Oleh Asp Andy Syam *
semarak.co-Rasullullah bersabda, setiap orang adalah Pemimpin dan diminta Pertanggungan jawab atas Kepemimpinannya. Sebagian orang bermimpi jadi Pemimpin besar dan hebat, tapi ternyata pencapaiannya biasa saja. Ada orang tak pernah bermimpi jadi pemimpin besar, tapi hal itu dia capai dan jadi kejutan dalam hidupnya.
Artinya dalam Kepemimpinan itu, sering muncul keajaiban. Kenyataan hidup mereka yang berhasil jadi Pemimpin pada peta jalan (road map) yang dia tempuh, memperoleh pendapatan lebih baik atau lebih sejahtera. Makin tinggi level kepemimpinan seseorang, dia makin berkuasa dan makin sejahtera.
Tetapi tidak semua orang mampu meningkatkan Kepemimpinannya ke level yang lebih tinggi. Kepemimpinan yang baik selalu bertumbuh. Dalam dirinya selalu terjadi perubahan, perbaikan dan pertumbuhan, baik pemikiran, gagasan maupun spiritual.
Dalam perspektif kehidupan dan organisasi, ada enam level Kepemimpinan yang bisa terbangun, karena pertumbuhan Kepemimpinan. Setiap orang bisa berpeluang meningkat dari level I Kepemimpinannya hingga level puncak (VI).
Level I: Peduli dan bertanggung jawab. Inilah awal seseorang mulai membentuk diri jadi pemimpin. Setiap orang yang peduli dan bertanggung jawab pada kehidupan orang lain disebut pemimpin. Pada level ini, seorang bapak atau ibu peduli dan bertanggung jawab pada anak anaknya.
Seorang ibu, membesarkan anaknya dengan suatu mimpi masa depan yang cerah. Tapi tidak tahu apakah anaknya kelak jadi Pemimpin besar atau biasa saja. Sejak bayi dalam kandungan sudah bisa dideteksi potensinya.
Pada usia bayi 4 – 6 (enam) bulan dalam kandungan, dalam deteksi pergerakan kalau banyak begerak kesana kemari menunjukkan seorang bayi punya potensi besar untuk berkembang. Sesuatu potensi sudah terinstal (terpasang) dalam dirinya yang akan menentukan nasibnya.
Pemberian gizi yang baik pada usia 6 (enam) tahun pertama, akan membentuk kekuatan fisik dan pikiran (intejensia) seorang anak untuk jadi Pemimpin. Pada usia ini akan terlihat dinamika seorang bayi yang menunjukkan potensi kecerdasannya.
Kemudian nilai nilai yang diterima seorang anak pada usia 6 – 12 tahun menentukan bentuk karakter dan pola pikiran seorang anak untuk jadi Pemimpin. Kita sudah bisa membedakaan kelebihan dan kekurangan karakter seorang anak yang akan mempengaruhi Kepemimpinannya kelak.
Ibrahim Elfiki, penulis buku Berfikir Positif (Best Seller), menyebut usia 6 – 12 membentuk pola pikir seorang anak, apakah positif atau negatif tergantung pada asuhan yang diperoleh dalam kepemimpinan seorang bapak atau ibu. Karena itu, kalau terjadi kegagalan seorang anak, menjadi anak yang nakal merupakan tanggung jawab orang tuannya. Mungkin lalai dalam mendidik moral pada anaknya.
Level II: Memberikan contoh (keteladanan). Keteladanan dalam tindakan memberikan pengaruh kuat dan yang luas pada Kepemimpinan. Para Nabi dan para penganjur kebenaran punya pengaruh kuat dan luas dalam masyarakat karena menunjukkan keteladanan dari kata kata menjadi perbuatan (tindakan) nyata.
Keteladanan yang pokok dari seorang pemimpin adalah bersumber dari tindakan dan cara pengambilan keputusan. Punya komitmen mengamalkan nilai- nilai tertinggi seperti kejujuran, keadilan dsb. Banyak orang yang jatuh Kepemimpinannya dan dihujad karena gagal dalam memberikan keteladanan.
Level III: Mengkritisi. Bersikap kristis pada suatu peristiwa, informasi atau opini. Menyatakan mana yang salah dan benar. Dia menyampaikan kritik berlandaskan pada prinsip (nila nilai) dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Mereka yang masa bodoh dan tidak mengkritsi berarti Kepemimpinannya masih dilevel bawah.
Level IV: Punya misi dan visi. Mampu merumuskan suatu misi dan visi. Mampu membangun gagasan gagasan (ide-ide) untuk mewujudkan misi dan visi itu. Mempunyai gagasan pembaharuan untuk kemajuan organisasi dan usaha. Tanpa gagasan maka organisasi tidak akan beranjak maju mewujudkan misi dan visinya.
Selain itu, pada level ini, diperlukan fokus pada usaha mengeksekusi gagasan. Banyak orang sibuk, tapi tidak efektif dan tanpa hasil, karena kehilangan fokus. Selain itu dibutuhkan strategi yang tepat dalam mewujudkan misi dan visi.
Strategi menghadapi tantangan atau persaingan. Lemah atau salah dalam strategi membuat Organisasi atau usaha anda bisa kalah atau tidak beranjak maju mewujudkan misi dan visi organisasi atau usaha. Percuma merasa kuat dan besar kalau lemah dalam strategi. Yang kecil bisa menang karena hebat dalam strategi.
Dalam lagenda bangsa Palestine yang terkenal (Dari buku Malcon Gladwell, David and Goliath). Disebutkan bahwa, pendapat umum meremehkan David menghadapi tantangan Goliath untuk duel. Impossible David mengalahkan Goliath.
David yang kecil seorang penggembala bisa mengalahkan Goliath seorang Panglima perang yang gagah perkasa. David berpakaian apa adanya dan hanya bersenjata sederhana punya ketapel (alat pelontar) dan beberapa batu. Sedangkan Goliath menggunakan baju besi, pedang dan tombak. Sangat gagah.
Dengan perlenglengkapan sederhana, David leluasa bergerak dan lincah menghadapi Goliath. Sedangkan Goliath sangat terbebani baju besi, pedang dan tombak. Ketika duel dimulai, Goliath tak menyangka kalau David menggunakan strategi tempur jarak jauh dengan serangan mendadak (pre- emptif strike).
Tiba tiba saja David menyerang lebih dahulu dengan menggunakan senjata ketapel melontarkan batu ke arah Goliath, batu itu langsung mengenai kepala (dahi) Goliath. Membuat Goliath langsung terjatuh ketanah dan akhirnya meninggal. David dinobatkan sebagai pemenang.
Kisah diatas, walaupun lucu, tapi menunjukkan bahwa bukan ego merasa besar dan kuat yang membawa pada kemenangan. Tapi betapa pentingnya suatu strategi yang tepat dan hebat membawa pada kemenangan. Maknanya, seorang pemimpin yang berfikir strategis akan membuat organisasi atau usahanya jadi unggul dalam persaingan atau jadi pemenang.
Level V: Melahirkan Pemimpin.
Kebesaran suatu organisasi karena sang Pemimpin mampu membangun kader- kader Pemimpin. Tentu karena ada keteladanan Kepemimpinan. Kepemimpinan itu menular kebawah. Membangun organisasi dan mendelegasikan tugas dan tanggung jawab pada orang orang terbaik dan hebat (unggul). Ingat orang orang baik belum tentu hebat (unggul).
Pemimpin yang hebat (unggul) adalah dia yang memimpin orang orang hebat (unggul) (Robert Kiyosaki dan Donald Trump). Orang- orang hebat (unggul) pada umumnya dikenal sebagai pemilik ide ide cerah (brillian), pekerja keras, ulet, kuat dalam prinsip atau nilai- nilai (punya integritas) serta punya gairah (passion), punya motivasi tinggi dan harapan tinggi dalam menggerakkan organisasi.
Disini faktor seleksi dan promosi menentukan. Memilih orang orang terbaik dan hebat (unggul). Kesalahan banyak Pemimpin organisasi, karena memilih kawan kawan dekat saja atau memelihara orang orang baik saja. Lalai mencetak atau mencari orang – orang hebat (unggul).
Atau memang organisasinya belum siap menerima orang orang hebat (unggul). Padahal untuk membangun organisasi hebat dan bisnis hebat, memerlukan Pemimpin orang orang hebat (unggul).
Level VI: Menjadi lagenda. Para Pemimpin menjadi lagenda karena mewariskan sesuatu yang berharga. Lagenda keberanian dan gagasan besar. Mewujudkan karya terbaik atau pencapaian yang tinggi dan berharga. Merek merek produk unggul, yang berharga dan melagenda. Gagasan maupun narasi yang selalu dikenang orang.
Namanya terukir dengan tinta emas dalam sejarah. Banyak Pemimpin dikenal namanya sepanjang sejarah bangsanya dan ummat manusia. Sebagian pemimpin buruk (hancur) namanya dalam sejarah artinya tidak melangenda.
Evaluasilah Kepemimpinan anda, dan setiap orang bisa bangkit meningkatkan Kepemimpinannya ke level yang lebih tinggi dengan membangun kekuatan kekuatan dari dalam dirinya, berupa ilmu pengetahuan dan nilai nilai yang tinggi dsb.
*) Hikmahjalan
Kearifan Kepemimpinan.
Leadership Change Advisor
13/01/22
sumber: WAGroup Keluarga Alumni HMI MPO (postKamis24/2/2022/aspsyam)