Oleh Hamka Suyana *)
Semarak.co-Masyarakat terhenyak. Joko Widodo alias Jokowi sang mantan presiden ke-7, muncul di depan publik dengan performa wajah jauh berbeda. Tidak seperti ketika masih berkuasa. Joko Widodo yang kini, tampil dengan banyak kerutan di wajah.
Kantong mata menggembung menggelantung. Agaknya, itu sebagai pratanda bahwa hatinya sedang menanggung beban batin cukup berat. Yang lebih mengagetkan lagi, penampilan Joko Widodo terbaru. Wajah hingga leher dipenuhi benjolan-benjolan mirip bisul dan bercak hitam.
Bahkan, kepala bagian belakang, tampak jelas penyakit kulit mirip kadas. Sungguh aneh, seorang mantan presiden yang masih mendapatkan jaminan kesehatan dan fasilitas dari negara, kok sampai “kebobolan”. Tidak terantipasi dan tidak teratasi.
Ada apa dengan penyakit kulit tidak lazim yang sedang diidap Joko Widodo? Apakah penyakit kulit biasa, atau jenis penyakit kulit yang tidak biasa? Saya mencoba menerka dengan pendekatan teori kemunculan pratanda. Berdasarkan Al-Qur’an, Surat Al Hijr, ayat 75, Allah berfirman:
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَۙ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan (dengan saksama) tanda-tanda (itu). (Al-Ḥijr [15]:75)
Setiap kejadian diawali kemunculan pratanda. Apa itu Pratanda? Pratanda berarti tanda-tanda awal yang muncul sebelum terjadinya sesuatu. Dalam konteks spiritual dan motivasi, pratanda mengajarkan kita untuk:
Peka terhadap isyarat kehidupan.
Menyadari bahwa Allah selalu memberi tanda-tanda atau isyarat.
Mengembangkan intuisi dan kepekaan hati
Pentingnya Memahami Pratanda. Pratanda bukan sekadar kebetulan, melainkan isyarat dan petunjuk Allah. Dengan memahami pratanda, kita bisa:
Menyikapi ujian dan nikmat dengan bijak.
Menangkap peluang yang Allah hadirkan.
Bersiap menghadapi perubahan hidup.
Motivasi dari Konsep Pratanda. Allah mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam dan mendengar lebih tajam terhadap tanda-tanda kehidupan.
Motivasi
Jangan abaikan isyarat kecil dalam hidup.
Peka dan perhatikan sekitar kita.
Jadikan setiap kejadian sebagai pelajaran dan petunjuk menuju bahagia dan sukses.
Mari kita latih kepekaan hati dan akal untuk membaca isyarat Allah.
Kembali pada pembahasan pratanda yang muncul berupa penyakit “bisul” yang diidap Joko Widodo. Pratanda Pertama; Bentuk goresan tanda tangan Joko Widodo. Menurut ilmu grafologi, bentuk dan goresan tanda tangan seseorang mengandung banyak makna.
Di antaranya adalah karakter bersikap yang tersimpan pada Pikiran Bawah Sadar (PBS). Karakter bersikap merupakan hulu dari perjalanan garis nasib atau takdir mualaq (takdir pilihan) pemilik tanda tangan.
Yang unik dan misterius, bentuk tanda tangan Joko Widodo adalah pada bagian akhir, berupa garis tegas bercabang dua. Garis tegas dan panjang serong ke kanan atas. Bisa bermakna memiliki keinginan atau ambisius cukup kuat.
Setelah membentuk garis serong ke kanan atas, diakhiri dengan garis tegas serong ke kanan bawah. Tanda tangan diakhiri garis tegas serong ke kanan bawah, bisa bermakna bahwa ambisiusnya akan berakhir “meluncur turun”, kemungkinan akan mengalami kekecewaan dan penderitaan.
Pratanda Kedua; Hukum Kekekalan Energi (HKE)
Menurut HKE, energi yang dilepaskan manusia ke alam, akan kembali kepada yang melepaskan, tanpa berkurang sedikit pun. Bentuk pengembalian energi berupa materi yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: Hasil Usaha Tampak (HUT) + Tabungan Energi (TE).
TE terbagi 2, yaitu: TE Positif (TEP) dan TE Negatif (TEN).
Berdasarkan catatan perjalanan kepemimpinan Joko Widodo yang menimbulkan daya rusak hebat terhadap semua sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, maka berdasarkan HKE, Joko Widodo telah mengumpulkan Tabungan Energi Negatif (TEN) sangat besar.
Menurut teori HKE, sebelum manusia meninggal baik TEP maupun TEN harus mencair hingga nol. TEP akan mencair dalam bentuk kejadian membahagiakan, sebesar TEP yang ditabung. Sedangkan TEN akan mencair dalam bentuk penderitaan sebesar TEN yang ditabung.
Akan halnya rekam jejak kepemimpinan Joko Widodo, TEN yang dikumpulkan sangat besar dan berdasarkan pratanda yang sudah muncul, kemungkinan sedang dalam proses menuju masa pencairan.
Pratanda Ketiga, Lagu Rungkad
Pada upacara kenegaraan tanggal 17 Agustus 2023 di depan Istana Merdeka, Jakarta, dalam rangka memperingati Detik-Detik Proklamasi, dipentaskan acara hiburan berupa penampilan musik yang menyanyikan lagu berjudul, “Rungkad”.
Lagu yang bernuansa keluh kesah, terdapat lirik yang bisa dipahami sebagai isyarat dari semesta, “Rungkad, entek-entekan”, yang artinya jika dikaitkan dengan kekuasaan bisa bermakna, “Tumbang sampai ke akar-akarnya”. Siapakah yang akan tumbang sampai ke akar-akarnya?
Bisa jadi mereka yang selama berkuasa atau yang menikmati TEN bersama penguasa, yang akan merasakan pencairan TEN hingga “rungkad entek-entekan”. Penyakit kulit aneh yang diderita Joko Widodo, bisa jadi merupakan isyarat awal, telah memasuki rentang waktu masa pencairan TEN.
Termasuk mereka yang “berjamaah” mengumpulkan TEN dengan cara menyalahgunakan kekuasaan sambil ketawa-ketiwi seolah tanpa merasa berdosa. Wallahua’lam bishowab.
Kalasan, 1 Juni 2025
*) Pengamat Kemunculan Pratanda