Opini by Zeng Wei Jian: Pesan Politik Ibu Megawati

Pasangan capres cawapres Prabowo Subianto Sandiaga Uno bertemu Megawati dan anaknya Puan Maharani sebelum debat capres dimulai. foto: internet/detik.com

Opini by Zeng Wei Jian: Pesan Politik Ibu Megawati

After a burnout of long presidential campaign days, Ibu Megawati bisa rilex. Pidatonya lucu, akrab, nyentil Golkar dan Ketua TKN, serang Surya Paloh dan sebuah rhetoric kehebatan PDI-Perjuangan.

Pidatonya mempertontonkan keakraban interpersonal dengan Pa Prabowo. Dikemas dengan humor. Expresif. Sisi “perempuan”-nya keluar.

Pasca Pidato Jokowi, siang jelang sore, tiba-tiba Tokoh Partai Demokrat Andi Arief kirim pesan whatsapps.

Dia bilang, “Jokowi ngga etis dengan hina Prabowo. Soal kemenangan 90% di Bali.”

Malamnya berbagai type buzzer rame mengembangkan narasi Megawati dan Jokowi menghina Prabowo di Kongres Bali.

Narasi konyol. Sebuah provokasi. Motifnya mengadu-domba. Menghasut supaya kader dan simpatisan Partai Gerindra merilis serangan terhadap Ibu Megawati dan Jokowi. Pastinya, serangan itu akan direspon oleh “Anak Banteng” dan Projo.

Target utama provokasi ini adalah Membatalkan Poros Kuat Jokowi-Megawati-Prabowo.

Maka Status Quo bisa dipertahankan. Posisi Jaksa Agung aman di tangan Nasdem. PKB bisa tekan 11 kursi menteri. Demokrat yang terhempas bisa rebound. Nyodok kembali dengan satu Menteri Perindustrian AHY.

Di balik pidato lucu Ibu Megawati, ada semacam warning serius.

Sesaat KPU nyatakan 01 menang, PKB dan Nasdem nge-press Jokowi soal jatah kursi menteri. Jika mereka tidak bisa diatur, PDI-Perjuangan akan ambil posisi banyak kursi.

Bila Ibu Megawati berkata “Mau ape loe?”, Surya Paloh dan Panglima Santri bakal garuk-garuk kepala.

Statement Ibu Megawati mengubah sikap Surya Paloh. Dia sontak menyatakan, “Nasdem tidak ada minta-minta. Jadi saya harus lempeng (luruskan), tidak pernah kami minta-minta kursi itu”.

Partai gagal threshold pun dibully Ibu Megawati. Tidak tau malu. Ngga lolos parliamentary threshold tapi minta jatah menteri.

Ibu Megawati menyitir “Banteng ngeluruk” dan “Gosok tandukmu”. Sapaan “Mas Bowo”. Kalimat sengaja dipotong. “Kalo nanti…ya ga tau dong…tolong deket-deketin saya ya”, “situ sih bikin saya cape” dan begitu banyak derai tawa.

Semua itu menyiratkan arti; Ibu Megawati dan Pa Prabowo tutup buku masa lalu. Bergandeng tangan hadapi masa depan.

Pesan serius Ibu Megawati adalah dia memberi sinyal kepada partai-partai TKN yang menolak masuknya Pa Prabowo ke dalam pemerintahan akan berhadapan dengan PDI-Perjuangan.

Jadi tidak benar apabila ada yang mengatakan Pa Prabowo dilecehkan. Lawong dia disambut pimpinan teras PDI-Perjuangan dengan kepala tertunduk hormat.

Yel-yel “Hidup Prabowo, Hidup Prabowo” menggema ketika dia masuk ruang kongres.

 

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *