PT Bank Tabungan Negara (BBTN) telah merealisasikan menyalurkan kredit rumah murah senilai Rp 36,42 triliun atau sebanyak 424.863 unit rumah. Penyaluran kredit perumahan ini sebagai komitmen BTN dalam mendukung Program Satu Juta Rumah.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penyaluran tersebut terdiri atas kredit perumahan di segmen subsidi dan nonsubsidi. Di segmen subsidi, perseroan telah menyalurkan kredit perumahan untuk 328.192 unit rumah senilai Rp19,7 triliun.
Kemudian, rinci Maryono, di segmen nonsubsidi, kredit perumahan yang disalurkan mencapai 96.671 unit rumah atau setara Rp16,72 triliun. Jadi total realisasi jumlah unit rumah tersebut, simpul dia, setara 53,1% dari target yang ditetapkan Bank BTN untuk 2019, sebanyak 800 ribu unit rumah.
“Kami akan terus mendukung kesuksesan Program Satu Juta Rumah tidak hanya melalui penyaluran kredit perumahan, tapi juga membangun ekosistem pembiayaan perumahan yang berkelanjutan,” kata Maryono dalam paparan kinerja di Kantor Pusat BTN, kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Jumat sore (26/7/2019).
Selanjutnya, kata Maryono, untuk mendukung kesuksesan program yang sesuai dengan Nawa Cita ke-5, BTN telah menggelar berbagai inovasi termasuk menggelar transformasi digital.
“Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa penyaluran KPR, tapi juga memperkuat sumber pembiayaan, mendorong keterjangkauan, mendorong sisi ketersediaan rumah, serta bersinergi dengan stakeholder perumahan,” paparnya.
BTN juga, sambung dia, telah bermitra dengan berbagai pihak, hingga menggelar sekolah khusus bagi para pengembang. “Kami akan terus mendukung kesuksesan Program Satu Juta Rumah tidak hanya melalui penyaluran kredit perumahan, tapi juga membangun ekosistem pembiayaan perumahan yang berkelanjutan,” ulangnya.
Jadi, klaim dia, tidak benar ada anggapan muncul keluhan daripada perumahan subsidi. “Buktinya dari NPL (non performing loan) atau kredit bermasalah daripada program Sejuta Rumah ini kecil sekali. Di bawah satu persen. Ini luar biasa,” ujarnya.
NPL secara umum, kata dia, BTN fokus perbaikan juga. Karena untuk menggerakan laba. Sejumlah stragegi telah dipasang agar NPL turun menjadi 2,34% di akhir 2019.
“Langkah-langkahnya merestrukturisasi baik di KPR maupun komersil. Kedua, kita mengoptimalkan penagihan-penagihan ini kepada masing-masing daripada and user dan juga melakukan penagihan dan penjualan. Penjualan bisa langsung atau melalui lelang,” terangnya.
Adapun upaya BTN dalam penyesuaian bunga kredit yang mengikuti keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga, Maryono mengatakan, karena suku bunganya dana sudah turun, penyeusaian daripada bunga di desposito kita melihat daripada market.
“Jadi BTN tidak akan menaikkan suku bunga. Tapi kalau bunga kredit penyesuaian penurunannya akan melihat bagaimana acuan BI. Apa akan melakukan penurunan beberapa kali ke depannya? Setelah itu, baru kita akan melakukan penurunan di kredit ini. Jadi tidak ada peningkatan suku bunga untuk sementara,” imbuhnya.
Apalagi untuk proses ikukt menurunkan suku bunga kredit biasanya minimal tiga bulan waktunya. “Soal pengaruh regulasi terhadap tertekannya laba, contohnya penerapan PSA 71 dimana PSA 71 dengan K55 jauh berbeda,” ulasnya.
Sehinga, lanjut dia, membutuhkan tambahan dana KPR cukup besar. “Apa pun juga karena ini regulasi dan untuk menjaga resiko dan judgement dari ini, kita harus melakasanakan dan ini sudah diperhitungkan di dalama pengaturan RBB kita maupun bisnis kita,” tutupnya. (lin)