Mendikdasmen Mu’ti Luncurkan Gerakan Numerasi Nasional, Bangun Generasi Berdaya Saing Global

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti saat meluncurkan Gerakan Numerasi Nasional (GNN).

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan Gerakan Numerasi Nasional (GNN), sebagai wujud komitmen pemerintah dalam membangun generasi masa depan yang memiliki kemampuan numerasi sebagai dasar daya saing bangsa di era global.

Semarak.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, menyoroti pentingnya anak-anak mencintai matematika dan numerasi, bukan hanya sebagai pelajaran, melainkan sebagai dasar mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Bacaan Lainnya

“Jika diibaratkan pohon, numerasi merupakan akar dari berbagai ilmu, berbagai disiplin dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau akar itu kuat maka batang dan rantingnya akan kuat karena hampir semua bidang ilmu memerlukan matematika dan numerasi,” ujar Mu’ti, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Media BKHumas Fortadik, Selasa malam (19/8/2025).

Dia menegaskan peran numerasi sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap individu untuk menjalani kehidupan. Numerasi adalah bagian dari kemahiran, bagian dari kemampuan yang menjadi sarana  agar kemampuan anak-anak di bidang ilmu-ilmu yang lain juga dapat ditingkatkan.

Mu’ti mengajak semua pihak agar GNN ini menjadi bagian dari gerakan bersama untuk membangun budaya numerasi sebagai fondasi generasi Indonesia yang kuat dan hebat. “Saya berharap ini menjadi bagian dari gerakan bersama membangun budaya numerasi sebagai bagian membangun generasi Indonesia kuat dan hebat,” terangnya.

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyatakan dukungannya terhadap gerakan ini. Gerakan ini harus didukung, terutama guru-guru dan orang tua.

“Kami di Komisi X DPR RI tentunya sangat mendukung gerakan ini. Turut ingin menyosialisasikan, sehingga setiap anak Indonesia saat ini akan terbiasa berpikir kritis dan analitis,” ucapnya.

Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (GTKPG) Nunuk Suryani menyatakan, merupakan tugas bersama dalam memastikan semua anak Indonesia Merdeka dari ketertinggalan belajar dan akses pendidikan yang terbatas, agar mereka dapat tumbuh jadi generasi yang berkontribusi pada negara.

Nunuk menyampaikan bahwa GNN merupakan inisiatif strategis yang bertujuan meningkatkan kemampuan numerasi siswa dan menumbuhkan budaya berpikir kritis, logis, dan analitis di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Praktik Numerasi di Sekolah: dari Taman Numerasi hingga Permainan Tradisional

SD Negeri Meruya Selatan 04 Pagi Jakarta menjadi saksi lahirnya peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) yang menjadi program baru di dunia pendidikan Indonesia.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya menanamkan kecintaan terhadap numerasi. Dimulai dari menumbuhkan rasa cinta dan kegemaran kepada Matematika. Untuk membangun rasa cinta bahwa matematika itu mudah, cara mengajarnya juga harus menyenangkan.

Mu’ti juga menekankan, keterampilan numerasi harus dibiasakan sejak dini dan diajarkan dengan cara yang menyenangkan. Kebiasaan untuk anak-anak kita menggunakan angka, membaca peta dengan numerasi harus dibangun sebagai bagian dari gerakan dan budaya.

Kepala Sekolah Dasar Negeri Meruya Selatan 04 Pagi, Tri Susilawati, menjelaskan bagaimana sekolahnya menghadirkan taman numerasi sebagai ruang belajar kreatif di luar kelas. Menurutnya, suasana sekolah yang ramah numerasi mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan semangat.

“Program GNN ini menurut saya sangat-sangat baik, karena dengan program ini, membiasakan pembelajaran numerasi di sekolah menjadi lebih mudah. SDN Meruya Selatan 04 Pagi misalnya, numerasi dikemas melalui taman-taman numerasi di lingkungan sekolah, dengan hiasan di tembok maupun lantai,” jelasnya.

Ia juga menambahkan harapannya agar anak-anak merasa tidak takut untuk belajar numerasi maupun matematika. “Harapan terbesar saya agar anak-anak Indonesia benar-benar tergerak dalam belajar numerasi, agar mereka tidak lagi merasa takut dengan Matematika yang selama ini dianggap momok,” ujar Tri.

Sementara itu, kisah lain datang dari SDN Tugu Selatan 03, Nilam Sarmaria yang mengajarkan numerasi melalui permainan tradisional. Praktik ini menunjukkan bahwa pembelajaran numerasi bisa dikaitkan dengan budaya lokal yang dekat dengan kehidupan anak.

“Kalau di sekolah kami, keseharian yang saya ajarkan di dalam kelas itu bermain dengan congklak dan dempla. Dari situ anak-anak belajar menghitung, menentukan nilai tempat, sekaligus melatih logika dengan cara yang menyenangkan,” jelas Nilam.

Sementara itu, Guru SDN Pulau Kelapa 02 Pagi, Kepulauan Seribu, Hidayat, menekankan pentingnya suasana belajar yang ramah. “Peran guru sangat penting, yaitu bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa takut lagi terhadap matematika ataupun numerasi,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan praktik sederhana yang diterapkannya, “Misalnya ketika anak jajan, kita bisa ajak mereka membaca kandungan gizi di bungkus makanan. Dari situlah numerasi hadir dalam kehidupan nyata,” lanjut Hidayat. (hms/smr)

 

Pos terkait