Nabi Perintahkan Menyeimbangkan Pola Makan dan Minum Agar Tak Obesitas

Alif Herlino

Riset ilmiah membuktikan bahwa kegemukan (obesitas) dapat membahayakan tubuh manusia. Hasil sensus sebuah perusahaan asuransi di Amerika Serikat menyimpulkan, semakin panjang garis lingkar perut, maka semakin pendek garis umur. Dalam buku ‘Sains dalam Alquran’ yang ditulis Nadiah Thayyarah menjelaskan, laki-laki yang lingkar perutnya lebih besar daripada lingkar dadanya, maka potensi kematiannya akan semakin besar.

Nabi memerintahkan untuk menyeimbangkan pola makan dan minum, serta tidak berlebihan dalam keduanya. Beliau juga melarang untuk mengisi lambung dengan makanan secara penuh, karena dapat merusak tubuh dan termasuk pemborosan.
Pelakunya dianggap sebagai orang-orang yang mubazir yang dicap Allah sebagai saudara setan. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya,” Surah Al Isra’ Ayat 27.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk napasnya.”

Manusia membutuhkan makanan dalam porsi tertentu setiap hari, tergantung usia dan pekerjaannya. Laki-laki yang bekerja dengan duduk sepanjang hari hanya membutuhkan 3.000 kalori. Adapun yang bekerja dengan tenaga fisik, maka ia membutuhkan 4.000 kalori. Bila kalori yang dikonsumsi melebihi kebutuhan, maka tubuh akan mengeluarkan sisa-sisanya dengan memforsir kinerja jantung, hati, ginjal, dan paru-paru.

Kelebihan kalori itu juga akan menumpuk dalam tubuh manusia, sehingga membentuk lemak di bawah kulit, di hati dan otot-otot, serta di dalam pembuluh darah. Akibatnya, terjadi penyempitan pembuluh darah dan serangan jantung.
Di setiap satu kilogram kelebihan berat badan dari jumlah ideal, kinerja jantung akan bertambah dalam memompa darah. Ketika jantung hanya dirancang untuk melayani 79 kilogram berat tubuh, tetapi dipaksa untuk melayani 100 kilogram, maka jantung akan keletihan sehingga menimbulkan penyakit.

Tidak jarang orangtua melarang anaknya untuk makan dan minum dalam keadaan berdiri. Hal ini juga diajarkan Islam melalui salah satu hadits. “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang minum sambil berdiri.” Qotadah berkata, “Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Pada ilmu modern ditemukan alasan mengapa seseorang sebaiknya duduk ketika sedang minum dan makan. “Minum dan makan sambil duduk itu lebih sehat, lebih selamat dan lebih sopan. Ini karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus secara perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus dan menabraknya dengan keras,” demikian terang Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani, ilmuwan Muslim, seperti dikutip dari Islampos.

Saat berdiri, kondisi keseimbangan disertai pengerutan otot pada tenggorokan menghalangi jalannya makanan ke usus. Ia terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat sehingga mengganggu fungsi pencernaan. Ini membuat seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum. Hal ini juga berlaku untuk makan dalam posisi berjalan. Makan sambil berjalan sama tidak sehat dan tidak sopannya di antara kaum muslimin. (okc/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *