Taman Ismail Marzuki (TIM) menggandeng Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) akan menyelenggarakan Pekan Sastra Betawi (PSB), 5-8 Agustus 2019. Tujuannya untuk menggairahkan dunia sastra Betawi yang dinilai kurang banyak dikenal masyarakat.
Panitia PSB Rachmad Sadeli mengatakan, sastra Betawi saat ini kurang banyak dikenal masyarakat luas. Padahal, karya sastra ini merentang dalam waktu cukup panjang.
“Gelaran kali ini mengusung tema Lokalitas Metropolitan. Tema ini dipilih karena karya sastra Betawi merupakan karya-karya yang melukiskan ciri khas wilayah kebudayaan Betawi, termasuk komunitas kultural yang mendiaminya serta kota tempat bermukim,” kata Rachmat Sadeli, di Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Jejak sastra Betawi, kata Sadeli, bisa ditelusuri misalnya dari tradisi berpantun masyarakat Betawi. “Bisa pula direkam dari syair-syair teater tradisional Topeng Jantuk yang kental dengan warna Melayu,” imbuhnya.
Sementara seni tulis paling tua ditemukan dalam karya Muhammad Bakir, seorang penyalin dan pengarang yang menyewakan naskah-naskahnya pada abad ke-18. Karya Bakir ini ditulis dalam tulisan Arab Melayu.
Berita terkait: http://semarak.co/pekan-sastra-betawi-usung-tema-lokalitas-metropolitan/
“Sastra Betawi tidak hanya ditulis oleh penulis berdarah Betawi, tetapi juga penulis dari etnik lainnya yang memiliki keterkaitan dengan kota Jakarta. Sebut saja Aman Dt Madjoindo, sastrawan berdarah Minang yang melahirkan karya masterpiece “Si Doel Anak Betawi”,” kutipnya.
Karya yang ditulis tahun 1936 ini, kata dia, seakan tak lekang ditelan zaman. Selain telah melahirkan film layar lebar. “Si Doel Anak Betawi juga sudah menjadi inspirasi lahirnya sinetron fenomenal Si Doel Anak Sekolahan besutan Rano Karno,” pujinya.
Namun belakangan ini, sambung Sadeli, sastra Betawi seperti berjalan di tempat. Jika di era 1960-an hingga 2000-an dikenal nama Firman Muntaco dan SM Ardan, 10 tahun terakhir ini penggiat sastra Betawi hanya terdengar samar-samar belaka.
Dalam pelaksanaan PSB itu, katanya, Unit Pengelola Taman Ismail Marzuki menggandeng Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Karena itu Pekan Sastra Betawi menjadi bagian dari “Jakarta International Literary Festival” Komite Sastra DKJ. Pekan Sastra Betawi juga melibatkan Lembaga Kebudayaan Betawi, Balai Pelestarian Nillai Jawa Barat, Komunitas Baca Betawi dan Betawi Kita.
Kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari ini menampilkan Seminar Stigma Negatif Orang Betawi dalam Film; Lomba Menulis Cerpen Betawi; Pertunjukan Sastra Lisan; Workshop Cerpen, Pantun, Skenario, dan Featur; Betawi Bersastra; Pembacaan puisi dan cerpen; dan Bazar Kuliner Betawi. (net/lin)
sumber: indopos.co.id