Pacuan kuda di Takengon Aceh yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, diselenggarakan setelah panen hasil pertanian. Tradisi Pacu Kuda Gayo diselenggarakan dua kali setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tengah, Februari memperingati HUT Kota Takengon dan September memperingati HUT Kemerdekaan RI.
semarak.co-Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, tradisi seperti ini penting untuk terus dipelihara dan dikembangkan. Pasalnya, ajang semacam ini, selain menarik minat pariwisata, juga peluang bagi pemasaran produk UMKM khas Takengon.
Di ajang yang disaksikan ribuan warga Takengon dan sekitarnya, MenKopUKM Teten berharap tradisi ini bisa melahirkan banyak produk-produk turunan dari pelaku UMKM. Misalnya, sepatu kuda yang hingga saat ini masih diimpor. Begitu juga dengan produk-produk aksesoris kuda lainnya.
“Artinya, ini sebuah peluang bagi UMKM untuk meningkatkan kualitas produknya. Jadi, tradisi ini memiliki potensi ekonomi yang besar,” ungkap Menteri Teten saat menyaksikan Tradisi Pacu Kuda di lapangan Pacuan Kuda HM Hasan Gayo, Belang Bebangka Pegasing, Sabtu (26/2/2022).
Dalam kesempatan sama, Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar menyebutkan, peringatan hari jadi Kota Takengon harus dijadikan momentum berkelanjutan untuk menjaga dan melestarikan budaya Pacuan Kuda. Dikatakan Bupati, selama ini pacuan kuda telah menjadi media penghubung antara jejak jaman masa lalu dengan generasi masa kini.
Karena itu, adalah hal yang bijak bilamana Pacuan Kuda harus terus digalakkan dan menjadi identitas tradisi masyarakat Gayo, terutama di Kabupaten Aceh Tengah. “Para leluhur telah mempertahankan seni berkuda sampai masa kini. Sekarang kewajiban bagi kita untuk terus mempertahankan dan melestarikan tradisi budaya pacuan kuda,” katanya.
Bupati Shabela juga menyebut akan terus berupaya untuk meningkatkan arena pacuan kuda Haji Muhammad Hasan Gayo di Belang Bebangka Pegasing agar lebih menjadi representatif dan memenuhi standar nasional untuk pacuan kuda. Shabela menitip pesan agar seluruh komponen yang terlibat dapat berpartisipasi dan bekerja sama dengan baik.
“Sehingga pacuan kuda dapat berjalan dengan sukses dan lancar sesuai harapan. Dalam keadaan pandemi seperti saat sekarang ini, saya berharap kepada kita semua untuk menjaga protokol kesehatan dengan ketat agar selalu dalam keadaan sehat,” ucap Bupati Shabela seperti dirilis humas melalui WAGroup FORWAKOP, Sabtu (26/2/2022).
Sebagai informasi sepanjang penyelenggaraan Pacuan Kuda, pihak panitia juga menyelenggarakan vaksinasi masal, dengan menyediakan tiga gerai vaksinasi. Harapannya, momentum Pacuan Kuda ini akan dapat memacu angka vaksinasi Covid-19 di kabupaten berhawa sejuk itu.
Di bagian lain, langkah MenKopUKM Teten dalam membangun Korporatisasi Petani berbasis koperasi di Indonesia, terus melaju. Khususnya produk pisang Cavendish. Ini setelah sukses di Tenggamus (Lampung), kali ini menyasar wilayah Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh.
“Ini merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui kolaborasi berbagai pihak,” tandas MenKopUKM Teten usai launching penanaman pisang Cavendish dalam rangka akselerasi pengembangan korporatisasi petani melalui koperasi, di kawasan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Sabtu (26/2/2022).
MenKopUKM Teten mengatakan, berkolaborasi dengan petani dan koperasi, maka PT Great Giant Pineapple sebagai offtaker tidak perlu memiliki lahan. Bahkan, bermitra dengan petani dan koperasi, lebih mendekatkan diri ke pasar, baik pasar nasional maupun global.
Disebutkan pula, setelah di Lampung, PT Great Giant Pineapple sudah membuka lahan di 8 wilayah lain. Sekarang berada di Kabupaten Bener Meriah. Bagi Menteri Teten, kolaborasi lintas Kementerian yang direplikasi di tingkat Dinas, menjadi kunci untuk terbangunnya korporasi petani dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani.
Ditambah adanya kemitraan dengan PT Great Giant Pineapple yang berperan sebagai offtaker sekaligus melakukan penyediaan bibit, pendampingan, pengemasan, grading sampai pada pengiriman ke pasar ekspor. Untuk memenuhi standarisasi ekspor, maka kemitraan koperasi dengan PT GGP menjadi penting.
Bukan hanya dari proses pembudidayaan pisang Cavendish, namun juga sampai pada pemenuhan sertifikasi ekspor. “Seperti komoditas pisang terdapat 21 sertifikat ekspor yang sudah diurus PT GGP, sehingga bisa masuk sampai ke pasar Eropa dan Amerika,” jelas MenKopUKM Teten dirilis humas KemenKopUKM dalam WAGroup FORWAKOP.
Untuk itu, MenKopUKM terus mengajak para petani di berbagai daerah untuk melakukan konsolidasi lahan dan SDM petani dalam wadah koperasi. Karena, selain untuk mencapai skala ekonomis, jangan biarkan para petani bekerja sendiri-sendiri.
“Koperasi yang berhadapan dengan buyer, sehingga harga tidak dipermainkan pasar dan para petani memiliki kepastian pasar dan stabilitas harga, karena koperasi yang berperan sebagai offtaker pertama,” jelas MenKopUKM.
Untuk itu, Koperasi Ara Cahayani Gayo (ACG) dapat berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator dari hasil panen yang akan diproduksi. Koperasi ACG ini sudah memperluas pengelolaan komoditas utama kopi ke pisang.
Wakil Bupati Bener Meriah Dailami mengatakan, pemanfaatan lahan untuk pisang Cavendish ini sangat potensial untuk dikembangkan masuk ke pasar ekspor. “Setelah lahan 3,5 hektar dan 12 hektar, ditargetkan pengembangan selanjutnya ada di lahan seluas 300 hektar, dan bekerjasama dengan PT Great Giant Pineapple,” ujar Dailami.
Manfaat yang dirasakan petani di Bener Meriah diantaranya menerima bibit pisang sebanyak 2000 batang dari PT Great Giant Pineapple. “Bila lahannya semakin luas dan besar, saya berharap akan ada industri pengolahan buah-buahan di Bener Meriah. Tak hanya itu, di Bener Meriah juga bisa dikembangkan pertanian minyak Nilam dengan lahan tersedia seluas 1000 hektar,” katanya.
Kawasan Berikat Holtikultura
Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Sugiono menyebutkan bahwa penanaman pisang Cavendish di Pintu Rime Gayo merupakan langkah lanjutan dari lahan sebelumnya seluas 3,5 hektar di Bener Meriah.
“Hasilnya, pada produksi 2021, mampu menghasilkan 4.950 box dengan masing-masing box seberat 13 kilogram. Jadi, total pisang Cavendish yang dihasilkan sebanyak 65 ton, dengan kualitas luar biasa bagus,” papar Welly.
Ke depan, lanjut Welly, lahan pisang Cavendish akan dikembangkan bersama koperasi dengan luas lahan 12 hektar. Dalam 11 bulan sudah bisa dipanen. Welly berharap, langkah tersebut akan menjadikannya sebagai Kawasan Berikat Holtikultura pertama di Bener Meriah.
Bahkan, tidak hanya akan ditanami pisang dan kopi saja, melainkan buah-buahan tropikal lainnya seperti alpukat, jengkol, dan lain-lain. Dengan pola kemitraan seperti ini, Welly mengatakan bahwa petani mempunyai akses pupuk, infektisida, dan sebagainya, tanpa subsidi dari pemerintah.
“Saya berharap kerjasama dengan pemerintah, termasuk Pemda, bisa lebih baik. Kemitraan ini memiliki fokus utama terciptanya pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Dengan memiliki tanah yang subur, UMKM di sana pun akan turut berkembang. “Saya juga berharap, nantinya ekspor buah-buahan tropik akan berasal dari Aceh, bukan dari daerah lain,” pungkasnya. (smr)