Opini by Zeng Wei Jian
Lima tahun lalu, pas masa kampanye, Letnan Jenderal Agum Gumelar dan Jenderal Wiranto menyerang Pak Prabowo dengan isu “Penculikan Aktifis 98”. Jokowi menang. Isu ini hilang. Muncul lagi di kampanye pilpres 2019.
Video baru ceramah Letnan Jenderal Agum Gumelar beredar. Isinya sama. Menuding-nuding Pak Prabowo.
Sekarang, Letnan Jenderal Agum Gumelar adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Jokowi. Wajar dia bela bossnya. Subjektif. Terkesan maksain fakta. Keterangannya sudah dipatahkan Letnan Jenderal J.Suryo Prabowo lima tahun lalu.
Agum Gumelar tidak punya prestasi. Karir militernya melejit ke atas diduga karena Mantu Jenderal Achmad Tahir.
Pilpres 2004, Agum Gumelar jadi Cawapres Hamzah Haz. Gagal. Cuma dapet 3% suara. Dari Cawapres turun jadi Calon Gubernur DKI Jakarta 2007. Gagal maning. Lalu tahun 2008, diusung PDIP sebagai Cagub Jawa Barat. Lagi-lagi Gagal.
Pada tahun 1998, Letnan Jenderal Agum Gumelar menyabet gelar “Master” dari American World University. Eh tahun 2005 Dikti Depdiknas melarang operasi universitas abal-abal ini. Sebabnya American World University ketauan melakukan praktek jual-beli gelar.
Dalam video terbaru yang diviralkan Jokower, Letnan Jenderal Agum Gumelar menyatakan tau di mana aktifis 98 dibunuh dan dikubur.
Dahulu, Letnan Jenderal Agum Gumelar pernah fitnah Pa Prabowo naik pangkat 3x dalam 1,5 tahun. Tidak minta maaf sekali pun pernyataannya dipatahkan fakta yang diungkap Mayor Jenderal Kivlan Zein.
“Prabowo naik pangkat pada tahun 78 setelah Pemberontak Lambatto ditembak mati,” kata Mayor Jenderal Kivlan Zen di Rumah Polonia.
Lagu lama Surat DKP yang sudah bonyok dihantam Letnan Jenderal J.Suryo Prabowo dinyanyikan kembali. Komnas HAM dan TGPF tidak menemukan korelasi antara Pelanggaran HAM dan Pa Prabowo. Tapi Watimpres Agum Gumelar maksain realita.
Korban penangkapan seperti Andi Arif, Walujo Djati, Desmond J Mahesa, Pius Lustrilanang membela Pa Prabowo. Hanya Faisol Reza dan Aan Rusdianto yang nyerang. Keduanya pernah tercatat sebagai Caleg PKB.
Semua kesaksian Letnan Jenderal Agum Gumelar masuk kategori argument from ignorance atau mengutip istilah Ahli Astrophysics Neil deGrasse Tyson sebagai “eyewitness testimony”. Â Sepanjang sejarah science, berdasarkan fakta empiris, the lowest form of evidence ya itu; eyewitness testimony.
THE END