Nasib Pilu Demokrat setelah Keluar dari Koalisi Perubahan

Oleh Sholihin MS *)

semarak.co-Gara-gara sikap ambisius, egois, sombong, dan tidak jujur Partai Demokrat tersandung batu. Partai Demokrat saat ini nasibnya sangat memilukan. Ngemis-ngemis mau gabung Koalisi PDIP atau Gerindra sambil kepala tertunduk malu karena telah hengkang dari Koalisi Perubahan.

Bacaan Lainnya

Padahal syarat untuk minta jatah cawapres sudah dihilangkan. Jika Demokrat gabung dengan PDIP atau Gerindra, nasibnya akan makin terpuruk bahkan terhina: akan terus minder, dikucilkan dan jadi bahan olok-olok.

Jika SBY tidak segera minta maaf dan mencabut tuduhan pengkhianat terhadap Anies dan Surya Paloh khususnya dan Koalisi Perubahan umumnya, masa depan Demokrat bakal game over. Demokrat akan jadi partai inferior atau bahkan mungkin jadi gelandangan politik. Modus SBY yang seolah menjadi orang terzalimi dan dikhianati, tidak dipercaya rakyat lagi.

Karena faktanya Partai Demokratlah yang bersikap arogan, memaksakan diri, dan menzalimi Anies dan koalisi perubahan dengan mempermainkan tidak tercapainya persyaratan ambang batas 20% jika tanpa Demokrat, lalu memaksakan AHY untuk Cawapres dan mengancam akan mengambil opsi lain untuk keluar koalisi jika keinginannya tidak dituruti.

Bukankah sikap seperti ini sikap yang arogan? Demokrat tidak mungkin cocok bergabung dengan Ganjar dan Prabowo, karena keduanya foto copy Jokowi, sedangkan Demokrat selama ini selalu menggaungkan perubahan dan antitesa Jokowi. Hanya ada satu jalan bagi Demokrat untuk bisa selamat dan tidak menjadi partai gurem: kembali gabung dengan koalisi perubahan

Syaratnya:

Pertama, Tanggalkan sikap arogan dan tinggi hati. Memutuskan sesuatu dalam keadaan amarah dengan menuduh yang lain berkhianat hanya memperlihatkan kedunguan dan kesombongan. Demokrat karena merasa diri sangat dibutuhkan dan jadi kunci penentu Anies bisa nyapres.

Tapi tiba-tiba Anies dan Surya Paloh beralih memilih Cak Imin sehingga Demokrat merasa dikhianati dan menjadi pihak seolah dizalimi bahkan menuduh Anies berkhianat. Usut punya usut, ternyata motifnya untuk kepentingan pribadi (AHY) bukan untuk kepentingan bangsa dan negara, berbeda dengan Anies.

Kedua, Harus segera mencabut tuduhan pengkhianat kepada Anies dan Surya Paloh dan meminta maaf kepada keduanya dihadapan media. Apa yang dilakukan SBY sudah pencemaran nama baik dan tuduhan tidak benar. Hanya dengan cara meminta maaf dan gabung kembali ke Koalisi Perubahan citra SBY, AHY, dan Demokrat akan kembali pulih

Ketiga, Meluruskan niat yang ikhlas untuk berkoalisi di Koalisi Perubahan, yaitu untuk kepentingan bangsa dan negara dengan secara all out bekerjasama melakukan perubahan. Ketidaktulusan akan menodai sebuah perjuangan.

Apalagi jika ada motif-motif atau ambisi pribadi di belakangnya. Kepentingan bangsa dan negara harus menjadi tujuan utama, soal kapan AHY jadi cawapres atau bahkan capres maka jika sudah saatnya tidak akan bisa dicegah, dan waktulah yang akan berbicara.

Keempat, Membantu Anies dan Cak Imin untuk bisa memenangkan kontestasi dengan kemampuan yang dimiliki Demokrat. Semua potensi yang dimiliki Demokrat harus diberdayakan secara optimal untuk kemenangan pasangan Anies-Cak Imin. Kata kuncinya: berjuang dulu secara optimal tidak menuntut hasil untuk kepentingan partai.

Kelima, harus totalitas ke Koalisi Perubahan dan menutup pintu rapat-rapat untuk partai dari koalisi yang lain. Tidak bermain di dua kaki. Siap all out bersama partai-partai koalisi perubahan. Hanya koalisi perubahan yang selalu welcome, ahlan wa sahlan yang tulus menerima Partai Demokrat.

Karena koalisi perubahan bukan berjuang untuk kekuasaan dan pragmatisme, tetapi semata berjuang untuk rakyat dan negara Indonesia. Dan secara kalkulasi politik hanya dengan Koalisi Perubahan akan bisa bangkit dari ancaman keterpurukan.

Bandung, 21 Shafar 1445 H

*) Pemerhati Sosial dan Politik

 

sumber: kbanews.com/ 9 September 2023 10:26 AM di WAGroup BASECAMP PEJUANG 24 JAM (postMinggu10/9/2023/)

Pos terkait