Opini oleh: Dr. Agung Sudjatmoko, MM. (Ketua Harian Dekopin/Dosen Binus University)
Pilpres merupakan pesta demokrasi 5 tahunan yang digelar oleh bangsa Indonesia. Pilpres harus di jadikan ajang untuk menyampaikan gagasan ide perubahan dan harapan baru. Bukan ide untuk mempertahankan apa yang telah ada.
Kita sadar setiap pemimpin negeri ini mempunyai keberhasilan dan kegagalan dalam membangun negara. Keberhasilan harus kita akui tetapi kegagalan harus kita sampaikan secara wajar bahwa ada yang gagal. Tidak jamannya lagi capres mempertahankan diri mati-matian atas kegagalan yang ada.
Rakyat semakin cerdas untuk menentukan pilihan siapa capres yang memberikan harapan baru. Patahana dan penantang mempunyai kesempatan sama. Keduanya punya keberhasilan dalam bidang masing-masing. Kedua capres punya track record atas sejarah pengabdian dan tugas yang pernah dilakukan sampai saat ini.
Tidak usah diperdebatkan capres harus pengalaman pernah jadi presiden. Pengalaman bukan menjadi ukuran jaminan keberhasilan. Adu gagasan paslon harus diletakan pada: 1) prioritas program untuk menjawab kebutuhan rakyat dan harapan perubahan keadaan yang lebih baik, 2) strategi implementasi program yang menjamin keberhasilan.
Kemudian, 3) jaminan komitmen dan konsistensi pada program dan strategi yang dipilih sehingga jauh dari ketidakjujuran alias bohong, 4) jaminan akan membentuk tim manajemen pemerintahan yang profesional, bebas kepentingan politik dan bisnis.
Lalu mempunyai sikap kenegarawanan yang meletakan kepentingan rakyat diatas kepentingan politik, bisnis atau golongan, dan 5) pemahaman atas dinamika nasional dan global karena posisi negara kita sebagai bagian dari kehidupan global yang saling memberikan pengaruh kuat atas potensi kekayaan alam, pasar dan posisi strategis negara.
Inilah indikator yang harus dijadikan pertimbangan rakyat untuk memilih pemimpin yang akan membawa negera ini lima tahun kedepan. Tidak jamannya lagi menjatuhkan pilihan membabi buta karena kedaerahan atau simpatisan pada kelompok atau partai tertenu.
Sebab kehidupan berbangsa dan bernegara ini akan “digadaikan” rakyat kepada presiden yang dilipih untuk 5 tahun ke depan. Jadilah pemilih cerdas, jujur dan rasional bukan pemilih yang sembarangan, karena nasib negara ini di tangan rakyat dalam menentukan pimpinannya.
New Hope
Indonesia membutuhkan perubahan yang lebih mendasar pada urgensi prioritas program dan strategi pembangunan. Tetapi Indonesia juga menbutuhkan pemimpin yang mempunyai komitmen atas nasionalisme dan kerakyatan yang kuat serta mempunyai prinsip yang teguh dan tidak menjadi “bagian” dari kelompok kekuatan politik atau bisnis tertentu.
Jika harapan diatas dipenuhi maka akan muncul “change” yang membawa “new hope” negeri ini untuk menjadi negara besar, kaya dan disegani di kawasan maupun di tingkat global. Siapa dari capres dalam pilpres yang ada dan dapat menjadi pembawa new hope 5 tahun ke depan?
Rakyat sudah tahu. New hope pembangunan negeri tersebut diletakan pada 1) penegakan hukum yang menjamin kepastian hukum kepada semua lapisan rakyat dan bebas intervensi politik, bisnis atau kekuasaan, 2) keadilan penguasaan sumber daya ekonomi nasional dengan membangun keberdayaan ekonomi rakyat dengan memperkuat koperasi dan UKM sebagai basis ekonomi nasioanl, tanpa mematikan usaha besar.
Artinya pemimpin yang membawa harapan baru adalah mereka yang mampu menciptakan produktivitas rakyat, menata distribusi yang adil, serta menjamin pemerataan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan sosial, 3) mewujdukan sistem perekonimian nasional dalam rangka membangun ekonomi yang berdaulat dan berdikari, serta 4) mampu memainkan peran dan posisi straregis nasional ditengah-tengah dinamika ekonomi dan politik kawasan dan global. Itulah harapan baru rakyat yang harus dimenangkan dalam pilpres yang aka datang.
Kepentingan Internasional
Setiap perhelatan pemilu suatu negara pasti mendapatkan perhatian dari negara tetangga, kawasan dan global. Mereka mempunyai kepentingan tertentu pada kebijakan yang akan di ambil oleh presiden kaitan pembangunan nasional kita dan pandangan presiden kita atas kondisi kawasan dan internasional.
Negara-negara maju dan besar di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, India, Singapura, Tiongkok dan Malaysia pasti menaruh perhatian atas pilpres tahun 2019 ini. Apalagi Tiongkok sebagai negara kuat di bidang ekonomi dunia saat ini dan pesaing Amerika pasti mempunyai perhatian lebih pada pilpres 2019.
Tiongkok mempunyai proyek besar, bisnis perdagangan besar dan berbagai kepentingan lainnya. Isu eksodus dan kepemilikan e-ktp warga Tiongkok harus dijadikan perhatian bagi rakyat untuk menentukan pilihan dalam pilpres ini.
Sejarah mencatat jangan sampai terulang situasi dan kondisi di negara tetangga kita terjadi di negeri ini. Langsung atau tidak kepentingan internasional akan “main” dalam pilpres 2019 ini. Untuk itu menjadi pemulih cerdas dan rasional harus kita lakukan untuk kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat. Indonesia tidak anti globalisasi atau bisnis internasional, tetapi kita warga negara harus menjadi tuan di negeri sendiri. ***