Menkop Teten Nilai Rumah Produksi Bersama Tingkatkan Nilai Tambah Kerajinan Bambu, Sesmenkop: Rumah Kemasan Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas

Menkop dan UKM Teten Masduki sebelum mengisi acara talkshow bambu dengan tema Potensi Ekonomi Restoratif Berbasis UKM di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Sabtu (18/11/2023). Foto: humas Kemenkop dan UKM

Sekretaris Kementerian Koperasi (Sesmenkop) dan UKM Arif Rahman Hakim menekankan pentingnya keberadaan Rumah Produksi Bersama (Factory Sharing) dan Rumah Kemasan dalam meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk UMKM.

semarak.co-Dikatakan Arif, “Jika kualitas produk meningkat, begitu juga dengan kemasan produknya, maka pemasaran bisa semakin diperluas lagi. Terlebih lagi, Rumah Kemasan produk UMKM di Garut Jawa Barat (Jabar) sudah bisa dimanfaatkan.

Bacaan Lainnya

“Pelaku UMKM di Garut, juga Ciamis, dan Tasikmalaya, tidak perlu jauh-jauh lagi ke Bandung untuk mengemas produknya. Dan perlengkapan fasilitas kemasan yang dimiliki sudah yang terbaik,” kata Arif pada acara pembukaan Limbangan Expo UMKM 2023 di Kabupaten Garut, Jumat (17/11/2023).

Bagi Arif, hal ini menjadi penting agar pelaku UMKM dapat membuat kemasan produk yang menarik karena konsumen memiliki ketertarikan tinggi terhadap barang-barang yang secara visual dapat menarik perhatian.

Di samping Rumah Kemasan, Kemenkop dan UKM juga sedang membuat program Rumah Produksi Bersama (factory sharing) agar kualitas produk pelaku UMKM bisa lebih baik dan biaya produksi dapat ditekan meskipun skala usahanya masih kecil.

“Di Kabupaten Garut, sudah dalam proses pembangunannya untuk industri kulit. Mudah-mudahan pertengahan Desember ini sudah bisa beroperasi,” ucap Arif dirilis humas usai acara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Sabtu (18/11/2023).

Arif berharap produk-produk unggulan Garut, khususnya kerajinan kulit, bisa diproduksi di Rumah Produksi Bersama. “Ada kerajinan kulit, jaket kulit, topi, sepatu, dan sebagainya. Bahkan, diharapkan aneka produk unggulan itu bisa memasuki pasar ekspor,” ucap Arif.

Arif menilai, ajang Limbangan Expo UMKM yang merupakan kegiatan rutin tahunan bisa dijadikan sebagai momentum untuk menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi, membeli, serta bangga menggunakan produk lokal. “Limbangan Expo UMKM 2023 ini merupakan inisiatif gerakan yang sangat baik untuk membangkitkan serta mempromosikan produk-produk UMKM.

Terlebih lagi, kata Arif, Kabupaten Garut juga telah berkontribusi dalam pengembangan UMKM melalui produk seperti kopi, kerajinan kulit, anyaman bambu, dodol, akar wangi, serta wisata geopark. Bahkan, kecamatan Limbangan memiliki produk dengan potensi global, yaitu produk briket.

Oleh sebab itu, lanjut Arif, pengembangan UMKM menjadi agenda prioritas pemerintah ke depan, agar berperan lebih strategis lagi dalam perekonomian nasional. Beberapa strategi yang sudah dijalankan dalam pengembangan produk UMKM.

Untuk pembiayaan UMKM, misalnya, Kemenkop dan UKM sudah membuat skema baru dimana Plafon KUR Super Mikro dengan plafon maksimal Rp10 juta dan bunga menjadi 3 persen, serta KUR umum dengan plafon maksimal Rp500 juta dan bunga 6 persen. “Ada juga dari PNM Mekaar dan uLamm yang bisa dimanfaatkan,” katanya.

Strategi lainnya adalah memperkuat kelembagaan melalui koperasi agar berperan strategis mengonsolidasikan kegiatan usaha UMKM yang jumlahnya banyak tetapi kecil-kecil. Pemerintah juga lebih mudah dalam membantu pembiayaan melalui koperasi.

Kepada koperasi melalui BLU LPDB-KUMKM, pihaknya memberikan fasilitas pembiayaan dengan bunga ringan sebesar 8 persen dan pola syariah dengan sistem bagi hasil. Untuk Nomor Induk Berusaha (NIB), dapat langsung didaftarkan melalui OSS.GO.ID.

“Untuk pendaftarannya sendiri tidak dipungut biaya alias gratis. Bila diperlukan pendampingan, kami juga ada Garda Transfumi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Pemanfaatan ekonomi digital juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses bisnis.

UMKM tidak hanya didorong masuk ke dalam ekosistem digital, tapi digitalisasi dalam seluruh proses bisnis sektor tersebut. “UMKM yang sudah terhubung ke ekosistem digital memiliki daya tahan lebih tinggi. Saat ini, sudah 22,8 juta UMKM yang tergabung ke dalam ekosistem digital,” kata Arif.

Di bagian lain Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM mendirikan Rumah Produksi Bersama (RPB) di Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan nilai tambah kerajinan bambu.

Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM Teten Masduki mengatakan kehadiran RPB bambu diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. Meski bambu mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi aneka produk turunan, kita perlu fokus terlebih dahulu pada bambu untuk pengganti kayu.

“Yaitu bambu betung sebagai laminasi pengganti kayu keperluan kontruksi,” kata Menkop Teten dalam acara talkshow bambu dengan tema Potensi Ekonomi Restoratif Berbasis UKM di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Sabtu (18/11/2023).

Selain itu, kata Menkop Teten, Mama-Mama Bambu nantinya akan diajarkan (pelatihan) membuat suvenir dari bambu. “Du’Anyam sudah memiliki ekosistem untuk membeli produk anyaman dari bambu. Bisa juga dikembangkan dengan membuat mebel atau furnitur,” ujarnya.

Dengan mengembangkan kerajinan bambu, lanjut dia, sama artinya dengan menjalan program ekonomi restoratif. Dalam ekonomi restoratif, salah satu wuiudnya adalah memulihkan sumber daya yang rusak atau meregenerasinya sehingga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal.

“Di sini ada 40 ribu hektare kebun bambu, cara memanennya dengan menjaga regenerasi produksinya. Ini luar biasa. Apalagi, jika Pemda membuat pembinaan afirmatif hingga kebijakan restoratif lingkungan, yang mengharuskan semua hotel, resort, dan perkantoran menggunakan bambu,” pujinya.

“Hal itu akan menghidupkan ekonomi masyarakat di NTT, karena kebutuhan bambu akan meningkat. Bagi NTT ini menjadi bentuk konsep ekonomi restoratif, seiring potensi bambu di wilayah ini yang luar biasa,” demikian Menkop Teten seperti dirilis humas usai acara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Sabtu (18/11/2023).

Selain bambu, Menkop dan UKM Teten juga mendorong rumput laut di NTT bisa dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. “Harus ada sekolah vokasi karena rumput laut ini ada sekitat 500 turunan produknya, seperti tepung, makanan farmasi, pengganti plastik, pupuk, dan lainnya,” katanya.

Potensi Lokal

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat Fransiskus Sales Sodo optimistis pertumbuhan usaha bambu akan terus berkembang di NTT, khususnya Manggarai Barat karena merupakan potensi unggulan lokal.

“Sebab, dalam sejarahnya masyarakat Manggarai itu dekat sekali dengan bambu. Jadi, hakekat hidup orang Manggarai itu tidak pernah jauh dari bambu. Sehingga, bagi orang Manggarai, bambu adalah bagian dari orang Manggarai itu sendiri,” kata Fransiskus.

Terlebih lagi, ucap Frasiskus, di Labuan Bajo sudah dibangun Rumah Produksi Bersama khusus bambu. “Ini mendorong Pemda untuk membangun destinasi prioritas berkelanjutan,” kata Sekda Manggarai Barat Fransiskus.

Ia menjelaskan ada kebijakan Bupati terkait perluasan dan produksi bambu di Manggarai Barat. “Di hulu, ada Peraturan Bupati (Perbup) untuk pinjaman pendanaan bambu. Ini menjadi pilihan program yang dapat dilakukan desa untuk meningkatkan penyediaan bambu,” katanya.

Ketua Koperasi Produsen Multipihak Wanatani Bambu Lestari (Bambu Coop) Jajang Agus Sonjaya mengapresiasi kehadiran Rumah Produksi Bersama (RPB) khusus bambu di Kabupaten Manggarai Barat. “Kami memproduksi papan laminasi untuk konstruksi bangunan dan furnitur. Itu didesain di Bali dan kami siap memproduksi itu,” kata Jajang.

Dalam mengembangkan bambu, Bambu Coop akan fokus pada 3 proses, yakni proses produksi, pembibitan, panen lestari, serta menggapai akses pasar. “Saat ini, masih lokal to lokal. Kami akan mengejar pasar lokal dan Bupati siap membeli furnitur kami untuk menghiasi kantor-kantor dinas disini,” katanya.

Project Manager Du’anyam David Manalu menambahkan, terkait ekonomi restoratif, Du’Anyam sudah membuktikan hal itu. Berawal 2014 dan kini hampir sepuluh tahun masih berjalan bisnisnya. “Kami memproduksi kerajinan di Flores Timur, yang membeli sampai retail global di Swiss,” kata David.

Bagi David, ekonomi restoratif itu adalah ekonomi yang memanfaatkan potensi ekonomi lokal. Apa yang ditanam mampu memberikan keuntungan juga untuk lingkungan. Ia juga menekankan, potensi lokal yang ada seperti bambu, mempunyai potensi ekonomi dan relatif mudah diserap oleh pasar.

“Dan saat ini, tren perubahan iklim menjadi isu penting, perilaku konsumen juga sudah berubah. Saat ini bambu memberikan keuntungan tidak hanya untuk segelintir orang, melainkan seluruh stakeholder, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. ini menjadi ekosistem berparadigma baru dan menjadi budaya membeli yang lain,” ujar David. (smr)

Pos terkait