Opini by Zeng Wei Jian, Pengamat Politik dan Media Sosial
Status quo menerapkan politik “post truth”. Pondasinya; fabrikasi “feel true” tapi “have no basis in fact”. Perasaan ada Esemka, tapi entah di mana show roomnya. Banyak contoh “feel true” tanpa fakta di rezim ini.
Sindikat hitam memainkan “diversionary conflict”. Minoritas Tionghoa, Nasrani, Syiah, Buddha, Hindu, Gay, Leftist dan preman ditarik-tarik turun berpolitik. Ikut sebuah perang yang sulit mereka menangkan. Islam dipecah-belah. Targetnya; ciptakan “domestic ethnic divisions and tension”.
Sepanjang sejarah, dari dulu-sekarang, semua penguasa zolim di dunia menerapakan dua taktik dalam rangka menyelamatkan kekuasaannya yang gagal.
Taktik itu: Fabrikasi “diversionary war” dan pecah-belah rakyat dengan isu rasial. Adolf Hitler melakukan dua hal itu secara simultant. Dia rilis perang dengan semua negara eropa dan menghantam minoritas Yahudi.
Vladimir Putin merilis Perang Crimea tahun 2014 supaya rakyat lupa beban ekonomi pasca harga minyak jatuh. Penguasa lemah yang tidak mampu merilis perang otomatis fokus pada domestic dīvide et imperā.
Di Buku “La bilancia politica” dan L’arte della guerra, Traiano Boccalini dan Machiavelli menyebut “divide et impera” as a common principle in politics. Jadi ngga heran bila Ahok dan penoda agama dibela.
Targetnya; public gaduh dan menaikan Sentiment Anti Tionghoa sekaligus menyuburkan “Islamophobia”. Dengan demikian, Publik bisa diarahkan Lupakan masalah ekonomi.
Modus seorang crawling-tyrant-baby; Beri minoritas priviledge semu supaya semua orang benci. Masukan penyusup ke Kubu Oposisi. Mainkan kartu rasial. Anti ini-itu secara absolut.
Provokasi dan hasut sebanyak mungkin orang supaya ikut nyanyikan lagu kebencian. Buat mereka marah setiap hari. Bawa emosi ke atas political stage. Sehingga lawan sulit berpikir jernih.
Injeksi “Islamophobic” ke dalam sanubari minoritas. Bohongin mereka dengan isu “Suriahnisasi-Indonesia”. “Fear” membuat mereka lupa ada TNI dan patriot. Tangkap Habib Bahar, Persekusi Neno Warisman, Kriminalisasi Ahmad Dhani dan Bubarkan HTI. Supaya minoritas percaya diri.
Tarik kembali Maruf Amin, Ngabalin, Yusril dan Kapitra. Ledakan time-bomb Ratna “Hoax” Sarumpaet. Fitnah Dahnil Anhar Simanjuntak dengan kasus korupsi akal-akalan. Delegitimasi oposisi dengan gossip.
Balik fakta. Kerdilkan aksi massa 212. Jaga supaya kepercayaan diri minoritas intact. Ketika ekonomi hancur, Sindikat Hitam sudah siap rilis Scapegoating tactic yaitu minoritas sebagai Target Penghancuran & Pemusnahan dari systematized run amock social unrest.
THE END
Sumber: WAG Relawan PRIDE