Menparekraf Sandi Uno Tanggapi Film Kiblat, Terus seperti Apa Film Forza Bertema Sepak Bola dengan Studio Amerika Didukung Klub AC Milan

Menparekraf Sandi Uno dalam mengisi program mingguan The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat secara luring dan daring, Senin (19/6/2023). Foto: humas Kemenparekraf2

Perusahaan film Indonesia Adhya Pictures bakal merilis film tentang sepak bola berjudul Forza. Mereka berkolaborasi dengan perusahaan film Amerika Serikat (AS), yaitu RIVA Studios dalam proses produksinya dan mendapat dukungan dari klub sepak bola asal Italia, AC Milan.

semarak.co-Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan kolaborasi itu harus disambut baik. Karena selain menggairahkan pertumbuhan perfilman sekaligus berdampak ekonomi.

Bacaan Lainnya

Disebut Menparekraf Sandi Uno bahwa Perusahan Adhya Pictures ini menggandeng RIVA Studios Amerika dan merupakan co-production Film Forza ini dan dapat dukungan penuh dari AC Milan di Italia, klub sepak bola profesional Dewa United merupakan pekerjaan luar biasa.

Di sisi lain, Menparekraf Sandi Uno mengaku, pihaknya sedang memikirkan skema yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) serta BUMN supaya bisa memfasilitasi ekosistem sineas-sineas pemula supaya bisa naik kelas.

“Kalau yang gede-gede mungkin punya banyak modal,” ujar Menparekraf Sandi Uno saat mengisi kegiatan rutin minggu setiap Senin sore, yaitu The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid dari Gedung Sapta Pesona, Kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Senin sore (25/3/2024).

Eksekutif Produser Film Forza, David Aditya Soeryadjaya menjelaskan bagaimana proses kolaborasi terjadi. Ia mengatakan pendiri RIVA Studio yang berbasis di Miami, Amerika Serikat, Marco Balsamo memiliki ketertarikan pada sepak bola bahkan menjadi pemain sepak bola.

Di sisi lain, pendiri Adhya Pictures juga berminat pada sepak bola. “Setelah kita bicara dan akhirnya merasa ini sebuah kesempatan di mana kita bisa bawa Indonesia ke dunia, apalagi dari segi sepak bola, dari segi Bali-nya, dari segi kehidupan seorang Indonesia,” papar David.

Akhirnya kita membuat keputusan kita maju dan memproduksi film ini. Film itu sudah selesai diproduksi dan sedang dalam tahap pasca-produksi yang diperkirakan selesai pada Juni 2024. Mengenai jadwal tayang film Forza, David belum bisa memberitahu lebih lanjut karena akan disesuaikan dengan waktu perilisan yang tepat.

Eksekutif Produser Shierly Kosasih menyebut merasa beruntung bisa dapat dukungan klub sepak bola asal Italia tersebut. Namun, ia menolak menjelaskan detail soal dukungan dari AC Milan. “Akan banyak spoiler kalau aku cerita lebih jauh,” ucapnya,

Syuting dilakukan di stadion dengan beberapa pemain AC Milan. Ia hanya memastikan bahwa Marco Balsamo dari RIVA Studio membuat film dengan sepenuh hatinya. “Jadi, satu racikan yang buat fim ini menarik,” cetusnya lagi.

Film itu mengisahkan tentang perjalanan seorang anak bernama Bima yang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Ia memperbaiki hidup keluarganya dan mengejar cita-cita dalam dunia sepak bola sampai akhirnya berhasil bergabung ke tim junior AC Milan.

Atiqah Hasiholan dan Yuriko Angeline sebagai pemeran film Forza menceritakan saat proses syuting berlangsung. “Di sini aku berperan sebagai ibunya Bima,” sebut Atiqah sambil menyebut film juga bercerita tentang konflik hubungan orangtuanya.

Di sisi lain, Bima dan ibunya yang tinggal di sebuah perkampungan Bali menonjolkan sisi lain kehidupan masyarakat. Di kampung tersebut, kehidupan Bima bersinggungan juga dengan tokoh lainnya yang diperankan Yuriko Angeline. “Marco yang orang Itali melihat bahwa di Indonesia itu anyone bisa menjadi family, kebersamaan,” bebernya.

Dalam sesi tanya jawab, Eksekutif Produser fil Forza, Shierly Kosasih mengungkap tentang dukungan Kemenparekraf untuk insan perfilman Indonesia. “Kalau dari film kita udah dapet banyak banget dukungan dari pemerintah sampai sejauh ini,” sebut Shierly.

Salah satunya yang ia rasakan dukungan saat dirinya dan sineas lain ikut serta dalam ajang Hongkong Filmart 2024 yang pertama kalinya Indonesia ikut memiliki paviliun pameran. Dengan itu, Adhya Pictures punya tempat untuk menunjukan karyanya.

Sementara insentif dari pemerintah dengan re-paid pajak yang diterima sebesar 15-20 persen juga sangat membantu. Ia pun berharap re-paid pajak ini bisa terus berjalan ke depannya, karena industri film membutuhkan biaya yang besar dalam menghasilkan karya.

“Setiap project film membutuhkan ratusan orang, kita membutuhkan finansial yang tidak sedikit hitungannya. Jadi sekecil apapun, pasti besar impact-nya buat kita,” sambungnya sambil menambahkan bahwa industri film Indonesia sedang berkembang pesat.

Mengutip dari Tim Showbiz Liputan6.com, Senin (25/3/2024), sutradara sekaligus penulis skenario Gina S. Noer menyuarakan keresahannya terkait tren film horor Indonesia yang menjadikan unsur agama alat teror untuk menciptakan nuansa horor. Sebagai sineas, Gina ikut mengkritik tajam para pembuat film horor lokal yang acap kali menggunakan cara tersebut.

Menurutnya, hal ini sudah masuk dalam ranah eksploitasi agama. “Nah, menurut gue masalahnya dengan kebanyakan horor Indonesia yang tema agamanya saat ini adalah sudah masuk ke ranah eksploitasi agama terutama agama islam (mungkin karena mayoritas ya),” ungkap Gina melalui Instagram Stories @ginasnoer.

Lebih jauh, Gina mengakui ia sebenarnya tidak masalah ketika suatu film mengangkat tentang kepercayaan atau keyakinan dalam beragama. Akan tetapi, ia cukup menyayangkan kalau suatu film menggunakan ritual agama yang suci untuk menghadirkan ketakutan serta adegan seram.

Pasalnya, sambung Gina, film horor lokal menurut Gina justru menonjolkan iman sebagai sesuatu yang lemah, alih-alih menjadi alat untuk melawan sesuatu yang gaib. Film horor memang tak bisa dipungkiri masih menjadi favorit dari pecinta film Indonesia.

Akan tetapi, penamaan judul dan konsep poster banyak mendapatkan kritik karena diduga mengeksploitasi islam. Salah satunya yang sedang ramai dibicarakan adalah film Kiblat. Dalam posternya menunjukkan adegan salat yang tidak biasa.

Menparekraf Sandi Uno menilai bahwa apa yang tersaji dalam film Kiblat justru terbalik. “Shalat kan tiang agama dan di dalam. Terus saya pun selalu penasaran dengan genre horor yang selalu mendapat atensi masyarakat Indonesia,”kata Menparekraf Sandi di acara yang sama.

“Kenapa horor sangat disukai karena ada di dalam diri kita untuk mengatasi rasa takut kita. Dan nonton film horor itu takutnya yang terkontrol maka kita tahu, durasinya 2 jam meski kita ditakuti kita tahu sebelah kiri kanan kita ada orang yang menemani kita di bioskop,” lanjutnya.

Film horor ini secara psikologi dinilai Sandi memang tetap laku di Indonesia. Prinsipnya bisa berdampak dengan jauhnya rasa spiritual akan tetapi justru mengingatkan dengan setelah dunia ini. “Justru kita harus mempersiapkan untuk akhirat nanti. Harus perbanyak salat dan dzikir dan Insha Allah film ini semakin banyak terdorong ibadah,” jelasnya.

Salah satu film horor Indonesia yang mendapatkan sorotan dari MUI yakni berjudul Kiblat. Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah Cholil Nafis meski belum mengetahui isi film tersebut, akan tetapi judul dan poster dari Kiblat bertabrakan jauh maknanya.

“Saya tidak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram kok judulnya kiblat ya. Saya buka-buka arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadapnya orang-orang salat,” katanya dalam akun Instagram.

Ia juga menilai film tak pantas di pertontonkan di bioskop. “Kalau ini benar sungguh film ini tak pantas diedar dan termasuk dalam kampanye hitam terhadap ajararan agama, maka film ini harus diturunkan dan tak boleh tayang,” imbuhnya. (net/l6c/smr)

Pos terkait