Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya meresmikan Program Rasa Rempah Indonesia (S’RASA) bersama lima kementerian untuk memperkuat diplomasi kuliner Indonesia di panggung internasional.
Semarak.co – Riefky menyatakan, kolaborasi ini diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang menjadi dasar sinergi lintas kementerian dalam pengembangan gastronomi nusantara.
“Kami berterima kasih kepada lima kementerian yang berkolaborasi. Inisiatif ini akan terus berlanjut ke depan untuk membuat kuliner Indonesia semakin populer, semakin mendunia,” ujarnya, dirilis humas Kemenekraf usai acara melalui WAGroup Kemenekraf siaran Pers, Jumat malam (29/8/2025).
Program S’RASA didesain untuk mempromosikan kuliner Indonesia berbasis rempah ke berbagai negara, menghadirkan menu khas Nusantara dengan cerita, identitas, dan nilai budaya yang melekat.
Kehadiran program ini menandai babak baru setelah selesainya Indonesia Spice Up The World (ISUTW) pada 2024, sekaligus memperkuat strategi diplomasi kuliner Indonesia melalui restoran-restoran Indonesia di mancanegara.
Kerja sama konkret keenam kementerian dalam program ini ditandai dengan penandatanganan MoU dari masing-masing kementerian yaitu Kemenekraf, Kemenpar, Kemendag, Kementerian BUMN, Kementerian UMKM, dan Kementerian Luar Negeri.
Penandatanganan ini menjadi tonggak penting dalam menjadikan kuliner Indonesia sebagai brand global, sekaligus instrumen strategis dalam menguatkan ekosistem ekonomi kreatif di tingkat internasional.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menjelaskan, program akan dimulai dengan kolaborasi di lima kota dunia yang akan menjadi percontohan restoran Indonesia dengan standar penyajian yang konsisten. Ia menekankan komitmen kementerian dalam menciptakan representasi kuliner nusantara di ranah global yang berdampak luas.
“Kita akan kolaborasi di lima negara, lima kota, New York, London, Amsterdam, Tokyo, dan Sydney. Nanti akan ada tim yang menyiapkan standar dan konsepnya. Melalui MoU ini, setiap kementerian menyatukan komitmen membangun branding restoran Indonesia di luar negeri,” jelasnya.
“Bukan hanya soal makanan, tapi juga cita rasa dan warisan budaya. Tentunya impact-nya akan luas, ekspor meningkat, pariwisata meningkat, BUMN dan ekonomi kreatif semakin kuat, dan semuanya,” sambung Budi.
Wamenlu Arrmanatha Christiawan Nasir menilai diplomasi kuliner merupakan salah satu bentuk diplomasi tertua dan paling efektif. Ia menyebut hasil survei Kemenlu dari 132 perwakilan di luar negeri menemukan 1.221 restoran Indonesia yang bisa dijadikan kanal utama promosi.
“Dari survei itu, kita mengetahui masakan Indonesia yang paling dikenal ada lima, sate, nasi goreng, gado-gado, rendang, dan berbagai olahan mie. Ini merupakan awal yang baik buat kita untuk bisa bekerja sama untuk membuat kelima masakan ini standar,” jelasnya. (hms/smr)





