Kementerian Agama (Kemenag) meluruskan terkait buruknya penerbangan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) musim haji 1445 H/2024 M. Utamanya masalah berulang kali terjadi delay pesawat bahkan sampai ada lima jam lamanya waktu delay.
semarak.co-Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan, maskapai Garuda sudah menjadi mitra dalam penyelenggaraan ibadah haji sejak puluhan tahun. Tahun 2024, kondisi tidak baik-baik saja menimpa maskapai nasional Garuda.
“Sebelumnya tahun 2023 terjadi pada maskapai Arab Saudi Airlines. Tahun 2024 sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja dialami Garuda,” tutur Hilman dalam acara Coffee Morning bersama Jurnalis Media dengan tema SUKSES HAJI 2024 di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2024).
Nah di tahun 2025, harap Hilman, semoga kedua maskapai Garuda Indonesia dan Arab Saudi Airlines tidak ada masalah sehingga berjalan lancar-lancar. “Kita tahu bisnis pesawat atau di maskapai itu kompleks. Kita harapkan tahun depan bisa lebih professional,” imbuh Hilman.
Misalnya, terang Hilman, terkait pesawat-pesawat yang sudah tua disarankan jangan digunakan lagi. Walaupun harus diakui pesawat yang tua atau sudah berumur sekitar 25 tahun itu berbadan besar sehingga keuntungannya mengurangi jumlah kelompok terbang (kloter) jadi tidak banyak.
“Soalnya kalau kloternya banyak dampaknya bisa memperlambat Jemaah haji tiba di Arab Saudi. Makanya, diharapkan ada pesawat berbadan besar, tapi umurnya masih muda sehingga tidak menimbulkan masalah,” harap Hilman.
Sebelumnya diberitakan, Kemenag menegaskan bahwa pengurusan slot time penerbangan jamaah haji menjadi kewajiban pihak maskapai penerbangan. Ini untuk menanggapi banyaknya pengalihan penerbangan yang seharusnya dari Bandara di Jeddah, tapi beralih ke Bandara Madinah Arab Saudi.
Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab mengingatkan bahwa salah kalau dikatakan Kemenag yang urus slot time. Otoritas yang memberikan slot time penerbangan adalah otoritas penerbangan Saudi atau GACA. Kewenangan yang mengajukan slot time adalah Airlines, yaitu Garuda Indonesia dan atau Saudia Airlines.
Sebelumnya, penyelenggaraan ibadah haji tahun ini diwarnai pengalihan slot time penerbangan untuk 46 kelompok terbang (kloter) jamaah Indonesia pada gelombang pertama pemulangan. Sekitar 18 ribu orang yang berangkat pada gelombang pertama (mendarat di Madinah), semestinya pulang melalui Jeddah.
Namun, lanjut Saiful Mujab, karena maskapai gagal mendapatkan slot time di Bandara Jeddah, jamaah harus pulang melalui Madinah. “Jadi kalau ada slot time yang tidak bisa diperoleh, itu ya kegagalan maskapai penerbangan,” kata dia.
Kemenag tidak memiliki wewenang untuk mengajukan slot time. Karenanya, urusan slot time masuk dalam item kontrak berdasarkan skema pemberangkatan yang harus dipenuhi maskapai. Kemenag, kata dia, memang pernah menggelar rapat dengan GACA untuk membahas pengajuan slot time.
Namun, GACA meminta Airlines yang mengajukan slot time sesuai kebutuhan Kemenag. “Saat pengajuan harus detail, mulai jam penerbangan, nomor penerbangan, dan nomor pesawat. Kita sudah menyerahkan jadwal penerbangan jamaah sejak awal Januari 2024 dengan tujuan agar maskapai segera mengajukan slot time ke pihak GACA,” katanya.
“Tapi entah kenapa, Garuda tidak segera koordinasi dengan GACA jadi agak telat. Sedangkan Saudia Airlines bergegas mengajukan sehingga mendapat slot time. Sementara Garuda lambat pengajuannya,” demikian Saiful Mujab menambahkan.
Ditambahkan Saiful Mujab bahwa Saudia Airlines bisa memenuhi jadwal sesuai keinginan Kemenag karena lebih awal mengajukan ke GACA, sementara Garuda terlambat mengajukan slot time karena terlambat dalam pengadaan pesawat.
“Karena slot time ini berebut dengan Airlines dari semua negara pengirim jamaah haji, maka Garuda tidak kebagian slot time yang dibutuhkan untuk membawa jemaah haji sesuai kontrak penerbangan,” ujar Saiful dirilis humas Kemenag melalui WAGroup Jurnalis Kemenag, Minggu (14/7/2024).
Saat rapat kerja dengan DPR RI, Kemenag menilai bisa mencoret Garuda Indonesia dari daftar maskapai penerbangan haji di tahun mendatang, sehubungan dengan seringnya mengalami keterlambatan (delay) penerbangan pada musim haji 2024.
“Dengan kejadian ini, Kementerian Agama akan mempertimbangkan kembali keterlibatan Garuda Indonesia pada penerbangan jamaah haji di tahun mendatang. Dalam fase operasional haji 2024, dua maskapai melayani penerbangan haji yakni Garuda Indonesia dan Saudia Airlines,” papar Hilman.
Garuda Indonesia kerap mendapat sorotan karena sering kali mengalami masalah penerbangan. Fase pemulangan jamaah haji Indonesia yang berlangsung sejak 22 Juni 2024 kembali diwarnai dengan keterlambatan penerbangan oleh Maskapai Garuda Indonesia.
Keterlambatan kali ini dialami jamaah Kelompok Terbang 9 Embarkasi Balikpapan (BPN-09). Penundaan bahkan terjadi lebih dari sehari yakni 28 jam. Padahal sebelumnya jamaah haji Kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO-03) juga mengalami delay selama 12 jam.
Menurut Hilman, penundaan penerbangan membuat jamaah semakin lelah. Selain itu, berdampak pada segala aspek seperti akomodasi, konsumsi, hingga transportasi. “Delay semacam ini membuat jamaah lelah. Mereka terpaksa harus membawa koper kabin kembali karena sudah di bus baru diinfo kalau ada delay. Ini kan melelahkan,” kata dia.
Bahkan, pemberitahuan penundaan penerbangan seringkali mendadak ketika jamaah sudah keluar dari hotel dan berada di dalam perjalanan atau sudah di bandara. Bahkan jamaah sudah berada di bus dan siap menuju Bandara AMAA Madinah baru diinfo kalau ada delay. “Ini kejadiannya mirip dengan KNO-03. Jelas Garuda Indonesia tidak profesional,” kata Hilman.
Saiful Mujab mengatakan kinerja Garuda pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini betul-betul buruk. Pada pekan pertama fase pemulangan jamaah haji, lebih 50 persen penerbangan mengalami keterlambatan. Dari 52 kloter, sebanyak 38 kloter terbang tidak sesuai jadwal karena mengalami keterlambatan.
“Pada pekan kedua pemulangan, total sudah ada 155 kloter jamaah haji Indonesia yang sudah diterbangkan Garuda Indonesia ke tanah air. Dari 155 kloter, ada 75 kloter yang mengalami keterlambatan atau 48,39%. Kalau pekan pertama ada KNO 03 yang delay 12 jam 30 menit, pekan kedua ini ada BPN 09 yang delay hingga 28 jam 10 menit. Ini sangat parah,” ujarnya.
Ia kembali minta Garuda Indonesia fokus pada upaya perbaikan kinerja pada sisa penerbangan pemulangan jamaah haji Indonesia. Saiful meminta pihak Garuda memastikan terlebih dahulu bahwa pesawat yang akan digunakan siap dan ada, kru pesawat juga siap bertugas, sehingga potensi terjadinya keterlambatan atau delay penerbangan tidak terulang.
“Persiapkan pesawat cadangan pengganti pesawat bermasalah, sesuai kontrak kerja dengan Kementerian Agama. Kasihan jamaah kalau Garuda delay terus. Belum lagi jamaah harus naik pesawat domestik ke provinsi asal yang harus tertunda karena lambat dari Arab Saudi,” katanya. (smr)