PT Kimia Farma (KAEF) mulai menggarap bisnis baru. Menyusul langkah produsen farmasi pelat merah ini merambah bisnisnya ke sektor properti. Salah satu alasannya, Kimia Farma memiliki landbank di 200 lokasi premium seperti Jakarta dan Bandung.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir mengatakan, Landbank milik KAEF terbilang banyak dengan 200 lokasi premium di kota besar, seperti Jakarta dan Bandung bahkan letaknya di jalan utama. Ada beberapa rencana yang sudah dibuat Kimia Farma, lanjut Basyir, untuk memaksimalkan lahan premium itu. Seperti dibangun sebuah hotel, gedung perkantoran, perumahan, sekolah sampai rumah sakit.
“Contoh yang kita punya di Bandung, ini di Jalan Padjadjaran, Cihampelas, Cicendo, seluas tujuh hektare. Lagi didata, saat ini ada 200 lokasi untuk dibisniskan nanti kelanjutannya kita lihat daerahnya di mana. Kalau bagus hotel ya kita bangun hotel, kalau bagus untuk office building, tentu kita bangun, kalau untuk rumah sakit, rumah sakitlah,” ungkap Basyir, di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, baru-baru ini.
Sudah ada beberapa proyek yang dimulai. Misalnya sebuah hotel dengan nama Moxy di Jalan Sulanjana, Bandung. Kimia Farma juga tengah membangun sebuah hotel di Jakarta. “Kalau yang Jakarta sudah mulai sebagian. Dalam pembangunan unit properti ini, Kimia Farma menggandeng investor sebagai partner bisnis. Pas pula banyak perusahaan konstruksi BUMN yang ingin bekerja sama dengan Kimia Farma. Sudah ada yang ngantre, beberapa pihak sudah masukin proposal terutama yang BUMN Karya ya mana aja, yang tidak terlibat di tol,” sebutnya.
Baca : Kimia Farma Tuntaskan Penerbitan MTN Senilai Rp 600 M, Untuk Percepat Ekspansi Usaha
Adapun dana yang disiapkan PT Kimia Farma pada ekspansi ke bisnis properti, seperti superblok di Bandung, yang terdiri atas hotel, rumah sakit, sekolah, dan pusat perbelanjaan, sebesar Rp 1,3 triliun. Sesuai rencana, perseroan berencana merelokasi pabrik di Padjajaran ke wilayah Banjaran untuk mendukung ekspansi. Sejauh ini, konstruksi untuk pabrik baru tersebut sudah mencapai sekitar 45% dan diproyeksikan rampung pada 2018. (lin)