Paparan Kinerja, Bank Mandiri Catatkan Realisasi Laba Bersih Tumbuh 20%

Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Sulaiman Arif Arianto (kedua kiri), Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Hery Gunardi (kiri), Direktur Keuangan Panji Irawan (kedua kanan) dan Corporate Secretary Rohan Hafas saat menyampaikan paparan kinerja triwulan III-2018 kepada media, di Jakarta, Rabu (17/10). foto: internet

PT Bank Mandiri (BMRI) mencatat realisasi laba bersih Rp 18,1 triliun, di kuartal III -2018. Ini tumbuh 20% dari periode sama 2017, sebesar Rp 15,1 triliun. Begitu pun hasil kredit dari kinerja bank pelat merah ini naik dua digit.

Direktur utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memprediksi, pertumbuhan kredit tahun depan tidak akan sekinclong tahun ini. Karenanya, perseroan memasang mematok target pertumbuhan kredit 11,5% tahun depan secara tahunan dari 13% di 2018.

“Ini lantaran meningkatnya ketegangan perang dagang dan tekanan nilai tukar valas di pasar uang. Kinerja kita terkena dampak jadi melambat. Dari sisi intermediasi, sampai kuartal III-2018, Bank Mandiri berhasil mencatat realisasi pertumbuhan kredit sebesar 13,8% secara yoy menjadi Rp 781 triliun dari kuartal III-2017 sebesar Rp 686,2 triliun,” ujar Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo pada paparan kinerja Bank Mandiri di gedung Mandiri, kawasan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu petang (17/10).

Kenaikan laba bersih perseroan, kata Tiko, ditopang oleh meningkatnya net interest income sebesar 4,2% menjadi Rp 40,5 triliun dan fee based income (FBI) sebesar sebesar 11,4% menjadi Rp 18,75 triliun.

“Untuk tahun depan, sumber laba Bank Mandiri masih akan ditopang pendapatan bunga (net interest income), pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan pendapatan investasi seperti obligasi negara,” rinci Tiko.

Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan, meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China membuat ekspansi bisnis terhambat dan menimbulkan gejolak di pasar keuangan.

“Selain itu, adanya kelanjutan normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi pertimbangan perseroan menetapkan target pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari tahun ini karena akan mempengaruhi likuiditas di dalam negeri,” imbuhnya.

Bank Indonesia (BI), prediksi Panji, akan cenderung mengetatkan kebijakan moneternya untuk mengimbangi ketidakpastian global tersebut dengan kembali menaikkan tingkat bunga acuannya.

“Arus dana keluar cukup besar mengalir balik karena suku bunga USD menguat, pasti akan kembali ke negara asal. BI melakukan sedikit pengetatatn dari suku bunga, kami memperkirakan suku bunga, maka acuan BI akan naik lagi sekitar 25 basis sampai akhir tahun,” katanya. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *