Opini by Zeng Wei Jian
semarak.co -Ada dua posibilitas. Pertama; Tiongkok sedang membantu Pemerintah Indonesia. Angkat konfrontasi Natuna. Redam Jiwasraya.
Taktik itu bernama Fabrikasi “diversionary war” dan pecah-bela rakyat dengan isu rasial. Adolf Hitler melakukan dua manuver itu secara simultant. Dia merilis perang dengan semua negara eropa dan menghantam minoritas Yahudi.
Vladimir Putin merilis Perang Crimea tahun 2014 supaya rakyat lupa beban ekonomi pasca harga minyak jatuh. Penguasa lemah yang tidak mampu merilis perang otomatis fokus pada domestic dīvide et imperā.
Di Indonesia cuma dua issue yang diminati; Agama & China. Mainkan itu. Olah emosi & iman. Maka mereka akan lupa semuanya. Easy khan…!! Kedua; China sedang memprovokasi Amerika & sekutunya. Ayo perang di South China Sea.
Provokasi China punya dua dimensi target. Pertama; mengganggu konsentrasi Amerika yang dibantu Israel menghancurkan Iran-Iraq-Suriah. Kedua; memberi keleluasaan Iran-Iraq-Sunni-Syiah mengkonsolidasi kekuatan.
Drone Amerika membunuh Jenderal Qasem Soleimani yang sangat berperan menghancurkan ISIS. Red flag sudah berkibar di Masjid Jamkaran Iran. Sebuah sinyal. A warning; The war is coming.
Perang di South China Sea menyeret Korea Selatan dan Jepang. Alasan yang dibutuhkan North Korea supaya bisa menganeksasi South Korea. “One Korea” akan membalas-dendam atas Jepang di World War II.
Vietnam diharapkan ikut blocking ke Amerika. Sehingga China punya reason mencaplok Vietnam. Thailand dan Kamboja dipastikan ikut China. India dengan Smiling Buddha-nya dikunci Russia, Pakistan, Afganistan dan Pakistan. Jadi lebih baik neutral and stay out.
Philiphina dan Indonesia sebaiknya main sabun aja. Wait-n-see. Ikut yang menang saja. Toch, China sudah menyatakan bahwa Pulau Natuna itu milik Indonesia. ***
THE END