Opini Zeng Wei Jian, penulis Pemerhati Media sosial
Denny JA, Bapak Meme Nasional-cum-Boss Pabrik Polling, Pioneer Puisi Essay, Scholastik, Liberal Culprit, dan label-label lainnya, Eh tapi kok mau-maunya mendukung presiden yang ngutip Film “Avengers”, baca komik dan main game Mobila Legend.
Hari ini, dia nulis essay panjang. He is my favorite writer. Tentu saja, dia produksi 4 meme per harinya. Essay itu cerita tentang dua tokoh fiksi, “Dunguisme”, Filsuf Tomy, Presiden Salawi dan Challenger Capres Sartowo.
Kesimpulannya; secara multi-dimensi Filsuf Tomy lebih dungu dari Presiden Salawi. Ya Ampun..!! Padahal, Presiden Salawi diberi gelar planga-plongo lho. Seorang economic historian bernama Carlo Maria Cipolla mengatakan, “A stupid person is the most dangerous type of person there is”.
Essay panjang Denny JA sebenarnya hanya mengupas sedikit dimensi Filsuf Tomy dan track-record Presiden Salawi. Denny JA sulit mengukur kadar kedunguan. “Belum ada parameternya,” begitu dia tulis.
Denny JA nyerah. Seperti kata Albert Einstein, “Only two things are infinite, the universe and human stupidity, and I’m not sure about the former”. Saya kira “parameter kedunguan” itu diekstraksi dari “bukti-bukti ketololan”. Kadar carat kedunguan seseorang diukur dari “bukti-bukti ketololan” yang dia lakukan.
Misalnya, tanda-tangan sesuatu yang tidak dia baca. Angkat menteri yang menyatakan “Cacing makarel bergizi”. Seenaknya obral retorika stop utang, stop impor, buyback indosat. Pake batik masuk gorong. Pake T-shirt resmikan pembangunan.
Di sisi lain, Denny JA has a point soal parameter kecerdasan. Timothy Jay, Psychologist dari Massachusetts College of Liberal Arts, menyatakan “verbal fluency” atau “colourful tongue” adalah satu dari sekian banyak parameter orang cerdas.
Filsuf Tomy piawai dalam artikulasi verbal. Dia bisa menemukan rangkaian frase unik menggambarkan sebuah situasi. Artinya, his brain works faster. He has excellent cognitive faculty. Artikulasi Presiden Salawi tanpa text seputar au-au, eeehmm, nganu, dari sudut kamera lalu booming, yunikon-yunikon, nganu-nganu lagi.
Selebihnya, Denny JA ngelez. Dia bangun narasi teori 4 jenis kecerdasan. Ada Finansial Intellegence dan Spiritual-Emotional Intellegences. Presiden Salawi dinilai Denny JA menang dari Filsuf Tomy di tiga jenis kecerdasan di atas.
Segala puja-puji Denny JA dialamatkan kepada Presiden Salawi. “Terang aja, Denny dibayar,” kata Netizen Ade Kadeer. Saya kira, nominal uang bukan unsur intrinsik parameter kecerdasan finansial. Jika nominal ukurannya, Wapres Sandiaga Uno jauh lebih cerdas dari Presiden Salawi.
Ratio antara profesi dan nominal uang memperlihatkan kualitas kecerdasan finansial. Taipan banyak uang sekaligus utangnya banyak. Bagi Denny JA, Profesi Filsuf Tomy ngga jelas. Pernah bangun sekolah, partai politik dan jadi dosen. Tapi gagal semua. Rontok. Ambruk.
Syahdan, Di sini letak kecanggihan Filsuf Tomy. Dia sering pamer foto di puncak Gunung Himalaya, keluar-masuk Nepal, ngasi diskursus di Osaka Jepang, keliling nusantara dan sebagainya. Jika Filsuf Tomy seorang taipan atau presiden, such journey jadi biasa. Singkatnya, Filsuf Tomy mendekati taraf genius.
Cita-cita seorang genius adalah hidup bermalas-malasan. Money comes by itself. Ngga kerja bisa tamasya ke Alaska. Liat Aptenodytes forsteri alias Emperor Penguins dan salju. Habiskan waktu di Tianjin Binhai New Area Library nickname “The Eye”.
Malas dan Genius dua sisi dari satu koin. Denny JA lupa pernyataan Bill Gates; “I will always choose a lazy person to do a difficult job because he will find an easy way to do it”. Kesalahan paling fatal Denny JA dari salvo ribuan kata dalam essay itu adalah menghubungkan kecerdasan presiden dengan mekanisme demokratis pemilihan umum.
Pemilu bisa menghasilkan seorang pemimpin jahat seperti Adolf Hilter. Ngga ada korelasi antara keduanya. Sama halnya tingkat kecerdasan dan kebaikan hati ngga paralel dengan posisi presiden atau pemimpin negara. Contoh lain, masi ingat kan Idi Amin Dada Oumee si Kanibal dari Uganda. Selain Hu Jintao, saya tidak kira tidak ada presiden genius yang memiliki fotografis memory.
Socrates, Cicero, Leonardo Da Vinci, Newton, Michio Kaku sampai Neil deGrasse Tyson are intellectual giants. N Guess what? Tak satu pun di antara mereka jadi presiden. Bagi saya, hanya ada dua orang paling pintar sepanjang sejarah; Nikola Tesla dan Megasavant Kim Peek. Kecerdasan keduanya, bila dibandingkan dengan Presiden Salawi ya bagai langit dan bumi.
THE END