Peringkat obligasi dan sukuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food belum terganggu akibat adanya poses hukum terhadap anak usaha PT Indo Beras Unggul (IBU). Analis Pefindo, Martin Pandiangan mengatakan, secara kinerja keuangan saat ini terbilang kuat. Peringkat ini masih dilihat fundamental keuangan perusahaan. Pefindo juga akan lihat seberapa besar kemampuan membayar utang jatuh tempo pada 2018 nanti.
Diketahui, pada 2016, AISA mencatatkan penjualan Rp 6,54 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 706,7 miliar. Raihan ini meningkat dari tahun 2015, dengan pendapatan mencapai Rp 6,01 triliun dan laba bersih Rp 379 miliar. “Lihat 4 minggu belakangan, kasus PT IBU, Pefindo enggak lihat kasus, tapi kepada dampak obligasi peringkat dan rating. Merek beras seperti Ayam Jago dan Maknyuss berkontribusi 30% ke perusahaan,” kata dia di Jakarta, Selasa (22/8).
Sehingga meskipun tersangkut hokum, lanjut dia, peringkat obligasi dan sukuk tetap stabil outlooknya. Baik obligasi I/2013 di posisi idA dan Sukuk Ijaroh II/2016 dan Sukuk Ijaroh I/2013 yang diterbitkan pada posisi idA(sy). Menurut dia, peringkat tersebut mencerminkan permintaan yang stabil pada bisnis beras, produk-produk AISA yag relative terdiversifikasi, dan perlindungan arus kas yang moderat. Namun peringkat-peringkat tersebut dibatasi oleh struktur permodalan perusahaan yang moderat, eksposure terhadap fluktuasi biaya bahan baku dan kompetisi yang ketat pada industry.
“Peringkat dapat dinaikan jika AISA mencapai pertumbuhan pendapatan dan profitabilitas melebihi proyeksi, serta mampu mrmperbaiki leverage keuangan secara konsisten, yang diukur dengan rasio utang terhadap EBTIDA di bawah 2,0x secara berkelanjutan. Dapat turun jika agresif pada pendanaan termasuk jika terjadi perputaran kas operasi yang lebih panjang dari yang diantisipasi tanpa dibarengi dengan kinerja bisnis yang kuat,” tuntasnya. (wiy)