Menparekraf Sandi Uno Hadiri Opening Ceremony, Tahura Ngurah Rai dan World Water Forum ke-10

Kemegahan saat Opening ceremony World Water Forum ke-10 di Bali. Foto: humas Kemenparekraf2

Bali sudah terkenal sebagai daerah tujuan wisata kelas dunia. Pulau berpenduduk 4,32 juta jiwa itu menjadi tujuan utama pelesir masyarakat dari berbagai negara. Keindahan alam berpadu apik dengan kekayaan budaya berlatar Hindu mampu memberi kenangan mendalam bagi turis.

semarak.co-Namun sejatinya, di pulau seluas 5.780 kilometer persegi itu kita masih bisa menemukan sebuah kawasan konservasi alam pesisir. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari pintu gerbang Bali, Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Bacaan Lainnya

Kawasan hijau seluas 1.373,5 hektare di pesisir selatan Teluk Benoa itu bernama Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai. Inilah satu-satunya taman hutan raya atau Tahura yang dimiliki oleh provinsi berjuluk Pulau Dewata itu. Kawasan itu bertipe hutan payau dan berfungsi mencegah terjadinya abrasi.

Menurut website Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah delapan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kawasan konservasi ini ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1927.

Sempat beberapa kali mengalami perubahan status, hingga terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 888/Kpts-II/92 tanggal 8 September 1992 yang menetapkan kawasan itu sebagai Taman Wisata Alam Prapat Benoa Suwung.

Letak Tahura Ngurah Rai ada di tengah kawasan wisata utama, yakni Nusa Dua, Sanur, dan Kuta. Secara administratif, Tahura yang punya beberapa pintu masuk itu berada di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, seluas 627 ha.

“Kemudian di Kota Denpasar yaitu Kecamatan Denpasar Selatan dan Pulau Serangan dengan luas 746,5 ha,” demikian bunyi rilis humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Minggu (20/5/2024).

Flora dan fauna yang menjadi koleksi keanekaragaman hayati di Tahura Ngurah Rai terdiri dari hutan mangrove, aneka jenis burung, dan hewan air. Terdapat 33 jenis bakau atau mangrove, paling banyak adalah pidada putih (Soneratia alba) atau prapat dalam bahasa setempat.

Jenis lainnya, yaitu bakau putih (Rhizophora apiculata) dan tancang (Bruguiera gymnorhyza). Ribuan pohon bakau di sini tumbuh subur menghijau dan menjadi benteng pertahanan terbaik bagi kawasan pesisir selatan Bali. Pusat konservasi pesisir ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Tahura Ngurah Rai dan sejak 2010 terbuka untuk umum.

Lokasi itu dapat dikunjungi setiap hari, sejak pukul 8.00 WITA sampai 17.00 WITA dan membayar retribusi sebesar Rp10.000 per orang. Pengelola Tahura Ngurah Rai menyediakan wisata edukasi dan petualangan alam menjelajahi kawasan konservasi ini.

Di sana, pengunjung bisa menyusuri sebuah jalan kayu sepanjang 1,8 kilometer dan lebar 2 meter serta berada di ketinggian 2-3 meter di atas permukaan air yang dibangun membelah kawasan Tahura. Jalan kayu ini berujung di sebuah menara pandang (viewing deck) setinggi sekira 20 meter.

Jika berada di menara pandang ini, sejauh mata memandang akan tampak hijaunya pohon bakau mengepung perairan dangkal pesisir selatan Teluk Benoa. Menara pandang dapat pula berfungsi sebagai tempat pengamatan aneka burung (bird watching) untuk para pecinta fauna.

Kita juga dapat melihat dari kejauhan lintasan Tol Mandara, jalan tol atas laut pertama di Indonesia sepanjang 12,7 km, beroperasi pada 23 September 2013 silam dan menghubungkan Kota Denpasar dengan Benoa dan Nusa Dua.

Tak hanya itu, kita bisa menumpang sejumlah perahu nelayan yang terparkir rapi di salah satu pintu air Waduk Tukad Badung, di salah satu sisi Tahura di Pemogan, Denpasar Selatan. Perahu-perahu kayu yang didominasi cat putih dan bercadik di kiri-kanannya itu siap memuaskan rasa penasaran pengunjung akan keindahan tahura.

Dengan menyusuri kawasan perairan dangkal tahura, perahu-perahu itu bisa membuat pengunjung melihat lebih dekat kehidupan flora dan faunanya. Cukup membayar sekitar Rp200 ribu per orang, penyewa perahu sudah bisa menyusuri sekitar tahura dari sisi perairan.

Kadar keseruan semakin bertambah kalau menjajal naik kayak–yang jumlahnya puluhan unit di tempat itu–untuk berkeliling ke sekitar tahura dari jalur air.

Melihat posisi pentingnya sebagai konservasi pesisir dan pariwisata berkelanjutan di Bali, Presiden Joko Widodo pun meminta kementerian-kementerian terkait untuk membantu penataan ulang kawasan tempat bertelur dan berkembangbiaknya aneka jenis ikan dan burung tersebut.

Saat Bali menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara G20 pada 15-16 November 2022, Tahura Ngurah Rai menjadi salah satu lokasi kegiatan. Presiden RI Joko Widodo mengajak para pemimpin negara G20 dan lembaga internasional mengunjungi Tahura Ngurah Rai pada Rabu, 16 November 2022.

Di sana, Presiden dan para pemimpin G20 melakukan kegiatan penanaman pohon mangrove bersama serta berkeliling melihat langsung berbagai spesies mangrove yang ada di Tahura.

Menurut Presiden Jokowi, kegiatan tersebut merupakan wujud konkret yang dilakukan Indonesia terhadap perubahan iklim. Melalui kegiatan tersebut, Presiden Jokowi mengajak negara-negara G20 untuk ikut serta dalam pembangunan ekonomi hijau yang inklusif.

Penataan Ulang

Sejak Januari 2022, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menata ulang Tahura Ngurah Rai dan diselesaikan jelang KTT G20. Lingkup pekerjaan penataan tahura meliputi pembangunan gerbang masuk, area drop-off, wantilan, tracking mangrove, dan area pembibitan dan persemaian yang mampu menampung 6 juta bibit bakau.

Kemudian membangun area penerima (lobby, ticketing, kantor penerima), menambah menara pandang khususnya ke arah Teluk Benoa, dan penataan area parkir VVIP khusus kepala negara di atas lahan seluas 2,6 ha di sekitar Waduk Muara.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya mengoptimalkan pemakaian bahan-bahan alami selama penataan ulang ini dan mengurangi seminimal mungkin pemakaian bahan beton. Tujuannya supaya tidak merusak mangrove dan ekosistem di sekitarnya.

“Kami memakai bahan-bahan material seperti bambu dan kayu untuk tiang pancang,” ujar Basuki, Kamis (6/10/2022) dirilis humas Kemenparekraf usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Senin (20/5/2024).

Pada gelaran World Water Forum ke-10 di Bali, Indonesia akan mengajak kepala negara dan delegasi World Water Forum ke-10 mengunjungi Tahura Ngurah Rai pada Senin, 20 Mei 2024 siang. Presiden Joko Widodo akan bercerita keberhasilan Indonesia soal pemulihan kawasan mangrove.

Di bagian lain dirilis humas Kemenparekraf terbaru, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menilai World Water Forum ke-10 di Bali tidak hanya sebagai forum internasional yang mengajak semua pihak untuk berdiskusi dan berbagi ilmu.

Serta praktik nyata dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya air, lanjut Menparekraf Sandi Uno, tapi juga menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk menunjukkan dan mempromosikan kekayaan budaya serta pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Kita baru saja menyaksikan gala dinner dari World Water Forum. Luar biasa sekali kita lihat penampilan pelaku ekonomi kreatif yang menampilkan keunggulan Indoensia dari subsektor musik, seni pertunjukan, juga budaya serta tentunya kuliner kita,” kata Menparekraf Sandi Uno, Minggu malam (19/5/2024).

Menparekraf Sandiaga mengatakan, para kepala negara dan delegasi sangat menikmati beragam sajian dalam acara yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo. Mulai dari pertunjukan khas nusantara hingga hidangan tradisional.

Dimulai dari pakaian yang dikenakan oleh para tamu yang hadir. Presiden Joko Widodo hadir mengenakan kemeja lengan panjang warna cokelat dengan bahan tenun Sintang khas Kalimantan Barat. Sementara untuk undangan lainnya hadir menggunakan kemeja bahan tenun Endek khas Bali.

Selama sesi acara, para tamu undangan juga disuguhkan dengan ragam tarian dengan koreografinya yang menarik. Mulai dari tarian khas Bali sebagai pembuka, tari Sumbawa, dan Melayu. Kawasan Garuda Wisnu Kencana pada acara malam tersebut juga terlihat indah dengan penataan lampu dan layar LED yang menampilkan air sebagai elemen utama, yakni Air untuk Kesejahteraan Bersama.

Air dinarasikan sebagai simbol yang memiliki kekuatan dalam mendorong perubahan, ketenangan, kekuatan, dan sumber kehidupan. Makna ini tergambarkan dalam narasi, konfigurasi tari tradisi kontemporer, modern, dan akrobat kolosal yang berpadu dengan visual pada tebing dan lantai.

Semuanya mereprentasikan semangat dari World Water Forum.  Sementara untuk hidangan, menu yang disajikan juga menunjukkan cita rasa khas Indonesia. Mulai dari hidangan pembuka, sup, makanan utama, hingga makanan penutup.

Para tamu diberikan sajian berupa pilihan menu seperti pepes kembang tahu, kerang panggang, soto kudus, steak belancang, garang asem, buntil daun pepaya, klappertaart, juga buah segar. Semua menu tersebut dibuat untuk dapat menjadi pilihan mulai dari reguler, no beef, juga vegetarian.

Selama acara makan malam berlangsung, para kepala negara dan delegasi juga disuguhi penampilan dari para pengisi acara. Mulai dari aktor Reza Rahadian yang memberikan kejutan dengan menunjukkan kemampuannya bernyanyi.

Kemudian ada Teddy Adhitya, Tompi, Mawar de Jongh, Albert Fakdawer, GAC, RAN, serta Bulan Sutena. Mereka membawakan berbagai lagu yang membuat para tamu begitu terhibur. “The look_, the feel, the sound, the taste, the smell, ditambah dengan keramahan khas Indonesia, benar-benar sangat terasa dalam suasana malam di bawah megahnya patung Garuda Wisnu Kencana,” kata Menparekraf Sandi Uno.

Menparekraf Sandi Uno berharap penyelenggaraan event internasional dengan skala terbesar terakhir di tahun ini dapat memberikan kesan bagi para kepala negara dan delegasi. Menjadi sarana promosi yang efektif terhadap penguatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.

“Dan kita baru saja dapat konfirmasi dari World Water Council bahwa sudah tembus 50 ribu total kunjungan ke Bali, ini memecahkan rekor dari World Water Forum sendiri,” kata Menparekraf Sandi Uno dirilis humas usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Senin (20/5/2024).

Ia berharap secara substansi, World Water Forum ke-10 bisa dapat menghadirkan lebih banyak terobosan dari segi pengelolaan air yang lebih berkelanjutan. Hadir Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu. (to/TR/Elv/smr)

Pos terkait