Negeri Asing itu Bernama KULONPROGO

dr Hasto Wardoyo. Foto: detik.com di internet

Bupati Kulonprogo dr Hasto Wardoyo cara mengurus daerahnya sangat bertolak belakang dengan pimpinan di pusat yang mengutamakan impor. Apa yang terjadi di Kulonprogo kemudian? Tulisan ini sudah berkali-kali viral dan kembali menjadi pesan berantai di media sosial, terutama grup WhatsApp (WA). Ini alasan redaksi memperbarui dalam tayangan media online.

semarak.co-Teladan dalam Senyap (belajar nasionalisme ekonomi dari Kulonprogo). Kulonprogo bukanlah daerah yang jadi sorotan media. Bukan kota besar seperti Bandung, Surabaya, apalagi Jakarta. Bupati Kulonprogo dr Hasto Wardoyo pun tak sepopuler Kang Emil, Bu Risma apalagi Basuki Tjahja Purnam alias Ahok.

Bacaan Lainnya

Walau tanpa sorotan media, dr Hasto telah meletakkan spirit kemandirian sebuah bangsa. Ia mengajak warganya keluar dari kemiskinan dengan kekuatannya sendiri. dr Hasto memberi teladan dalam senyapnya publikasi. Ia memulai dengan gerakan bela dan beli Kulonprogo.

Antara lain, dengan mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan para pelajar dan PNS di sana mengenakan seragam batik geblek renteng, batik khas Kulonprogo, pada hari tertentu. Ternyata, dengan jumlah 80.000 pelajar dan 8.000 PNS, kebijakan ini mampu mendongkrak industri batik lokal.

Sentra kerajinan batik tumbuh pesat, dari cuma 2 menjadi 50an. Seribuan perajin batik Kulonprogo yang biasanya bekerja di Yogyakarta, kini bisa bekerja di Kulonprogo. Uang ratusan miliar rupiah dari usaha kecil inipun berputar di Kulonprogo.

Puryanto, seorang pengusaha batik di desa Ngentarejo mengaku omzetnya meningkat bahkan pernah hingga mencapai 500%. dr Hasto, yang menjabat Bupati sejak 2011, juga berusaha menjamin pendapatan petani lokal, dengan mewajibkan setiap PNS membeli beras produksi petani Kulonprogo, 10 kg/bulan.

Bahkan raskin (beras orang miskin) yang dikelola Bulog setempat, kini menggunakan beras produksi petani Kulonprogo. Sang Bupati yang juga dokter spesialis kandungan ini juga membuat PDAM mengembangkan usaha dengan memprodusi Air kemasan merek AirKu (air Kulonprogo).

Selain menyumbangkan PAD, keberadaan air kemasan ini membangkitkan kebanggaan warga setempat dengan mengkonsumsi air produk sendiri. AirKu kini menguasai seperempat ceruk pasar air kemasan di Kulonprogo. Anto, staf setempat, menuturkan, kini jumlah permintaan lebih besar dari produksi.

Karena itu, volume produksi AirKu akan segera ditingkatkan. Berbagai kebijakan lewat peluncuran Program Bela dan Beli, tahun 2012, ternyata mampu menurunkan angka kemiskinan di Kulonprogo. Dari 22,54 % pada tahun 2013 menjadi 16,74 % pada tahun 2014 (data Bappeda).

Oh ya, jika Anda ke Kulonprogo, Anda tak akan menemukan papan iklan rokok. Pemerintah Kulonprogo memang menolak sponsor dari perusahaan rokok. Kebijakan ini tentu mengurangi pendapatan daerah. Namun, memimpin daerah bukan cuma soal menggenjot pendapatan tapi menempatkan posisi moral yang memihak rakyat.

Dalam hal ini, membela hak kesehatan rakyat. Bupati yang lulusan UGM ini juga memberlakukan Universal Coverage dalam pelayanan kesehatan, di mana Pemkab Kulonprogo menanggung biaya kesehatan warganya Rp 5 juta /orang.

Untuk mengimbangi program Universal Coverage, RSUD Wates Kulonprogo memberlakukan layanan tanpa kelas. Artinya, ketika kelas 3 penuh, pasien miskin bisa dirawat di kelas 2, kelas 1, bahkan VIP. Sekali lagi, berbagai kebijakan populis ini dijalankan tanpa banyak sorotan media.

Dan satu lagi di Kulonprogo Alfaxxxx dan Indoxxxx yang biasanya berdampingan bagai pasangan yang tak terpisahkan itu (di mana ada alfaxxxx, di situ ada indoxxxx) tidak diijinkan untuk membuka usahanya, kecuali mau bermitra dengan Koperasi dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Salah satunya kewajiban menampung produk UKM di dalam gerai tersebut dan mempekerjakan karyawan dari anggota koperasi. Alfaxxxx dan Indoxxxx yang bekerja sama dengan koperasi, namanya bukan Alfaxxxx dan Indoxxxx lagi tapi diganti menjadi TOMIRA (Toko Milik Rakyat).

Diketahui, seperti dilansir id.wikipedia.org/ pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung tahun 2011, Ia bersama pasangannya Sutedjo yang didukung PDIP, PAN, dan PPP berhasil memenangkan Pilkada Kulon Progo dengan perolehan suara sebesar 46.29% dari jumlah pemilih.

Pasangan ini mengalahkan 3 pasangan lain, yakni Sarwidi – Hartikah (5.83%) yang didukung PKB, Mulyono – A. Sumiyanto (29.15%) didukung gabungan Partai Demokrat dan PKS serta pasangan Suprapta – Soim (18.74%) yang diusung Golkar, Gerindra, PKPB, PDK dan PKNU.

Ia dilantik sebagai Bupati Kulonprogo 24 Agustus 2013. Sekarang mantan Bupati Kulonprogo dr Hasto Wardoyo telah menjabat Kepala BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Pusat, sejak 1 Juli 2019 – Sekarang bertepatan Presiden Joko Widodo terpilih Kembali di periode keduanya. (smr

 

sumber: @ahmad taufik di WAGroup PA Al-Wasliyah P.Brayan (postSelasa4/6/2024/ichwanidra)

Pos terkait