Menparekraf Harap Gekrafs Tingkatkan Kesejahteraan, Desa Wisata Nglanggeran Raih Gelar Best Tourism Village

Penghargaan ini dianugerahkan kepada Desa Wisata Nglanggeran pada seremoni UNWTO Best Tourism Villages. Foto: humas Kemenparekraf2

Desa Wisata Nglanggeran, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta berhasil meraih penghargaan Best Tourism Village 2021 dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu UNWTO. Desa yang berlokasi di Kabupaten Gunung Kidul ini bersaing dengan 44 desa wisata lainnya dari 32 negara di dunia.

semarak.co-Penghargaan ini dianugerahkan kepada Desa Wisata Nglanggeran pada seremoni UNWTO Best Tourism Villages yang dilaksanakan dalam rangkaian program Thematic Session pada Sidang Umum UNWTO ke-24 di Madrid, Spanyol, Kamis (2/12/2021) waktu setempat.

Bacaan Lainnya

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi penghargaan yang diraih oleh Desa Wisata Nglanggeran. Ia mengatakan Desa Wisata Nglanggeran merupakan salah satu destinasi kelas dunia.

“Masyarakat manunggal dengan pemerintah daerah, pengelola, serta masyarakat yang mendorong pariwisata sebagai salah satu penggerak pembangunan desa,” ujar Menparekraf Sandi Uno dalam keterangannya pada wartawan kemudian dirilis humas melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf2, Sabtu (4/12/2021).

Ini, lanjut Menparekraf Sandi Uno, selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam rangka memaksimalkan kontribusi desa wisata, lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan di pedesaan.

Penghargaan terhadap Desa Wisata Nglanggeran diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi Indonesia khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Terlebih, sebelumnya Desa Wisata Nglanggeran telah ditetapkan Menparekraf sebagai desa wisata mandiri inspiratif.

Prestasi ini jadi angin segar di tengah hiruk-pikuk pandemi Covid-19 dan tantangan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja hampir dua tahun belakangan. Selain itu, gelar ini menambah panjang daftar penghargaan yang telah diterima Desa Wisata Nglanggeran. Sebelumnya, pada 2017, desa ini dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik ASEAN tahun 2017.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu, mengatakan, ada sembilan kriteria penilaian dalam penentuan 44 desa wisata ini sebagai UNWTO Best Tourism Village.

Yaitu sumber daya alam dan budaya; promosi dan konservasi sumber daya budaya; keberlanjutan ekonomi; keberlanjutan sosial; keberlanjutan lingkungan; potensi dan pengembangan pariwisata serta integrasi rantai nilai; tata kelola dan prioritas pariwisata; infrastruktur dan konektivitas; serta kesehatan, keselamatan dan keamanan.

Selain berbagai penghargaan yang telah diraih di tingkat lokal, nasional, dan internasional, proses penilaian dan perolehan Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf tahun lalu dikatakannya turut mendorong Desa Wisata Nglanggeran mampu memenuhi area evaluasi UNWTO.

“Pengelolaan berkelanjutan melalui peran aktif dan inovasi yang dilakukan pengelola, keberlanjutan sosial ekonomi yang ditunjukkan melalui rantai nilai manfaat ekonomi bagi masyarakat, keberlanjutan budaya, serta lingkungan melalui upaya pengelolaan dan konservasi aset alam dan budaya,” ujar Vinsensius Jemadu.

Sementara Sekretaris Jenderal UNWTO, Zurab Pololikashvili, mengatakan, inisiatif atau penghargaan ini adalah bentuk pengakuan terhadap desa-desa yang berkomitmen untuk menjadikan pariwsata sebagai pendorong yang kuat bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

“Pariwisata dapat menjadi pendorong kohesi sosial dan inclusivity dengan mempromosikan distribusi manfaat yang lebih adil di seluruh wilayah sekaligus memberdayakan masyarakat lokal,” kata Zurab Pololikashvili.

Selain 44 Desa Wisata yang terpilih pada kategori UNWTO Best Tourism Villages Label, terdapat 20 desa wisata lainnya yang akan mengikuti program pada kategori UNWTO Best Tourism Villages Upgrade Programme. Seluruh 64 Desa Wisata ini pun masuk menjadi bagian dari UNWTO Best Tourism Villages Network.

Di bagian lain Menparekraf Sandi Uno berharap dengan terbentuknya DPW Gekrafs (Dewan Pimpinan Wilayah Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional) Provinsi Banten dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku industri kreatif Banten dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.

“Saya menitipkan kepada Gekrafs Banten yaitu pertama inovasi. Kedua adalah adaptasi, di tengah pandemi ini kita harus melakukan adaptasi. Dan yang ketiga, kolaborasi lintas sector,” ujar Menparekraf Sandi saat menghadiri acara Pelantikan Pengurus Gekrafs Banten, di Retro Hits Cafe, Tangerang, Sabtu (4/12/2021).

Siapapun perlu kita rangkul untuk memajukan sektor ekonomi kreatif dan membuka lapangan kerja yang lebih luas. Saat ini, sektor ekonomi kreatif merupakan kontributor terbesar nomor dua di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat tiga dunia dengan kontribusi ekraf hingga Rp1,100 triliun, setelah Amerika dengan industri perfilman Hollywood dan Korea Selatan dengan industri musik K-Pop.

Ada tiga subsektor utama yang saat ini tengah berkembang. Yakni sektor kuliner, kriya dan fesyen. Namun di luar itu ada subsektor lain yang juga ikut menjadi lokomotif seperti subsektor televisi dan radio, subsektor game dan aplikasi serta subsektor pengembangan permainan.

Untuk itu, Menparekraf berharap pengurus Gekrafs Banten dapat menjalankan amanah dengan baik serta selalu berdaya, bersinergi dan berjuang. Sebagai Ketua Dewan Pembina Gekrafs, Sandiaga berpesan bahwa Gekrafs tidak boleh menjadi gerakan yang eksklusif, melainkan harus menjadi gerakan yang kolaboratif.

Ketua Umum Gekrafs Kawendra Lukistian menuturkan, dengan dilantiknya pengurus Gekrafs Banten artinya gerakan ini harus bekerja secara optimal agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi para pelaku ekraf.

“Saya yakin ekonomi kreatif di Indonesia kelak akan menjadi pusat peradaban ekonomi kreatif dunia. Untuk itu kita perlu yang namanya kolaborasi yang kuat dengan semua pihak,” imbuh Kawendra. Sementara Menparekraf Sandi Uno, Koordinator Desain Komunikasi Visual, Arsitek dan Desain Interior Kemenparekraf/Baparekraf Imam Wuryanto.

“Membangun ekosistem ekonomi kreatif itu tidaklah mudah, dan belum tentu ketika ekosistem ekraf sudah maksimal, kita yang merasakan, tapi setidaknya kita meninggalkan legacy bagi generasi setelah kita,” ujar Kawendra dipenutup rilis. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *