Mustahik LPEM BAZNAS Bangkit dari Keterpurukan hingga Sukses Menuju Tanah Suci

Eva Marifatun Nurjana, satu dari sekian banyak mustahik LPEM Baznas. Foto: humas Baznas

Eva Marifatun Nurjana tak pernah menyangka akan berpisah dengan sang suami pada tahun 2017. Eva, panggilan akrabnya, selain dituntut mandiri, juga harus menghidupi kedua anaknya pasca berpisah.

semarak.co-“Tahun 2017 menjadi momen terberat dalam hidup saya. Suami memilih berpisah dengan saya. Sejak saat itu, saya bertekad harus mampu menafkahi dua anak saya,” ucap Eva saat memulai ceritanya seperti dilansir humas Baznas melalui WAGroup Baznas Media Center (BMC), Sabtu (27/3/2021).

Bacaan Lainnya

Dengan kegigihan dan tekad kuat, Eva berhasil bangkit dari keterpurukan dan membuat keluarganya menjadi sejahtera. Kini Eva memiliki tabungan untuk umrah ke Tanah Suci. Kesuksesan Eva tak lepas dari peran aktif BAZNAS yang mendukung umat untuk mencapai kesejahteraan.

Titik balik wanita asal Bekasi itu dimulai saat dia baru berpisah dengan sang suami. Meski dia awalnya sudah memulai usaha camilan khas Betawi, yakni kue ketapang sejak 2014, namun sepeninggal suaminya Eva mulai fokus dan bergantung pada yakin usahanya akan maju kelak.

“Setiap hari saya bekeliling dengan motor mencari rekan penjual warung yang bersedia saya titipi kue ketapang. Sepekan sekali saya mengecek titipan dagangannya. Saya sengaja mengatur waktu penitipan sepekan sekali karena di pekan pertama untuk penitipan, selanjutnya mengecek angka penjualan,” terang dia.

Pernah satu hari, Eva diprotes pemilik warung. Katanya, kue ketapangnya tidak renyah lagi. Setelah dicoba langsung oleh Eva, ternyata betul rasanya tidak renyah lagi alias alot. Eva sempat terpukul. Selain mengecewakan mitra, Eva juga mengalami kerugian. Karena, stok yang ada semua ditariknya.

“Saya sempat terpukul ketika mitra complain kue ketapangnya umes (alot). Tapi, saya berusaha bangkit dan memperhatikan proses pengemasan agar tidak ada udara yang masuk,” ujar Eva.

Belajar dari kesalahan, Eva memulai lagi usahanya. Selain produksi yang diperbaiki lagi cita rasanya, Eva juga memperhatikan faktor pengemasan. Ia tak ingin kejadian kue ketapangnya yang alot terulang kembali.

Perlahan tapi pasti, usaha kue Eva mulai merangkak naik. Awalnya Eva memperoleh omzet penjualan Rp2 juta per bulan. Meski belum besar, namun dia tetap bersyukur dengan hasil yang diraih masih bisa menafkahi kedua anaknya.

Kemudian pada akhir 2018 Eva memperoleh informasi seputar program pemberdayaan mustahik pengusaha dari Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) BAZNAS. Eva mendaftar dan mengikuti semua rangkaian seleksinya. “Akhirnya, saya dinyatakan lulus seleksi program LPEM. Wah senang sekali rasanya ketika itu,” ucapnya.

Selain memperoleh bantuan modal tanpa bunga dari BAZNAS, Eva juga memperoleh wawasan keilmuan seputar wirausaha melalui proses pembinaan dan pendampingan program. Eva banyak belajar tentang packaging, pemasaran, hingga mengurus perizinan Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT).

Di bawah pembinaan BAZNAS, Eva terus meningkatkan produksi kue ketapangnya. Hal ini turut berdampak pada peningkatan omzet Eva yang telah mencapai Rp4 juta sejak menjadi mitra LPEM BAZNAS. Bahkan pada bulan Ramadan, Eva bisa meraih omzet penjualan mencapai Rp7 juta.

Berbagai cara terus dilakukan Eva guna menjaga kue ketapangnya tetap eksis di pasaran. Eva berinovasi dengan berbagai varian rasa ketapang, seperti rasa original, wijen, jahe, dan kacang.

Dari hasil penjualan itu, Eva menabungnya sedikit demi sedikit sebagai tabungan pendidikan kedua anaknya. Bahkan, Eva memiliki keinginan untuk pergi umrah ke Tanah Suci. “Alhamdulillah, saya sudah memiliki tabungan umrah,” ungkap Eva.

Eva pun bercita-cita menyekolahkan kedua anaknya sampai perguruan tinggi. Meski hidup sendiri tanpa suami, Eva tidak merasa lemah. Justru ia yakin kedua anaknya bisa berkuliah dan berhasil dengan pertolongan Allah. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *