OJK Yakini Target Pertumbuhan Kredit Perbankan Masih On The Track

ilustrasi OJK Syariah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini jika target pertumbuhan kredit perbankan pada 2017 masih on the track. Dengan begitu, perubahan terhadap rencana bisnis bank (RBB) tidak akan banyak mengalami perubahan tahun ini. Pertumbuhan kredit tertolong oleh pertumbuhan kredit valuta asing (valas). Valas jadi meningkat hampir 6%.

Kepala Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, dengan masih stabilnya pertumbuhan kredit pada industri perbankan maka target pertumbuhan yang sudah dicanangkan juga akan bisa tercapai. Kini, lanjaut Muliaman, OJK hanya tinggal menunggu laporan Rancang Bisnis Bank (RBB) dari setiap Bank yang akan masuk pada pertengahan Juli. Meski begitu, Muliaman memastikan jika tidak banyak perubahan yang dilakukan pada RBB.

“Nanti pertengahan Juli kita lihat lebih detail. Secara umum saya bisa sampaikan on track, artinya beberapa target pertumbuhan itu on the track. Jadi ekonomi yang terkait dengan luar negeri memang terbukti ada pertumbuhan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad di kantor OJK, Jakarta , Selasa (4/7/2017).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, pemerintah menaruh harapan besar kepada industri pasar modal untuk turut mendukung pembangun infrastruktur di dalam negeri dengan mendorong pendanaan yang bersifat jangka panjang. “Harapan besar itu datang untuk membantu pemerintah membangun infrastruktur. Kita memiliki dasar yang kuat untuk mendukung pemerintah dalam pembangunan infrastruktur. Kami di pasar modal akan lebih giat untuk memperdalam pasar modal dengan mengeluarkan beberapa program,” imbuh Nur di tempat yang sama.

Dia optimistis pasar modal mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan infrastruktur nasional, apalagi Indonesia telah meraih predikat level layak investasi (investmen grade) dari lembaga pemeringkat internasional, seperti Standard & Poor’s (S&P), Moody’s Investors Service, dan Fitch Ratings. “Peringkat ‘investmen grade’ kita dapatkan karena Indonesia punya potensi bagus, kita harus menjaga momentum itu,” katanya.

Dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, ia mengemukakan bahwa pihaknya sedang melakukan kajian untuk menerbitkan instrumen investasi baru, di antaranya infrastructure fund (Dana Investasi Infrastruktur), infrastructure bond (obligasi infrastruktur), dan project bond (obligasi proyek). Instrumen itu sekaligus memberikan alternatif bagi investor dalam berinvestasi.

Ia memaparkan bahwa infratsructure fund ditujukan untuk menyediakan salah satu alternatif pendanaan bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui sekuritisasi dari aset infrastruktur. Produk itu sebagai wadah untuk menghimpun dana dari investor.

Infrastructure fund, lanjut dia mekanismenya juga tidak berbeda jauh dengan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). Dalam RDPT, maksimum jumlah pihak yang berinvestasi sebanyak 50 pihak. “Sementara infrastructure fund bisa lebih, ada kondisi lainnya. Regulasi tentang produk infrastructure fund itu sedang dimatangkan OJK. Dalam waktu dekat, peraturan OJK atas produk itu akan diterbitkan,” tuturnya.

Untuk instrumen project bond, nilai dia, merupakan obligasi yang sumber pembayarannya berasal dari penerimaan usaha suatu proyek. Sedangkan infrastructure bond merupakan obligasi berbasis proyek infrastruktur. “Aturan project bond dan infrastructure bond sedang dalam proses, diharapkan dapat selesai secepatnya,” tutupnya. (okc/lin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *