Mosi Tak Percaya Rakyat, Rocky Gerung Bilang Go To Hell Keterangan Jokowi

Rocky Gerung berbicara soal terbakarnya gedung Kejaksaan Agung di ILC dalam tangkap youtube tayangan IndonesiaLawyersClub. Foto: internet

Pengamat politik yang juga akademisi Rocky Gerung mengatakan, mau sebanyak apapun Jokowi dan para menterinya meluruskan berbagai kontroversi terkait Undang-Undang (UU) Omnibus Law yang dikeluhkan tetap tidak akan membuat rakyat percaya.

semarak.co– “Gelombang demonstrasi penolakan UU Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja ini membuktikan bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah tidak lagi dipercaya oleh rakyat,” sindir Rocky dalam diskusi Pergerakan Indonesia Maju, Kamis (8/10/2020).

Bacaan Lainnya

Karena di dalam politik itu, nilai Rocky, bukan soal truth tapi soal trust. “Jokowi bisa dari pesawat terbang memberikan keterangan tentang apa yang dia maksud tentang Omnibus Law, orang akan bilang, go to hell dengan keterangan anda (Jokowi) karena momentumnya sudah terjadi,” ulas Rocky yang dikenal tokoh filsafat.

Demonstrasi yang terjadi saat ini, kata Rocky, bukan hanya bertujuan membatalkan UU Cipta Kerja melainkan luapan kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi yang kian arogan.

“Ini bukan sekadar membatalkan undang-undang tetapi ini adalah akumulasi dari kejengkelan terhadap arogansi pejabat yang sok ngomelin rakyat, arogansi menteri yang petantang-petenteng ngomelin presenter, itu akumulasinya,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI).

Rocky juga menyebut para menteri Jokowi tengah cemas ditekan massa. Hal itu terlihat saat para belasan menteri melakukan konferensi pers penjelasan UU Cipta Kerja kepada media Rabu (7/10/2020).

“Saya perhatikan bahasa tubuh dari para menteri yang ada di konferensi pers tadi malam, semuanya dalam keadaan gugup, cemas, karenanya ada yang bicara cepat-cepat ada yang berupaya melucu,” kata Rocky saat itu.

Gelagat itu, kata Rocky terlihat karena para menteri ingin menyelematkan diri sendiri dari citra negatif harus yang ditanggung dari pengesahan UU Cipta Kerja. “Ini menunjukkan di antara mereka sendiri tidak ada kesepakatan sebetulnya apa isi dari undang-undang itu,” ujarnya.

Apalagi ditekan psikologi public, lanjut dia, karena setiap orang menganggap yang diterangkan hanya untuk menyelamatkan diri. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *