Calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto memperagakan tarian bergaya Gatotkaca saat menceritakan kisah masa kecilnya di hadapan ribuan masyarakat dan pelaku usaha keturunan Tionghoa di Surabaya, Sabtu malam (22/12).
Capres yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno ini menegaskan, sejak kecil dirinya disuruh memilih untuk menjadi ksatria membela yang lemah seperti Gatot Kaca atau menjadi Kurawa yang bertaring dan suka bohong serta curang.
“Didikan itu, semula diperkenalkan sang kakek yang setiap dirinya bermain ke rumah selalu diberi tarian-tarian ala Gatot Kaca. Kadang saya kalau senang selalu menari Gatot Kaca dari Pringgadani, otot kawat, tulang besi,” ujar Prabowo sembari menirukan gaya Gatot Kaca dari atas mimbar.
Dari situlah, lanjut dia, dirinya mendapatkan pelajaran hidup sebagai seorang ksatria sehingga segala tuduhan dan dirasa fitnah ke dirinya dihadapi dengan tenang. “Saya santai saja dan tidak punya dendam. Sebab seperti itulah sifat seorang yang ksatria,” kata mantan Panglima Kostrad tersebut.
“Itu ada hitungannya. Ada lagunya seperti ini, tok! Tok! Tok! kata Prabowo di atas panggung sambil melenggak-lenggokkan pinggul dan mengangkat kedua tangannya,” ujar Prabowo didampingi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Jatim, Soepriyatno.
Sontak, melihat aksi capres yang elektabilitasnya terus merangsek naik ini, para peserta pertemuan bertepuk tangan. Tidak sedikit di antara mereka yang kemudian juga berdiri.
Melanjutkan pidatonya, Prabowo lantas menjelaskan sosok Gatot Kaca memiliki sebuah filosofi. Menurutnya, menari Gatot Kaca bukan sekadar menunjukkan ia sedang gembira. “Di tiongkok, luar Jawa, juga ada beberapa figur seperti itu. Sehingga, dalam hidup, kamu tinggal memilih, menegakkan keadilan, atau ikut Kurawa,” sindir Prabowo.
Kubu Kurawa, menurut Prabowo, merupakan implementasi figur penghianat rakyat. “Kurawa punya taring, suka bohong, suka curang. Di bawah sadarnya, matanya jelalatan, itu sengkuni. Dia suka bohong, suka instriks,” kata Prabowo.
Dengan pelajaran dari kakeknya inilah, ia memiliki kekuatan mental. “Sehingga, dari kecil saya ingin jadi pendekar. Saya belajar ilmu macam-macam. Sehingga, saya siap bully. Kemudian saya masuk tentara. Sebagai ksatria, kami diajarkan, Rame ing Gawe, Sepi ing Pamrih. Seorang ksatria, tidak ada pamrih,” pungkasnya yang kembali disambut tepukan tangan.
Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Soepriyatno mengakui, pertemuan dengan pengusaha Tiongkok di Surabaya ini salah bentuk penguatan langkah pemenangan di Provinsi Jawa Timur. Di mana provinsi ini menjadi prioritas setelah Jawa Tengah. (ant/tbc/lin/jnc)
sumber: tribunjatim.com