Panel Diskusi Akatara, Perencanaan Jadi Kunci Produksi Film di Tengah Pandemi

Ilustrasi clapper film. Foto: Pixabay di internet

Di tengah berbagai keterbatasan akibat pandemic COVID-19, para kreator di Indonesia menghadapi banyak tantangan untuk tetap dapat melakukan produksi film. Perencanaan yang baik menjadi sangat penting agar sineas terus dapat berkarya.

semarak.co-Chief Executive BASE Entertainment Shanty Harmayn mengatakan, kita juga perlu melakukan kegiatan screening COVID-19 secara reguler ke seluruh kru yang terlibat selama produksi.

Bacaan Lainnya

“Kuncinya adalah perencanaan. Bagaimana merencanakan sebuah produksi yang sesuai dengan protokol kesehatan, termasuk menentukan di mana lokasi shooting akan berlangsung serta kapan akan mulai produksi, dan lain sebagainya,” kata Shanty di Panel Diskusi Akatara pertengahan Oktober 2020.

Dikutip dari siaran resmi Akatara, Selasa (13/10/2020) Shanty juga mengungkapkan bahwa berbagi pengalaman dengan rekan-rekan kreator lain yang telah melaksanakan produksi sebelumnya juga sangat penting. “Dengan saling berbagi informasi kita dapat mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan bagi kelangsungan produksi kita,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, penting sekali memiliki kesamaan visi untuk senantiasa menjaga kesehatan dengan cara menggunakan masker, mencuci tangan, tetap menjaga jarak. “Kita juga ada petugas kesehatan yang senantiasa mengingatkan kita untuk hal-hal tersebut selama proses produksi berlangsung,” paparnya.

Pernyataan Shanty dikonfirmasi Director, Production Management, APAC & India, Netflix Norman Lockhart yang melihat pentingnya perencanaan dan visi yang sama bagi seluruh kru untuk menjaga kesehatan dan menerapkan protokol COVID-19 di mana pun selama proses produksi.

Norman juga berbagi pengalaman ketika pandemi pertama kali muncul, tim produksi di Jepang dan Korea Selatan masih dapat melanjutkan produksi karena dengan segera dapat mengadopsi protokol kesehatan.

Ketua Bidang Advokasi Kebijakan Badan Perfilman Indonesia (BPI) Alex Sihar mengungkapkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mengeluarkan pedoman khusus bagi kreator lokal pada Juni 2020.

Itu terkait bagaimana mereka dapat melakukan produksi film, salah satunya adalah dengan melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan dan rumah sakit lokal. Masuknya layanan streaming ke Indonesia telah secara positif mempengaruhi permintaan produksi.

Terkait hal ini, Linda Gozali, Sekretaris Jenderal APROFI dan Produser Eksekutif MAGMA Entertainment, menyampaikan bahwa membangun kapabilitas dan keterampilan kreator Indonesia masih menjadi tantangan besar, salah satunya karena jumlah sekolah film yang tidak banyak.

“Banyak kru yang bekerja untuk produksi film saat ini tidak memiliki latar belakang pendidikan formal, mereka sebagian besar otodidak. Pentingnya dukungan pemerintah untuk membangun sekolah-sekolah film,” imbuh Linda.

Kolaborasi antara kreator lokal dengan kreator internasional, terang Linda, seperti Netflix dan Disney+, dapat menjadi sekolah informal bagi kru untuk meningkatkan keahlian mereka. “Dengan adanya kolaborasi, maka akan tercipta transfer pengetahuan bagi kreator lokal,” ujarnya.

Alex Sihar menyetujui besarnya manfaat kolaborasi antara kreator lokal dan kreator internasional untuk transfer pengetahuan. “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memulai kemitraan dengan Netflix yang diawali pada Februari 2020 untuk melakukan serangkaian workshop guna membangun kapasitas kreator lokal,” ucapnya.

Menurut Norman, negara lain juga menghadapi tantangan yang sama terkait menciptakan kreator berkualitas. “Terbatasnya kreator yang berkualitas bukan hanya dihadapi Indonesia, namun juga negara-negara lain,” timpal dia.

Selain mencari cara untuk meningkatkan kapasitas kreator lokal, sambung Norman, penting juga bagi Indonesia untuk menarik kreator-kreator film internasional untuk memproduksi film di Indonesia dan berkolaborasi dengan kreator lokal.

Norman mengungkapkan bahwa Thailand merupakan salah satu negara yang cukup sukses dalam melakukan hal tersebut.

Bioskop dan Video-on-demand saling Dampingi

Menjawab apakah peran layanan video-on-demand (VoD) dapat menggantikan bioskop, Senior Manager, Content Acquisition, Disney Alexander Siregar mengatakan bahwa tidak ada yang dapat menggantikan pengalaman menonton di bioskop.

“VoD memang memberikan alternatif menonton film, khususnya di tengah pandemi, namun saya percaya bahwa masih banyak orang yang akan tetap menonton bioskop,” kata Alexander.

Norman setuju bahwa bioskop dan VOD akan dapat berdampingan setelah pandemi berakhir karena masing-masing memberikan pengalaman yang berbeda satu sama lain.

Alexander menyatakan bahwa agar dapat diterima penonton global, konten-konten dari Indonesia haruslah unik, relevan secara lokal, dan cukup maju dari sisi cerita untuk dapat diterima oleh penonton yang luas.

Saat ini, tidak ada target dari Disney+ berapa jumlah konten yang diproduksi ataupun diakuisisi secara lokal, namun pihaknya fokus mencari konten- konten berkualitas dan sesuai untuk disuguhkan ke penonton mereka.

Sementara Norman mengungkapkan, “Penting bagi Netflix untuk dapat menampilkan berbagai cerita yang mampu menggambarkan berbagai kehidupan sosial masyarakat di layar.

Untuk itu, Netflix juga tidak memiliki target berapa jumlah konten lokal yang akan diproduksi ataupun diakuisisi, namun lebih mencari cerita-cerita hebat yang dapat ditonton oleh anggota- anggota kami di seluruh dunia.

Menurut Shanty, keragaman konten sangat penting bagi penyedia layanan streaming karena penontonnya juga sangat luas, termasuk anggota keluarga.

Shanty berbagi pengalamannya ketika bekerja sama dengan Netflix dalam memproduksi Guru-Guru Gokil. Penting di awal untuk membangun hubungan dan saling pengertian bagaimana cara kerja masing-masing pihak.

Norman menyatakan, “Kunci bagaimana kreator lokal dapat menjual konten mereka ke kreator internasional adalah dengan membangun hubungan. Di Indonesia, Netflix telah bekerja sama dengan sejumlah rumah produksi besar, dan kami berharap dapat terus membangun kerja sama dengan rumah produksi lainnya.

Bagi Netflix, menemukan produser dan insan film untuk dapat bekerja sama merupakan sebuah perjalanan dan tidak dapat berlangsung dalam sekejap.”

Untuk memfasilitasi hal tersebut, Alex Sihar melihat Badan Perfilman Indonesia (BPI) dapat menjadi penghubung antara kreator lokal dan kreator internasional, seperti Netflix dan Disney+.

Mengenai seberapa besar industri streaming dapat tumbuh di Indonesia, Disney+ melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri ini, di antaranya harga, mengingat masyarakat Indonesia yang sensitif terhadap harga; akses ke konten; serta strategi dari VOD itu sendiri.

Sementara bagi Netflix, Indonesia merupakan pasar dengan potensi yang luar biasa, termasuk potensi untuk menghasilkan konten-konten terbaik untuk anggota Netflix di seluruh dunia.

Menurut Shanty, meskipun potensinya besar, Indonesia perlu memikirkan cara meningkatkan kapasitas kreator-kreatornya sehingga dapat menghasilkan konten yang berkualitas untuk memenuhi permintaan yang semakin tinggi.

Sedangkan Linda mengungkapkan pentingnya regulasi dari pemerintah dan kolaborasi dengan seluruh pihak yang terlibat untuk mendukung tumbuhnya industri perfilman Indonesia di tengah potensi yang sedemikian besar. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *