Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menyatakan, pendidikan bermutu, inklusif, dan berlandaskan nilai karakter merupakan fondasi utama dalam membangun peradaban yang damai, berkelanjutan, dan berkeadaban.
Semarak.co – Hal tersebut disampaikan Mu’ti, saat pidato pada G20 Interfaith Forum di Cape Town, Afrika Selatan, Selasa (11/8). Dia menegaskan pendidikan adalah sarana paling efektif untuk membangun peradaban berlanjutan dengan bertumpu pada etika, moral, dan karakter.
“Tidak ada seorang pun, terutama anak-anak, yang boleh tertinggal dari pendidikan hanya karena faktor ekonomi, geografis, kondisi fisik, gender, etnis, ras, atau agama,” tegasnya, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Mitra BKHumas Fortadik, Rabu malam (13/8/2025).
Mu’ti menambahkan, literasi lintas budaya dan agama penting untuk membangun karakter yang menjunjung pluralisme positif, toleransi, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Menurutnya, karakter tidak terbentuk instan, tetapi melalui pembiasaan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai respons terhadap perkembangan zaman, Kemendikdasmen menjalankan dua program utama sebagai langkah awal dalam pembentukan karakter anak di Indonesia yaitu Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi pembiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, giat belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur cepat.
“Lalu, penguatan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing. Setiap guru menjadi “orang tua kedua” bagi siswa, membimbing potensi mereka untuk tumbuh menjadi generasi unggul,” ungkapnya.
Mu’ti mengungkapkan tentang pendekatan Pembelajaran Mendalam yang akan diterapkan disekolah di Indonesia. “Pembelajaran Mendalam hadir mengajak anak tidak hanya sekadar mengetahui namun juga memahami pelajaran secara lebih mendalam dan holistik dan mengedepankan tiga aspek, yakni joyful, meaningful, dan mindful,” jelasnya.
Mendikdasmen menutup pidatonya dengan ajakan kepada seluruh pihak untuk berkolaborasi menghadapi tantangan global. Ia menegaskan, perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten, didukung oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan media.
“Melalui persatuan lintas budaya dan lintas iman, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial. Pendidikan yang inklusif adalah kunci membangun bangsa yang tangguh dan berkarakter,” tutupnya.
G20 Interfaith Forum (IF20) berlangsung pada 10-14 Agustus di Cape Town, Afrika Selatan dan mengangkat tema “Ubuntu in Action: Focus on Vulnerable Communities.” Sejak berdiri pada 2014, IF20 menjadi wadah jejaring interfaith yang mempertemukan pemimpin agama, masyarakat, akademisi, dan organisasi. (hms/smr)