Opini by Naniek S. Deyang, Wartawati senior kepercayaan Jkw waktu di Pemda DKI
semarak.co -Saya yang sudah lama males nonton TV semalam tak bela -belain mecicil ( mendelik) utk nonton ILC TVone . Saya pelototi TV itu tanpa beringsut bahkan iklan pun saya tonton spy saya tdk ketinggalan informasi soal covid 19 ini.
Habis nonton sudah kelewat larut sebetulnya,tadinya saya mau tidur tapi gak bisa tidur, penasaran akhirnya saya baca semua berita soal virus corona dan segala pro kontranya.
Sejak tahajud, sampai subuh saya merenung, dan akhirnya berkesimpulan keputusan Anies terkait apapun mulai dari pembentukan tim yang memantau dan menginformasikan perkembangan virus corona di Jakarta dari waktu ke waktu yang ternyata mendahului pemerihtah pusat.
Meliburkan anak -anak sekolah, menghimbau orang bekerja dari rumah sampai mengurangi transportasi umum, bahkan mempertimbanhkan utk me-lock down Jakarta ( sebelum akhirnya keputusan lock down menjadi hak pemerintah pusat), adalah sebuah tindakan CERDIK, TEPAT dan BENAR!
Pemikiran Anies adalah MENCEGAH MENJADI TIDAK MELUAS. Saya ulang pemikiran Anies adalah mencegah! Karena kalau sampai meluas “kiamat utk warga Jakarta” khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Anies sebagai pemimpin rupanya TAU PERSIS bagaimana kondisi RS di Jakarta baik menyangkut jumlah tenaga medis, peralatan, jumlah bangsal, obat-obatan sampai APD ( Alat Pelindung Diri) tenaga media yg semua serba TERBATAS!
Ini Jakarta, Indonesia bukan Wuhan -Tiongkok! Di Wuhan begitu virus ini melanda kota itu, seluruh pejabat daerah dan pusat langsung berjibaku membangun RS dengan ribuan bangsal dalam hitungan hari!
Lha kita jangankan bangun RS secara mendadak, mau menambah budget bantuan utk membantu RS -RS yg bisa menerima pasien yg terpapar saja masih harus dibahas anggarannya di DPRD, dan bisa makan waktu berbulan -bulan, belum polemiknya. Birokrasi kita itu ruwet! Sementara corona sangat cepat menular.
Di Jakarta saat ini yg menerima pasien dengan fasilitas lengkap utk yg terinfeksi Corona baru tiga RS, yaitu RS Sulianti Saroso, RS Persahabatan dan RSPAD Gatot Subroto, dengan jumlah bangsal isolasi hanya 20-50 utk satu RS.
Bayangkan penduduk Jakarta ini sekitar 12 juta kalau ada 0,1 persen saja penduduk Jakarta terpapr Corona atau 120 ribu orang! TERUS ITU AKAN DITARUH DIMANA MEREKA???
Oke jangan kita ambil seluruh Jakarta, misalnya kita ambil saja mereka yg di jalan umum. Menurut Anies, tingkat gesekan orang di Jakarta setiap hari, yg menggunakan kendaraan umum sekitar 1 Juta.
Bagaimana kalau di antara 1 juta orang itu berpotensi tertular? kita hitung 0,1 persen saja, kan sudah 10 ribu orang ….terus bangsal cuman ada 200-an saat ini. Nah yg tidak tertangani berarti berpotensi utk Wassalam kan??
Jadi yg dilakukan Anies adalah sekali lagi PENCEGAHAN! Agar tidak menjadi pagebluk ( menular secara besar -besaran) karena kalau terjadi pagebluk maka RS – RS dan tenaga medis kita gak siap!!
Lihatlah tadi malah apa yg disampaikan Jubir RS Persahabatan di ILC, utk Alat Pelindung Dini ( APD) utk tenaga medis saja masih jauh -jauh dari kebutuhan bahkan mengancam keselamatan tenaga medis. Sampai tadi malam saja sdh 14 tenaga medis di Jakarta yg terpapar positif tertular virus corona.
Jadi jangankan bicara jumlah bangsal, jumlah peralatan, jumlah Lab dan obat -obatan, utk ADP tenaga medis saja masih jauhhhhh kekurangannya!! Bayangin nggak kalau keselamatan tenaga medis ini gak diperhatikan dan mereka mogok melayani atau mengundurkan diri, karena nyawanya terancam?
Terus rakyat yg terpapar nasibnya gimana? Percuma kita punya duit atau punya makanan tapi saat terpapar virus ini tdk tertangani, karena keterbatasan tenaga medis, ruang dan juga peralatan, kan?
Jadi sungguh pagi ini saya merasa amat sangat kasihan pada Anies dan timnya, yg menurut saya sudah berjibaku habis -habisan utk melakukan pencegahan, karena kalau sampai masyakarat Jakarta terpapar 0,1 persen saja, maka RS , tenaga medis, dan peralatan tdk akan bisa menampung dan menangani.
Lha orang punya pikiran visioner, antisipasif dan logic lha kok malah dituduh lebay, cari panggung, bahkan kejamnya lagi dikaitkan dengan politik.
Akibat kesuudzonan di atas dan kompor dari buzzer, hanya utk kebijakan spy semua serba cepat saja, dari otoritas yg tadinya diserahkan ke daerah sekarang ditarik lagi ke pusat.
Saya berharap, bukan hanya Pak Anies, tapi Gubernur , Bupati dan Walikota lain pun bersikap lebih baik bertindak antisipasif, dari pada menunggu jadi wabah, karena kalau sampai virus ini merebak, maka haqul yakin tenaga medis di daerah -daerah plus RS- RS jauh dari realita siap.
Kalau ditanya sih pasti semua “siap”, tapi kenyataannya pasti tidak seindah jawabannya, lha jangankan di daerah yg di Jakarta dimana RS -nya sdh lebih maju saja kenyataannya belum siap dengan banyaknya bangsal, peralatan, dan ADP yg dibutuhkan kok!
Mbok yo berhenti mengaitkan penanganan Virus Corona ini dengan politik to ya😭😭Dan ayo semua bergerak melakukan pencegahan, mau pakai istilah lock down , karantina wilayah atau apa kek yg penting jangan penyebarannya makin membesar! ***
sumber: WA Grup Keluarga Alumni HMI MPO (post Kamis (19/e/2020)