat dengan gejala COVID-19.

“Salah satu yang sedang kami kembangkan adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat aplikasi terkait COVID-19 di Jawa Barat,” kata Kang Emil saat menggelar konferensi pers terkait penanganan dan pencegahan penyebaran COVID-19 di Jabar, di Gedung Pakuan, Kota Bandung.

“Jadi, nanti kalau sudah selesai aplikasinya bisa di-download. Warga yang menemukan informasi tinggal sampaikan via HP-nya tanpa harus menelepon atau ngecek website. Kemudian juga blasting informasi dari kami harian, update, sebaran, itu akan ada di aplikasi COVID-19 Jawa Barat ini,” katanya.

Kang Emil menuturkan, aplikasi tersebut menjadi bukti bahwa Pemda Provinsi Jabar transparan dalam melaporkan kondisi COVID-19 di Jabar dan pihaknya berharap aplikasi ini bisa segera selesai.

Tim Jabar Digital Service (JDS) sedang membangun aps-nya. Jadi, warga tidak perlu khawatir. “Memang berita-berita banyak hal yang meresahkan, tapi kami sangat optimistis dengan pola cepat tanggap, proaktif,” sebutnya.

Selanjutnya, kutip dia, responsif dengan teknologi dan koordinasi melalui satu pintu (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar atau Pikobar) ini, insyaallah Jawa Barat bisa mengendalikan dengan cara yang sebaik-baiknya.

Untuk mencegah penularan COVID-19, Kang Emil juga mendorong masyarakat untuk melakukan tes proaktif bagi warga yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif atau telah bepergian dari negara terjangkit COVID-19.

Untuk tes proaktif ini, UPTD Laboratorium Kesehatan (Labkes) Jabar berkoordinasi dengan Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Hasil tes pun, kata Kang Emil, bisa diketahui dalam waktu empat sampai lima jam melalui dua tahapan teknis pemeriksaan per orang. “Mulai kemarin kita sudah melakukan tes proaktif. Jadi, tidak menunggu dulu orang bergejala, masuk rumah sakit baru dicek,” rincinya.

Hasilnya positif atau negatif diserahkan ke Pemerintah Pusat, kata dia, tapi kita melakukan tes proaktif melalui labkesnya Jawa Barat berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran Unpad dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB.

“Itu sudah kita lakukan kepada mereka-mereka yang terpantau dan mereka-mereka yang tidak bergejala juga tapi patut diwaspadai untuk dites, salah satunya adalah klaster para perawat tenaga medik yang merawat pasien positif,” kata dia.

“Kemudian juga tenaga kerja asing (TKA) juga akan kita tes juga dan keluarga-keluarga dari pasien, sehingga kita doakan juga mudah-mudahan tidak ada yang positif. Tapi kalau ada yang positif berarti terjadi peredaran bukan hanya di orang-orang yang bergejala saja,” lanjutnya.

Untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi, Pemerintah Provinsi Jabar melakukan penelusuran. “Saya juga mengeluarkan surat edaran peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan COVID-19 kepada seluruh OPD,” ucapnya.

Penyelenggaraan yang berdampak pada pengumpulan massa juga studi banding ke dalam maupun ke luar negeri, seminar dan kegiatan sejenis lainnya supaya ditunda. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *